KOPI, Musi Rawas – Hari ini momen yang banyak dinantikan masyarakat Musi Rawas (Mura) termasuk saya. Kamis (24/9/2020) KPU Mura Melakukan pengundian nomor urut paslon Bupati – Wakil Bupati. Dari prosesinya sebetulnya kurang tertarik dengan seremonial yang dilakukan paslon, justru sebagai orang jawa mengagumi apa yang mereka pakai sebagai simbol pikiran.
Dari dua paslon tersebut, tampaknya H Hendra Gunawan yang kompak bersama H Mulyana dengan berpenampilan khusus dengan mengedepakan kearifan lokal yakni Batik Musi Rawas. Begitupun dengan sang Istri yang juga kompak mengenakan baju batik asli Musi Rawas.
Ini berkelas sebagai pikiran positif. Momen politik tidak hanya sekedar strategi kalah menang tetapi namun proses bermanfaat bagi rakyat atau tidak. H2G – Mulya secara simbolik ditengah sorotan mata publik dan media menunjukkan bahwa pihaknya sedang ingin memberikan gambaran bahwa potensi UMKM Mura sektor kreatif saat ini mulai terbuka untuk bisa dikembangkan.
Sekaligus dirinya memperkenalkan visi politiknya terhadap potensi lokal yakni Batik Musi Rawas di masa akan datang kepada khalayak umum. Inilah yang dinamakan Marketing Politik Kearifan Lokal.
Batik Mura layak sudah di kembangkan dan layak untuk bersaing ditengah pasar batik nasional. Inilah visionernya sosok H2G dengan mengusung kearifan lokal tidak hanya sekedar seremonial hajatan politik. Batik Mura merupakan hasil karya berbagai macam motif batik anak daerah di Musi Rawas yang perlu terus diangkat di pasar industri kreatif.
Penelitian literasi media, Diketahui Batik Mura terdiri motif Kebon Sawit dan Kebon Karet telah dipatenkan diantaranya, Batik Tiga Pesona dan Batik Rumah Besolek hasil karya Muti’ah juga mendapatkan sertifikat HAKI sebagai batik khas Musi Rawas. Batik Mura ini bercirikan motif-motif yang mengadopsi sumber daya alam maupun ciri khas Kabupaten Musi Rawas yaitu rumah adat, karet, dan sawit.
Butuh waktu satu hingga dua minggu untuk bisa menghasilkan produk batik tulis dengan hasil yang baik dan sangat dibutuhkan kesabaran, ketelatenan, dan jiwa seni tinggi.
Tidak hanya motif, pelaku UKM batik tulis khas Mura juga mendapatkan fasilitas HAKI diantaranya Muti’ah seorang ibu rumah tangga yang ingin menyejahterakan melalui kerajinan batik Mura.
Sebagai bukti kepedulian H2G, dibawah kepemimpinannya, Dekranasda Kabupaten Musi Rawas tahun 2018 telah mendaftarkan 4 produk untuk mendapatkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual).
Tahun 2018, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Musi Rawas mengirimkan enam warga Kabupaten Musi Rawas untuk magang membatik di Kota Pekalongan selama 13 hari agar bisa memperdalam pengetahuan membatik sehingga saat kembali ke Musi Rawas bisa mengembangkan batik di sana.
Hasilnya, kedua orang yakni Ninda dan Mutiah kini berhasil membuat batik khas Musi Rawas dan berhak mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Dari literasi media, Keseriusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Rawas mengembangkan batik dan meningkatkan kualitas batik di Musi Rawas, Pemkab Mura melalui Disperindagkop juga telah mendatangkan instruktur batik dari Kota Pekalongan untuk memberi pelatihan membatik di Kabupaten Musi Rawas.
Dari hasil pelatihan selama satu minggu tersebut terpilih enam orang dengan karya terbaik. Keenam orang itu kemudian akan magang di Kota Pekalongan. Enam orang dimagangkan tersebut untuk memperdalam keterampilan membatik.
Batik yang dikembangkan di Kabupaten Musi Rawas bercirikan motif-motif yang mengadopsi sumber daya alam Kabupaten Musi Rawas, seperti perkebunan dan perikanan yang mencerminkan potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten Musi Rawas.
Karena belum banyak dienal publik, H2G sering mengenalkannya dalam berbagai forum nasional dengan memakainya hingga ikut pameran inovasi daerah.
Berbagai terobosan inovatif inilah, akhirnya sudah ketiga kalinya sejak 2017 sampai 2019, Kabupaten Musi Rawas (Mura) meraih penghargaan Innovative Goverment Award (IGA) sebagai Kabupaten Sangat Innovatif di Indonesia dari Mendagri. Komponen inovatif tersebut salah satunya soal batik Mura. (*)
Comment