KOPI, Morowali, SulTeng – Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) mengecam tindakan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebagai pemilik kawasan industri sekaligus pemegang IUP yang melakukan investigasi internal terhadap kecelakaan kerja di PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) sebagai perusahaan/ departemen pemilik saham pabrik pengolahan nikel yang terjadi beberapa waktu lalu.
AGRA meragukan apakah investigasi internal oleh perusahaan sekadar untuk menutup-nutupi kesalahan, daripada memberikan hasil yang obyektif dan menyeluruh, dilansir oleh media ini (26/12/2023)
Ketua AGRA, Mohammad Ali, tegas menyuarakan bahwa pemerintah harus membentuk tim investigasi independen dan terdiri dari berbagai pihak terkait, seperti Komnas HAM, ILO, dan pihak-pihak terkait lainnya. Menurutnya, investigasi internal oleh perusahaan tak bisa dianggap obyektif karena berpotensi subyektif dan memiliki niat untuk menutupi kesalahan.
Lembaga AGRA. juga menyoroti sikap PT. IMIP. yang mencoba menutup informasi seputar kejadian tersebut dengan intimidasi dan ancaman PHK. bagi karyawan yang menyebarluaskan informasi kejadian tersebut. AGRA. menilai sikap semacam ini mencerminkan sikap defensif dan cenderung berpotensi menutup-nutupi informasi penting yang harus diungkap.
Lebih jauh, AGRA. menantang PT. IMIP. dan PT. ITSS. untuk membuka diri bagi pihak-pihak yang ingin melakukan investigasi, termasuk bagi Serikat Buruh dan masyarakat sipil. Masyarakat perlu mengetahui fakta yang sebenarnya, terutama fakta seperti apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut.Setelah melihat adanya dugaan pelanggaran, AGRA. meminta bahwa kejadian ini harus dijadikan evaluasi menyeluruh atas perusahaan di kawasan PT. IMIP. untuk melakukan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia dan hukum ketenagakerjaan.
Selain itu, AGRA. menekankan pentingnya perusahaan menerapkan standar K3 yang baik, memberikan pelatihan kepada seluruh buruh atas K3, memberikan APD. yang berkualitas secara berkala, dan menerapkan sistem kerja yang nyaman dan aman bagi buruh.
Saat ini Kelompok AGRA. menduga bahwa ada kesalahan dalam penerapan prosedur operasional dalam perbaikan tungku yang menyebabkan ledakan. AGRA juga menyoroti ketidakadanya jalur evakuasi khusus yang memadai untuk buruh menyelamatkan diri. Terdapat lima orang ditemukan meninggal di lantai dua setelah api dapat dipadamkan dan satu orang lainnya meninggal karena melompat dan jatuh akibat kesulitan menyelamatkan diri, menurut data yang diperoleh AGRA.
Kelompok AGRA. menegaskan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab atas kelalaian dalam kejadian ini, sebab banyak dugaan kuat pelanggaran dan adanya praktek pembiaran oleh pemerintah. Perlindungan terhadap buruh harus dijadikan prioritas utama dalam proyek-proyek besar seperti Hilirisasi Nikel. Mereka harus dilindungi dengan pijakan hukum yang kuat dan diawasi oleh pemerintah secara ketat. (Syarif Aldhin)
Comment