by

Korban Penembakan dan Pembunuhan di Moskona Minta Pertanggungjawaban Kontraktor dan Perhatian Pemerintah

KOPI, Papua Barat – Kasus penembakan dan pembunuhan di Moskona, Manokwari, Provinsi Papua Barat pada tanggal 9 September 2022 tahun lalu yang dilakukan oleh segelintir kelompok separatis Papua Merdeka (OPM) disinyalir tak berperikemanusiaan. Kejadian tersebut dijelaskan oleh para korban yang sempat lolos dari tragedi yang tidak memiliki prinsip kemanusiaan itu kepada awak media ini.

Menurut para korban yang selamat, awalnya mereka diberangkatkan dari Kota Sorong tujuan Moskona Provinsi Papua barat untuk mengerjakan proyek pematangan lahan. “Jumlah pekerja yang mengalami tragedi penembakan dan pembunuhan itu berjumlah 12 orang, diantaranya 11 laki-laki dan 1 perempuan paruh baya, dari jumlah 12 orang pekerja, 4 orang meninggal dunia dengan dengan motif berbeda, ada yang meninggal terkena tembakan dan ada juga meninggal karena aksi brutal yang dilakukan oleh OPM dengan senjata tajam (Parang),” terang salah seorang korban, Minggu 12 Februari 2023.

Ketika kejadian penembakan dan pembunuhan itu, dijelaskan Rio Sitinjak, korban yang sempat lolos dari kejaran OPM itu kepada awak media ini bahwa awal mula terdengar suara tembakan, tetapi dirinya tidak begitu takut lantaran berpikir positif bahwa itu hanya suara tembakan orang lagi berburu di hutan. “Lalu, ketika bunyi senjata untuk kedua kalinya, perluru OPM itu langsung bersarang di tubuh almarum Abas Manna, saat itu kami langsung panik, tetapi almarhum Pak Abas masih sempat berbicara kepada kami untuk menyelamatkan diri dan mencari pertolongan di kampung-kampung terdekat,” ungkap Rio, salah satu korban tragedi yang memilukan itu, sekitar 11:25 WIT.

Ketika ditanya seperti apa penanganan dan penyelesaian persoalan yang memilukan ini terhadap korban-korban, kemudian pria Batak itu mengungkapkan bahwa setelah insiden itu terjadi hingga kini kontraktor yang menangani dan mendapat lelang proyek pematangan lahan yang jumlahnya begitu fantastis hingga kini tidak bertanggung jawab.

“Kami cuma minta kontraktor membayar upah kerja kami, kami sudah lakukan pekerjaan yang didapat oleh kontraktor walaupun belum sempat kerja, akan tetapi kami sudah berangkat ke areal itu dan kami mengalami penembakan, pembunuhan hingga alat angkot kami dimusnakan oleh kelompok separatis dengan cara membakar kendaraan mobil truk dan ekskafator yang kami bawa untuk bekerja,” jelasnya

Usai kejadian tersebut, kontraktor tidak bertanggungjawab kepada kami, dan pemerintintah seakan lipat tangan dan menutup mata, padahal pelelangan anggarannya miliaran rupiah. “Saya dan kawan-kawan berharap pemerintah dalam hal ini Bapak Presiden kami, Bapak Jokowi tolong melihat kami orang susah ini, maaf pak Presiden kami ini orang susah, tambah disusahin lagi, kami mohon Bapak Presiden tolong sikapi permasalahan kami ini, kami mengalami penembakan dan pembunuhan dari orang-orang teroris, sudah menjadi korban upah kami juga ikut korban, kami meminta tolong bapa presiden,” ungkap Sitinjak sambil mengucapkan nama Pak Presiden berulang-ulang kali dengan kata minta tolong.

Selain dari keluhan anak Batak itu, ungkapan yang sama datang juga dari Joice Pesik istri dari almarhumah Abas Manna, Joice dan sejumlah korban penembakan lainya mengatakan CV. Papua Perkasa dan CV. Doreri Makmur tidak bertanggungjawab atas segala persoalan itu. “Saya dan para pekerja lainnya sudah sering menghubungi dan bahkan mendatangi pihak pemilik CV, akan tetapi tidak ada niat yang baik untuk menyelesaikan persoalan ini,” ujar Joice dan para korban penembakan Moskona.

Seperti diketahui, pemilik CV. Papua Perkasa dan CV. Doreri Makmur adalah seorang kontraktor yang bermukim di Kota Sorong, selama berbulan bulan Pandi Bado hingga kini tidak ada niat baik untuk menyelesaikan semua persoalan menyangkut upah kerja kami. “Ada apa dengan Pak Pandi Bado ini,” keluh para korban penembakan Moskona itu.

Ketika para korban ke sana, Pandi Bado pemilik CV, mengatakan pihak Provinsi belum menyelesaikan hal kontrak kami, terus kami ini mau makan dan minum dengan apa? Dari hasil keluhan itu, awak media ini pun berusaha mencari nomor Dinas PU Provinsi Papua Barat, ketika dikonfirmasi via telepon dan pesan WhatsApp hingga berita ini dinaikan pihak Dinas PU tidak menjawab konfirmasi wartawan.

Sungguh hebat dan luar biasa permainan apik yang dilakukan kontraktor Pandi Bado dan pihak Dinas PU Provinsi Papua Barat terhadap para korban penembakan itu. Sangat disayangkan para korban sudah menerima trauma dan tekanan batin yang memilukan ternyata masih ditindas juga dengan perilaku kontraktor yang seakan diduga tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya.

Dari hasil wawancara dengan para korban penembakan, mereka meminta dan memohon kepada Bapak Presiden Jokowi, untuk tolong sedikit menengok hal yang begitu menyakitkan hati ini. “Ya kami memohon dan meminta bantuan dari Bapak Presiden Republik Indonesia Jokowi tolong menengok kami masyarakat kaki baabu ini, kami sudah tidak bisa berharap lebih kepana pihak provinsi, kami mohon dari Bapak Presiden tolong lihat kami korban penembakan yang pahit dan pedih ini,” ungkap para korban.

Dari kabupaten Sorong
(Siber, Refun)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA