by

Millennial-ism Violence

Loading…

KOPI, Bekasi – Kopdar Kagama di FX Sudirman malam ini bukan sekedar klangenan cah cah tua Bulaksumur Yogya. Tapi juga membicarakan masa depan bangsa mau ke mana.

Haryoko adalah pakar risk management. Jangan tanya reputasinya. Ia sudah malang melindung di level nasional maupun internasional. Alumnus psikologi UGM ini, kini menjadi konsultan risk management sejumlah korporasi besar di dunia.

Apa yg ditakutkan mereka di Indonesia? — tanyaku.

Millennialism violence (MV). Apa itu MV? Baca aja ya… nanti tahu apa itu MV.

Generasi milenial, kata Haryoko, kelewat pinter karena mendapat bacaan dari medsos dan ustad instant. Mereka mndapatkan pelajaram yg hebat. Bahwa ke hidupan ideal hanya ada di sana. Di akhirat. Di sana ada pesta seks. Tiap laki laki dapat 70 bidadari cantik. Mau apa pun ada. Semua kenikmatan tersedia di sana.

Wow! Bagaimana meraih semua kenikmatan itu?

Jawab mentor generasi millenial: ikuti kitab suci. Apa adanya. Jangn bicara rasionalisme. Turuti saja kitab suci secara tekstual. Karena, hanya itulah kebenaran yang akan mengantarkanmu pada sorga penuh kenikmatan.

Tahun demi tahun, gerakan raih sorga itu berkembang. Namanya macam macam. Tapi tujuannya sama. Mendirikan negara berdasarkan agama.

Demi meraih sorga inilah terbentuk MV. Untuk mendapatkan sorga sebagian dari mereka pergi ke Siria. Ke Libya. Ke Irak. Dan lain-lain. Untuk mati syahid. Lalu masuk sorga.

Mereka juga hijrah. Hijrah dari Pancasila ke agama oriented based on kitab suci dan story. Ada yg berjuang melalui jalur politik. Jalur pendidikan. Dan, jalur bisnis. Hasilnya, kini generasi millenial yg berpotensi membuat MV mencapai 7 persen. Angka ini akan terus naik. Jika mencapai 10 persen, kondosinya sudah sangat parah. Karena pertambahannya sudah deret ukur

Lihat masjid-masjid BUMN. Kini sudah jadi “hub” kaum millenial kanan. Lihat kampus kampus besar. Kini sudah diduduki kaum millenial ekslusif yang ingin menjadikan Indonesia negara agama.

Mbak Tri, seorang direktur perusahaan konstruksi menceritakan pengalaman di kantornya. Seorang karyawan kami, ujar mbak Tri kpd Haryoko, ketahuan sedang membuat senjata di pabrik kami. Setelah ketahuan dia kabur. Tak balik ke perushaan.

Fenomena semacam itu kini muncul di mana-mana. Sejumlah BUMN kini sudah banyak yang karyawannya terpapar MV. Begitu juga karyawan perusahaan asing. Jika pemerintah Jokowi lengah kondisi seperti di Suriah akan benar benar terjadi.

Nah, itulah keberadaan MV yang merisaukan. “Aku sudah melakukan tindakan yang benar menghijrahkan anakku dari SDIT ke SDN. Karena hampir semua SDIT telah dijadikan persemaian MV,” batinku.

Haryoko cerita tentang jejak digital dari ujaran kaum millenial di medsos yang pernah ia lakukan untuk merekrut karyawan perusahaan multinasionsl. Hasilnya, Indonesia sudah di ambamg SOS dalam hal MV.

Simon. Kita harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan negeri ini, pesan Haryoko. Saya kalau berbicara di depan direksi perusahaan multinasional sudah meninggalkan kata radikalisme dan ekstrimisme. Tapi memakai millennialism violence (MV). Agar mereka tidak ketakutan. Indonesia, dari aspek risk management, kondisinya sudah mengkhawatirkan.

Produser MV kini sudah merajalela dan menancapkan akarnya di hampir setiap institusi negara dan swasta.

So, jangan heran kalau ada profesor sains dan teknologi terpapar MV. Juga direksi BUMN, perwira tinggi, dan dokter. Itu fenomena merata yg ada di mana-mana. Kondisinya sudah mencemaskan.

Indonesia sudah nyaris berada di ambang bahaya terorisme, jelas Haryoko. Celakanya perangkat hukum untuk mencegahnya nyaris tak ada. Ke depan Pemerintah Jokowi harus mengantisipasi gerakan MV secara serius dan terintegrasi untuk menyelamatkan negeri ini.

Waspadai Papua. Waspadai Aceh. Waspadai PT dan PTN. Waspadai FPI. Wadpadai Hizbut Tahrir. Waspadai tokoh tokoh provokator. Waspadai gerakan MV.

Simon Syaefudin, independent journalist dan kolumnis

Loading…

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA