by

Mengapa Denny JA Sukses?

-Opini-12,688 views

Masa Kelompok Studi

Saya mengenal Denny JA tahun 1982 di UI Salemba. Rasanya perkenalannya tidak berliku. Setelah kenal di masjid Arif Rahman Hakim, UI, Salemba, terus kami memiliki aktivitas bersama di rumah Pak Djohan Effendi, di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat (sekarang menjadi kantor MUI). Di rumah Pak Djohan ini kami membentuk Kelompok Studi Proklamasi.

Beberapa kawan Kelompok Studi Proklamasi masih sering berkomunikasi sampai saat ini, sebagian yang lain menghilang bagai ditelan bumi. Sebagian lagi memang sengaja menjauh. Ada juga yang disibukkan dengan pekerjaann sehingga tidak kontak-kontakan lagi.

Saya akan mengurut “kesuskesan” Denny dari titik ini, dari saat kami masih berstatus mahasiswa dan berada dalam kelompok studi. Bebrapa mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berdiskusi di sini yang akhirnya dikenal sebagai Kelompok Studi Proklamasi.

Belakangan, saya dan Denny beserta Jojo Raharjo bergabung dalam Kelompopk Studi Indonesia, dan berkantor di rumah Jojo, Jalan Pedati Dalam, Jakarta Timur.

Di masa awal ini nama Denny sudah kondang di kalangan mahasiswa. Bukan karena Denny rajin ikut demonstrasi seperti sering dilakukan mahasiswa pada masa itu, sekitar Pemilu 1982 dan sidang umum DPR/MPR setelah Pemilu. Tetapi karena Denny sering menulis tentang kekuatan mahasiswa sebagai agen perubahan. Jika ada demo, tulisan Denny muncul di suratkabar keesokan harinya. Jadi, tulisannya sudah banyak sejak dulu.

Nah, ini yang kemudian disoroti oleh sebagian aktivis, yang membuat mereka keberatan pada Denny. Sebab, mahasiswa yang bergerak di lapangan, yang mendapat nama adalah Denny. Karena Denny menuliskan opininya, termasuk tentang isu yang diangkat oleh mahasiswa dalam demonya di suratkabar kondang pada masa itu, termasuk Harian Kompas. Jadi, mereka berfikir, mahasiswa yang berkeringat di jalanan, Denny yang dapat nama karena menulis tentang isu yang diangkat mahasiswa di jalanan.

Pada saat jadi mahasiswa ini, sudah terlihat pola kerja Denny yang sistematis, cepat, dan terukur. Hal semacam ini juga tampak ketika kami (Kelompok Studi Indonesia) ingin menerbitkan buku. Kami memang mendapat dana dari sebuah lembaga. Tetapi jumlahnya tidak cukup karena buku yang akan kami terbitkan tebal. Lalu Denny dengan gesit mencarikan dana untuk menutupi kekurangannya. Saya ingat dia memberikan laporan bahwa ada seorang aktivis senior menyumbang Rp 1 juta untuk penerbitan buku. Denny menyebutkan nama aktivis senior itu, tapi dia tidak bersedia namanya dicantumkan di dalam buku.

Bawang Tunggal Madu (https://www.tokopedia.com/madubaduy)
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA