KOPI – Nunukan. Tingginya curah hujan akhir-akhir ini di Kabupaten Nunukan, khususnya di Pulau Sebatik, membuat was-was para petani yang menunggu untuk memanen padinya. Kekhawatiran para petani tersebut beralasan, dikarenakan padi yang siap panen terendam air sehingga mengakibatkan mereka harus memanen padinya lebih awal atau belum terlalu matang.
Beberapa desa di Pulau Sebatik, yang merupakan sentra pertanian sawah tadah hujan, tampak mulai tergenang air yang cukup tinggi dikarenakan curah hujan yang tidak dapat diprediksi. Hal ini mengakibatkan padi yang siap panen menjadi terendam sehingga menyulitkan untuk dipanen.
Bustam, salah seorang petani di Desa Tanjung Harapan Kecamatan Sebatik Timur, yang sawahnya juga terendam air sehingga padi yang sudah siap panen menjadi rusak, berharap ada perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan, khususnya Dinas terkait untuk memberi perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi petani. Karena dengan kejadian tersebut dirinya, dan para petani yang menghadapi permasalahan yang sama, mengalami kerugian yang cukup besar.
“Gabah jadi rusak, beras yang dihasilkan berbau dan berwarna merah sehingga tidak layak konsumsi dan tidak ada nilai jual,” tutur Bustam.
Menurut Bustam, perlu dipikirkan oleh Dinas terkait bagaimana agar aliran air yang diakibatkan curah hujan yang tinggi dapat mengalir dengan bebas. Tentunya diupayakan agar saluran air dapat benar-benar dirancang sebaik mungkin sehingga areal persawahan tidak terendam lagi.
Juga untuk membantu petani dalam mempercepat proses pemanenan, dia berharap Dinas terkait dapat membantu kelompok-kelompok tani untuk bisa memiliki alat pemanen padi Combine yang efisien dan cepat dalam melakukan proses panen.
Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org
Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini
Comment