by

Sex Education, Sebuah Tafsiran Dilematis

KOPI, OPINI – Masa muda memanglah masa-masa yang sangat menyenangkan dibandingkan semua masa dalam fase kehidupan manusia. Banyak yang berkata masa muda adalah masa dimana sebuah dasar dari apa yang akan dinikmati saat masa tua nanti.

Dasar memiliki arti sebuah tumpuan atau fondasi atau awalan dari sebuah kejadian yang akan datang. “Masa muda adalah masa mencari pengalaman sebanyak-banyaknya”. Orang-orang tua banyak yang memberi nasihat demikian, karena sudah merasakan atau melalui masa tersebut.

Namun konotasi tersebut banyak juga yang menafsirkan ke arah yang negatif. Terutama pada masa sekarang banyak sekali penyimpangan gaya hidup bahkan mengaarah ke kejahatan yang terjadi, dimana pelaku tindak kejahatannya tersebut adalah orang yang masih berusia muda. Terutama sekali adalah kejahatan seksual.

Memang sulit membayangkan seorang yang masih muda berani melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, namun kita harus membuka pikiran kita untuk menerima kenyataan kriminalitas yang marak terjadi, terutama kriminalitas seksual.

Misal tindak kriminal pembunuhan, perampokan, begal, pemerkosaan, sampai pelecehan anak, terkadang tindak-tindak kejahatan itu membuat kita tidak habis pikir kenapa orang orang mau melakukan hal hal seburuk itu?

Misalnya juga dalam hal seks bebas dan narkoba.

Kita tidak bisa tutupi lagi kenyataan bahwa banyak anak muda kehilangan virginitas di usia muda.

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Sexual & Reproductive Health mengungkapkan bahwa empat dari 10 perempuan dan satu dari empat lelaki merasa kehilangan keperawanan atau keperjakaan di waktu yang tidak tepat.

Dilansir Metro, responden merasa mereka tidak benar-benar ‘siap’ untuk berhubungan seks karena menganggap dirinya terlalu muda. Untuk mengarah pada temuan ini peneliti menganalisis 2.825 orang di Inggris yang telah berhubungan seksual di antara usia 17 dan 24 tahun.

Sementara dilansir oleh media nonstopnews, tertulis dalam berita “Sebanyak 33 persen remaja Indonesia sudah kehilangan keperawanannya di usia 18 – 20 tahun.”

Di situs tersebut nyata diberitakan bahwa hal ini terungkap dari hasil survei Durex (merk kondom) terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Yogyakarta.

“Di antara para responden remaja ini, ada 33 persen yang sudah merasakan aktivitas seks penetrasi, di mana kebanyakan dari mereka (58 persen) mengalami hal tersebut di umur 18- 20 tahun,” ungkap Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia, dr. Helena Rahayu Wonoadi, saat memaparkan hasil survey, di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (18/7/2019) silam.

Menurut Helena menjadi seperti urutan tersendiri bagi para remaja. Di mana mereka mendapatkan tanda pubertas pertama di umur 12-17 tahun, kemudian menerima pendidikan seks mereka pada umur 14-18 tahun, dan mayoritas dari mereka merasakan pengalaman seks penetrasi pertama mereka pada umur 18-20 tahun.

“Bahkan dari survei tersebut juga mengungkapkan bahwa hanya 50 persen di antara para remaja yang menggunakan kontrasepsi saat melakukan aktivitas seksual penetrasi.”

Sebagian besar remaja memahami pentingnya kondom sebagai alat kontrasepsi. Namun mereka setuju jika penggunaan kondom akan membuat aktivitas seksual mereka tidak nyaman.

Entah apa alasan mereka melakukan hal tersebut namun ini cukup menjadi perhatian kita untuk mengawasi orang-orang yang kita sayangi dalam bergaul atau berhubungan. Kita sendiri harus tahu dan paham bahwa hal tersebut dapat merusak mental dan pikiran kita.

Jika dipikirkan dari mana ide anak anak muda ini untuk melakukan hal tersebut? Jika dikatakan sepasang kekasih berduaan dalam sebuah rumah yang mana kondisinya sepi, dari sisi agama akan dijelaskan pihak yang ketiga tersebut ialah setan yang menghasut keduanya. Namun jika diusut lebih dalam lagi setan tersebut memberikan penawaran yang kita ketahui atau sesuai keinginan kita. Nah kita perlu spotlight dibagian yang diketahui tersebut.

Dari mana seorang anak muda mengetahui kegiatan yang pada dasarnya orang yang sudah dewasa atau menikah lah yang mengetahui hal tersebut. Pasti kita semua tau jawabannya adalah melalui film dan situs situs porno yang tidak bisa dibendung lagi. Tanpa mendapat bimbingan yang jelas, penjelasan yang jelas dan penting anak anak muda ini mendapatkan pelajaran tentang melakukan hubungan seksual.

Kemudahan teknologi disini digunakan bukan untuk mendapatkan pelajaran yang berhubungan dengan tugas atau pelajaran, tetapi digunakan untuk mengakses situs porno. Hal ini sepertinya sudah menjadi umum bagi kaum muda sehingga orang orang dewasa pun mentolerir hal tersebut. Mengapa? Mungkin karena sebagian dewasa tersebut melakukan hal yang serupa.

Saya selaku mahasiswa merasa dilematis dengan sex education, karena jika sex education ini terlalu ilmiah, maka bisa saja disalah artikan oleh mereka yang tidak paham sisi ilmiah sama sekali, justru menganggap bahwa hal tersebut sebuah pembenaran untuk melakukan seks diluar nikah, karena merasa eksperimental. Namun dari sisi religiusitas, kita pun memaklumi tidak banyak tokoh yang berani mengulas hal ini secara eksplisit alias terang-terangan, kebanyakan banyak memakai majas implisit yang makin rumit. ( Opini oleh : Eliansen, Mahasiswa ilmu Komunikasi, FIKOM Jayabaya)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA