by

Jagoannya Diserang dari Berbagai Penjuru, Mega-Puan Bimbang

Oleh: Johny Lalonsang

KOPI, Jakarta – Sepintas di kala melihat Mega dan Puan saat ini, mereka berdua tengah galau, gamang, bimbang dan ragu-ragu. Keadaan ini terjadi ketika menyadari jagoannya diserang dari berbagai penjuru terkait calon presiden mereka yang memiliki catatan buruk, kelam dan tersemat predikat yang tak mengenakkan.

Maaf, predikat itu tidak lain yaitu, sebagaimana yang disebut-sebut oleh banyak pihak, sebagai sosok penggemar film porno. Hal itu sejalan dengan uangkapan yang keluar dari mulut seorang GP alias Ganjar Pranowo saat diwawancarai Deddy Courbuzier.

Yang lain sempat menanggapinya dengan menyebutkan ucapannya itu adalah sebuah gambaran pengakuan yang tulus dan jujur dari mantan Gubernur Jawa Tengah. Sepintas terdengar masuk di akal dan dapat diterima dalam benak setiap orang bahwa Ganjar adalah seorang yang jujur, tulus dan apa adanya.

Akan tetapi pengakuannya itu tanpa disadarinya bakal jadi bumerang bagi diri dan partainya. Sebagai seorang tokoh publik, rasa-rasanya tak pantas memberi pengakuan seperti itu. Pengakuan dirinya suka nonton film porno membuat publik bertanya-tanya, apakah layak sosok seperti itu tampil menjadi pemimpin bangsa.

Dalam pengakuannya GP berucap, “saya suka koq nonton, apa yang salah dengan saya, saya suka koq.” Pengakuannya sontak membuat gelak tawa seorang Deddy Courbizier, yang dianugerahi pangkat Letkol Tituler oleh Kemenhan beberapa waktu lalu. Dalam gelak tawa Deddy Courbuzier tersirat nada ironi, yang bagaimana mungkin seorang calon pemimpin memberi pengakuan yang mengejutkan bagi seorang Deddy Courbuzier.

Lain halnya, jika pengakuan yang tulus itu datangnya dari seorang, sebutlah, maaf, petani penggarap yang tidak memiliki lahan sendiri, miskin dan papah. Itu tidak akan berdampak apa-apa buat dirinya karena ia hanya seorang petani biasa.

Tapi jika pernyataan tersebut datang dari seseorang yang disebut tokoh publik sekelas Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, itu baru bilang sangat luar biasa berdampak bagi kehormatan dirinya secara pribadi, keluarga, bahkan masyarakat Jawa Tengah. Kapasitasnya sebagai seorang gubernur ikut tercoreng akibat ulah pemimpinnya yang dianggap tak bermoral.

Tawaran pihak Mega dan Puan yang kepincut menyandingkan PS-GP dinilai sebagai rasa was-was dan kekuatiran yang tengah melanda pikiran serta nurani seorang Megawati dan Puan. Jangan-jangan jagoannya bakal terjungkal dan mengalami kekalahan telak. Penyebab kekuatiran itu antara lain melihat sisi gelap, kekurangan dan kelemahan yang ada dalam diri Ganjar Pranowo yang terus digoreng, diobok-obok dan diumbar publik.

Ajakan tersebut, mungkin saja sebagai pertanda Megawati merasa kalah sebelum bertarung. Bisa seperti itu. Tapi mungkin saja ajakan ini merupakan manuver politik yang tengah dimainkan PDI-P dalam mendongkrak elektabilitas calon presiden mereka.

Di sisi lain ajakan itu mungkin bakal ditolak mentah-mentah oleh Partai Gerindra yang tidak mau ditipu lagi dengan mengambil hikmah dari sejarah perjanjian Batu Tulis dan terperosok di lubang yang sama. Sangat mungkin partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) besutan Prabowo Subianto juga akan menolak.

Atau mungkin saja manuver Megawati-Puan bertujuan memecah belah Koalisi Indonesia Maju hingga tercerai-berai. Namun hal itu tidak mungkin terjadi sebab dalam KIM bercokol tokoh-tokoh dan “dukun” politik yang sarat dengan pengalaman politik dan yang telah malang-melintang di dunia perpolitikan Indonesia.

Di situ ada mantan Presiden, SBY; ada pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra; dan sosok lain yang berangkat dari latar belakang politik, yang benar-benar mumpuni, kredibel. Mereka pasti tak ingin terjebak dalam permainan politik yang tengah dijalankan Megawati Soekarno Putri bersama anaknya Puan Maharani. (*)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA