by

Denny JA, Sang Sufi Moderen

Filantropis

Setelah kaya raya, sukses dengan LSI Denny JA, ia konsisten meneruskan cita cita hidupnya: berderma untuk orang lain. Sikapnya pada kawan kawan tak berubah. Ia tetap hangat dan jauh dari sombong. Dengan kekayaannya ia kemudian menjelma menjadi seorang filantropis. Ia amat dermawan, terutama jika itu menyangkut kawan-kawan lamanya. Amat banyak kawan yang dibantunya. Ia juga mudah memberikan dana sejauh itu untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Ia akan mudah mengalirkan dana untuk membantu seorang penulis mencetak bukunya, jika ia beranggapan buku itu bagus. Saya menjadi saksi bertapa mudahnya dan betapa banyak Denny mewakafkan sebagian kekayaannya untuk membantu kawan atau mendukung kegiatan keilmuan.

Satu hal yang tidak saya lupakan ialah percakapan sekitar Februari 2019 usai kami lari pagi di Ancol. Waktu itu selama beberapa bulan — Denny, saya, Agus Edy Santoso, Isti Nugroho, Jonminofri, Iwan, dan Jojo Rahardjo, mengadakan kegiatan rutin: jalan pagi dan senam pagi di Ancol. Senam itu diinisiasi oleh Denny demi sahabat kami Agus Edy Santoso yang sedang mengalami sakit jantung. Oleh Dokter Agus disarankan jalan pagi di pinggir laut.

Suatu pagi, Agus tak kelihatan. Baru pertama kali ia absen. Denny bertanya mengapa Agus tak datang dan bagaimana perkembangan operasi jantungnya. Saya kemudian menyampaikan kepada Denny bahwa Agus sudah periksa kesehatannya. Karena pakai BPJS baru akan operasi jantung sekitar 8 bulan lagi. Itu sudah keputusan rumah sakit berdasarkan saran dokternya.

Sementara kondisi Agus makin memburuk. Wajahnya pucat dan dada sering sesak. Denny agak kaget. Dia bertanya jika operasi tanpa BPJS berapa biayanya? Saya sebut jumlah yang cukup lumayan.

Dengan entengnya Denny berkata, “Elza, katakan pada Agus secepatnya, jika perlu besok ia operasi. Tak usah menunggu BPJS. Semua dana operasi dari saya, sesuai yang Elza sebutkan tadi.”

Saya dan kawan kawan tercengang karena ia mengucapkan itu begitu mudahnya, padahal dananya amat besar. Saya kemudian menyampaikan pesan Denny pada Agus yang menyambutnya dengan gembira.

Paginya jam 05.00 Agus sudah memberi tahu saya bahwa ia dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk memberi tahu dokter. Ia siap dioperasi dengan biaya sendiri. Tapi tak lama kemudian Agus kembali menelpon tanpa semangat. Ia bicara dengan nada sedih bahwa operasi tak bisa dilakukan dalam keadaan kesehatan Agu sekarang. Jantungnya tak memenuhi syarat untuk operasi. Tak lama kemudian, meski tak terbuka, Agus tampaknya sudah diberitahu dokter bahwa jantungnya sudah terlambat untuk operasi. Ia diminta legowo menerima kondisi terburuk, hidup rileks saja. Tepat 10 Januari 2020, Agus Edy Santoso pun berpulang.

Madu Baduy (Hitam/Pahit) (https://www.tokopedia.com/madubaduy)
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA