by

Jokowi dan Ibu Kota Baru

Loading…

KOPI, Jakarta – Kawasan Indonesia Timur (KIT) adalah bagian nusanatara yang potensi perekonomiannya sangat besar. Gambaran Indonesia sebagai untaian ratna mutu manikam atau zamrud khatulistiwa seperti yang digambarkan Bung Karno sebetulnya adalah KIT. Bung Karno dulu membayangkan, KIT adalah masa depan Indonesia.

Tak hanya itu, KIT juga kaya biodiversitas. Kekayaan biodiversitas selama ini juga terabaikan. Padahal di masa depan kekayaan biodiversitas akan menjadi unggulan Indonesia.

KIT adalah wilayah Indonesia yang unik karena ciri-ciri biodiversitasnya terbelah. Satu berciri Indonesia Barat yang pekat dengan ciri flora-fauna Benua Asia. Dan satu lagi berciri Indonesia Timur yang pekat dengan ciri flora-fauna Australia. Demarkasi biodiversitas itu dilukiskan dalam Garis Wallace. Yaitu suatu garis imajiner yang membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, NusaTenggara Barat dan Timur). Dengan adanya Garis Wallace ini, Sulawesi menjadi wilayah unik dari aspek biologi dan lingkungan hidup sehingga punya potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat wisata ilmiah dan ekoturisme dunia.

Gambaran Indonesia masa depan seperti dilukiskan Bung Karno kira-kira sebagai berikut. Ibu Kota Indonesia di Palangkaraya. Kota ini berada di Kalimantan, pulau yang besarnya empat kali Jawa. Palangkaraya aman dari gangguan gempa bumi dan ledakan gunung api karena tidak dilalui ring of fire.

Madu Baduy

Di Kalimantan juga terdapat sungai-sungai besar yang bisa dilalui kapal dari hilir ke hulu. Kalimantan dekat Kepulauan Maluku. Bung Karno dulu ingin menjadikan Maluku sebagai center of excellence dunia kemaritiman Indonesia. Bung Karno ingin membangun Pusat Angkatan Laut di Maluku.

Juga industri galangan kapal, pusat perikanan, pusat pendidikan, dan teknologi kelautan. Semuanya dengan kualitas kelas satu dunia.

Di Maluku, ada Pulau Morotai yang menjadi perhatian dunia. Di Pulau inilah, AL Jepang di Pasifik bermarkas. Di Morotai, AL Jepang merumuskan strategi untuk menghancurkan pusat AL Amerika di Pearl Harbour yang kemudian memicu Perang Dunia Kedua (PD II). Dalam PD II, misalnya, Amerika sebelum menyerang Jepang, yang pertama dituju adalah menguasai Morotai. Pendek kata, di PD II, Morotai adalah sebuah tempat yang jadi pusat perhatian Jepang maupun Sekutu.

Gambaran di atas menunjukkan betapa “besar-nya” nama Morotai dalam panggung sejarah dunia. Sehingga potensinya untuk menjadi “Kota Dunia” sangat besar. Dan Morotai berada di Halmahera, Maluku.

Ke selatan, ada Laut Arafuru sebagai bagian Provinsi Maluku (meski berbatasan dengan Papua Barat). Laut Arafuru adalah laut yang sangat kaya ikan. Laut Arafuru yang merupakan celah antara Papua dan Australia itu merupakan pertemuan arus panas dan dingin dari Selatan ke Utara dan sebaliknya. Sehingga menjadi tempat berkumpulnya plankton yang jadi makanan ikan. Itulah sebabnya, Laut Arafuru terkenal di dunia nelayan sebagai wilayah yang sangat-sangat kaya ikan.

Madu Baduy

Tiap hari, sebelum Jokowi jadi presiden, ribuan kapal ikan asing mencuri ikan di Arafuru. Celakanya, kapal-kapal ikan asing itu – tidak hanya mencuri ikan di Arafuru, tapi juga mendapat subsidi solar dengan menyulap nama dan awaknya seakan-akan berasal dari Indonesia. Itulah sebabnya Jokowi marah dan memerintahkan Menteri Kelautan Susi Pujiastuti untuk meledakkan kapal-kapal pencuri ikan asing tersebut. Jokowi tidak pernah takut akan kemungkinan mendapat protes dari negara-negara yang kapalnya dibakar.

Maluku juga dekat dengan Papua. Sebuah pulau besar yang mempunyai hampir semua jenis kekayaan di Indonesia. Di Papua, ada emas, minyak, gas, logam, dan lain-lain. Papua adalah masa depan Indonesia. Sebuah wilayah yang luasnya hampir empat kali Pulau Jawa dengan kepadatan penduduk hanya 14 kepala perkilometer persegi. Bandingkan kepadatannya dengan Pulau Jawa yang mencapai 1320 kepala perkilometer persegi.

Melihat Papua, Jokowi, sangat bangga karena di sanalah kelak Indonesia berdiri kuat. Dari perspektif inilah, kenapa Jokowi mati-matian membangun Papua. Dan Jokowi adalah satu-satunya Presiden Indonesia yang paling sering datang ke Papua.

Di sanalah Jokowi membangun jalan Trans-Papua yang panjangnya mencapai 4600 km. Jokowi juga menetapkan harga minyak di Papua sama dengan di Pulau Jawa. Padahal selama ini, sebelum Jokowi, Jakarta membiarkan harga minyak melambung tinggi di Papua (sesuai hukum ekonomi) hingga mencapai Rp 50-100.000 perliter.

Pertamina rugi? Pure business memang rugi karena biaya angkut dianggap nol. Tapi, secara ekonomi negara akan untung. Ekonomi rakyat Papua bangkit. Itulah cara pandang seorang visioner. Seorang negarawan.

Bayangkan sekarang, jika Kalimantan, Maluku, Papua berintegarasi secara geoekonomi – lalu semuanya “menyatu” dengan kebesaran Sulawesi yang telah lebih dahulu eksis – betapa hebatnya Indonesia masa depan. Dengan ibu kota di Kaltim, hubungan dagang Indonesia dengan negara negara Pasific Basin (Korea, Taiwan, Jepang, dan Cina) makin dekat jarak tempuhnya. Apalagi jika Biak dijadikan entry point untuk memasuki wisata raya di KIT. Dari Biak jarak ke Jepang, Cina dan Amerika makin pendek.

Lanjut. Ingat Kerajaan Gowa di Sulawesi yang dulu sangat disegani dunia karena angkatan lautnya yang kuat. Jika Palangkaraya (kini bergeser ke Kaltim sekitar Kutai Kartanegara) adalah ibu kota administratif Indonesia, maka Makasar adalah kota dagang Indonesia terbesar di Timur. Seperti halnya Jakarta sebagai kota dagang terbesar di Barat.

Kira-kira seperti inilah imajinasi Jokowi: Jalan Tol Trans-Jawa menghubungkan Jakarta-Surabaya. Keduanya adalah kota dagang terbesar pertama dan kedua di Barat. Lalu konektivitas itu berlanjut dengan tol laut Surabaya-Makasar–Balikpapan–Ambon-Jayapura. Di Sulawesi ada jalan darat Trans-Sulawesi yang menghubungan Makasar-Palu-Manado. Di Kalimantan ada Trans-Kalimantan yang menghubungkan Palangkaraya-Balikpapan, Pontianak, Tarakan. Sedangkan di Papua ada Trans-Papua yang menghubungkan Sorong, Jayapura-Marauke. Terus, di sepanjang tol darat dan tol laut berdiri pusat-pusat perekonomian. Betapa hebatnya Indonesia. Indonesia akan menjadi negeri maritim yang sangat besar dengan ibu kota baru di Kalimantan.

Bravo.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Loading…

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA