by

Corona Oh Corona

Cerpen esai oleh: Yeni Sapmawati

KOPI, Bekasi – Tidak terasa sudah dua minggu puasa kujalani di bulan Ramadan ini. Bulan Ramadan tanpa sholat tarawih di mesjid baru kali inilah aku mengalaminya. Sedih teramat sedih dan rasanya seperti orang yang baru putus cinta. Sholat tarawih di masjid tidak bisa dilakukan seperti yang biasanya aku lakukan di tahun-tahun yang lalu. Pemerintah dan MUI telah melarang warga agar tidak melakukan sholat tarawih di Masjid agar virus corona tidak menyebar (1).

Hanya Corona yang mampu untuk membuat semua orang diam di rumah.

Pagi ini aku duduk sendiri di kamarku dan saat kubuka lemariku.. “Oh.. kulihat semua baju kantorku, kosmetik, aksesorisku, semua diam dalam lemari dan tak pernah kusentuh,” gumamku dalam hati.

Tak ada lagi rapat-rapat di kantor yang menyita waktu bahkan pikiranku, tak ada lagi makan siang atau malam dengan semua client ku, oh semua melintas di pikiranku tiba-tiba saja, “Corona oh Corona,” kataku dalam hati.

Pergi pagi dan pulang larut malam. Itu kebiasaan yang kulakukan setiap hari. Mama dan papa hanya kutemui satu minggu sekali di akhir pekan karena aku tidak tinggal bersama mereka. Aku kost di pusat bisnis Kota Jakarta. Tak ada waktu buat kumpul bersama mereka karena kesibukanku bekerja. Jadi, bagiku adalah mujizat bisa ada banyak waktu bersama mereka di masa pandemic ini.

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Papa saat aku sedang berdua dengannya.

“Semua baik-baik saja Papa,” jawabku sambil melihat wajahnya yang sudah mulai keriput dan rambutnya yang sudah putih semuanya.

“Oh Tuhan, wabah Corona ini luar biasa,” aku bisa berbicara dengan Papa satu jam lamanya dan itu adalah hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya.

“Corona oh Corona…” batinku bergumam.

Meluangkan waktu bersama orang tua dan keluarga lainnya di rumah adalah hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya. Aku terlalu sibuk bekerja. Di saat wabah Corona ini aku tidak mau papa sakit atau terinfeksi Virus Corona, karena dari berita-berita yang ada, orang tua di atas 60 tahun sangat rentan untuk tertular (2).

Olahraga tak pernah kulakukan, apalagi memasak, semua waktu hanya untuk pekerjaan. Coronalah yang dapat membuat aku olahraga 30 menit lamanya dan mulai belajar memasak di rumah belakangan ini. Yahhh memasak dan berlama-lama di dapur bukanlah hobiku. “Corona oh Corona,” kataku lagi dalam hati.

***

Aku sangat stress, depresi dan ketakutan melihat dan membaca dan mendengar berita-berita terkait Corona di media TV dan online. Sering aku tidak bisa tidur  karenanya. Hal-hal yang tak pernah aku lakukan, kini aku lakukan setiap hari seperti mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau sanitizer, tidak mandi setelah pulang kerja hanya mencuci muka dan setelah itu tidur. Kini, karena Corona aku langsung mandi sampai bersih, walau hanya dari warung depan rumah.

“Corona oh Corona, engkau mengubah semua kebiasaanku.” Demikian pikirku.

Siang itu, selesai sholat, tiba-tiba ponselku berdering dan suara yang aku kenal mengabarkan kabar buruk. Aku bagai disambar petir di siang bolong. “Mawar, ada berita buruk, teman kita sekelas di sekolah dulu meninggal.” Suara penelpon dari seberang.

Terasa copot jantung ini. “Siapa?” kataku penasaran.

“Edi, teman kita Edi karena Corona,” kata penelpon yang ternayata Lili, teman sebangkuku di SMA hampir 20 tahun lalu.

Innalilalhi, Ya Allah… tak dapat berkata-kata lagi. Aku kemudian hanyut dalam tangis tersedu-sedu. Lili menguatkanku. Ia juga mengatakan bahwa mayatnya paling lambat dalam 4 jam harus dikuburkan dan tidak boleh ada yang datang untuk melihatnya. Mayatnya pun dibungkus dengan plastik sesuai standar Corona (3).

Sekelebat bayangan Edi, teman pria kami yang lucu dan selalu menjadi penghangat suasana saat kami bersama. Di setiap acara, entah itu saat masih di sekolah dulu, maupun saat reunian sekolah, dia menjadi pusat perhatian karena kelihaiannya membuat suasana pertemuan jadi seru dan berkesan. “Selamat jalan Edi, semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT.” Akhirnya hatiku harus ikhlaskan semuanya.

***

Hari demi hari ‘di rumah saja’ telah kulewati. Monoton. Namun malam ini udara malam begitu dingin aku rasakan, agak berbeda dari biasanya. Keadaan ini membuatku tidak bisa tidur. Hatiku Lelah. Begitu banyak yang aku pikirkan. Rasanya ingin kuberlari dan pergi. Oh, tiba-tiba saja perasaan itu muncul, rasa kangen pada seseorang yang jauh di sana, seseorang yang selalu mengisi hari-hariku. Lengkap sudah perasaanku, sedih, takut bercampur kangen jadi satu. “Sampai kapankah badai Corona ini?” Tidak ada yang tahu jawabannya. Corona bisa mengubah segalanya. Dua bulan sudah aku tidak bertemu dengan kekasihku. Hanya lewat video call saja aku dapat melihat wajahnya yang sanggup membuat hatiku tenang. “Aku kangen kamu sayang,” katamu dengan lembut.

***

Pagi ini selesai sholat subuh, lama sekali kutatap kaca di kamarku. Ku lihat rambutku yang sudah mulai panjang. Oh, sudah 5 bulan lamanya tidak ke salon. Tidak dapat kubayangkan bila sampai 1 tahun lamanya tidak bisa ke salon.

Aku melangkah ke ruang tamu. Kulihat papa menonton televisi. “Corona oh Corona” lagi yang jadi topik berita. Pikiranku jadi liar, menyasar ke sana-kemari, mencari jawab atas semua ini. Siapa dan mengapa engkau wahai Corona? Aku mulai mengambil kesimpulan bahwa mungkin benar apa yang dikatakan oleh Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani, bahwa Virus Corona ini adalah Konspirasi Global (4).

“Apapun kesimpulannya, konspirasi global kek, perang biologi kek, wabah biasa kek, terserah… Faktanya jutaan orang sudah terpapar virus berbahaya itu..!! (5)” rutukku dalam geram.

Corona dengan telak telah mengubah gaya hidup semua orang. Tidak lagi bisa berdekatan. Satu sama lain harus menjaga jarak 1 sampai 2 meter, pakai masker, selalu mencuci tangan pakai sabun atau sanitizer serta harus selalu menjaga kebersihan. Bahkan semua orang diminta kerja dari rumah, semua rapat dilakukan dengan online tanpa bertemu satu sama lain di kantor, aktivitas pertemuan dilakukan secara virtual dari rumah masing-masing. Gaya hidup baru atau ‘A New Normal’ yang akan kita lakukan untuk hidup berdamai dengan Corona (6).

Waktu berjalan terus dan tanpa terasa hari raya Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi. Idul fitri tahun ini sangat berbeda dari tahun lalu. Warga tidak boleh takbiran keliling, dilarang berkumpul sholat Ied di masjid atau lapangan terbuka. Juga, tidak bisa mengunjungi sahabat, handai tolan, dan keluarga. open house para pejabat ditiadakan. Sungguh tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa perayaan Hari Raya Idul Fitri bisa seperti ini. Hal ini semua harus dijalani demi menghambat perkembangan penyebaran Virus Corona yang saat ini telah menginfeksi lebih dari 20.000 orang (7). “Corona oh Corona…” sekali lagi racau-galau ini menyelimuti hati.

Pemerintah melarang warga untuk mudik lebaran. Hal dimaksudkan untuk memutus penyebaran virus yang sering disebut Covid-19 itu (8). “Aku tidak mudik tahun ini ke Sulawesi, padahal aku sudah kangen sama keluarga di sana.” Itu pesan WhatsApp temanku, Pipit. Kubaca pesannya, ada kesedihan yang amat sangat tersirat dalam pesannya itu. Aku tak kuasa larut dalam kesedihan bersamanya. Tapi, sekuatnya aku berusaha hibur Pipit dengan mengatakan bahwa ini semua buat kebaikan kita semua.

“Sabar ya Pipit, tahun depan kamu bisa mudik dan bertemu dengan keluarga,” kataku menenangkanya.

Corona oh Corona. (**)

Catatan kaki:

(1) MUI Imbau Umat Islam Tak Shalat Berjamaah di Masjid selama Ramadhan. https:// www. kompas.com

(2) Alasan Lansia Rentan Terinfeksi Covid-19. https://www.republika.co.id

(3) Jenazah Pasien Covid-19 Harus Dimakamkan 4 Jam Setelah Meninggal. https://www.lifestyle.okezone.com

(4) Presiden Djuyoto: Covid-19 100 Persen Konspirasi Global, Jangan Salahkan Pemerintah Indonesia. https://www.hops.id

(5) Data jumlah korban Covid-19 secara global realtime, diakses di https://coronavirus.thebaselab.com/

(6) Belum Jelas Kapan Berakhir, Dolfie Rompas: Berdamai dengan Virus Corona Patut di Respon Positif. https://pewarta-indonesia.com

(7) Covid Hari Ini 21 Mei 2020 ada 973 Kasus Baru Dalam 24 Jam, Kasus Positif Virus Corona di Indonesia Tembus 20.000 Kasus. https://www.intisari.grid.id

(8) Poin-poin Instruksi Pemerintah Larang Mudik dan Siapkan Sanksi Buat Pelanggar. https://www.detiknews.com

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA