by

PLTN: Musuhnya Polusi

Renewable Energi OK. But NO NUKES!!

Oeh: Dr. Geni Rina Sunaryo, Alumnus Tokyo University/Peneliti Senior Batan

KOPI, Jakarta – Slogan di atas menjadi pegangan ‘Demo No Nukes’ terkait Omnibus Law Renewable Energy yang digelar dengan rapi di depan gedung DPR hari Jumat, 13 Maret 2020, yang lalu. Apa sebenarnya yang diperjuangkan? Kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan sekelompok orang?

Pahamkah bahwa aksinya bisa merampas mimpi saudara kita yang hidup di daerah terisolasi seperti perbatasan Kalimantan. Yang hanya merasakan listrik selama 4 jam sehari dan hanya pada malam hari. Mimpi akan menjadi benderang selama 24 jam nan bersih dengan PLTN terenggut. Keceriaan akan mempunyai kehidupan yang lebih baik bisa punah. Tegakah?

Kehidupan kota besar yang berlimpah listrik memang sangat nikmat. Tidak pernah merasakan gelap gulitanya malam.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) itu hanya akan menimbulkan “bencana” dan “mahal” menjadi jualannya. Tanpa ada penjelasan sedikitpun bahwa bencana polusi udara yang disebabkan pembangkit batu bara, gas dan minyak bumi semakin mencekik.

Buruknya tata kelola tambang batu bara di Indonesia menyebabkan dampak lingkungan berkali lipat lebih mahal dibandingkan dengan pendapatan negara, seperti banjir, longsor, pencemaran air dan udara. Jambi sejak tahun 2010 hingga 2013, memperkiraan kerugian daerah akibat bencana ekologis seperti tanah longsor dan banjir mencapai Rp 50,46 miliar lebih. Padahal royalti yang masuk ke Provinsi Jambi dari sektor tambang, hanya mencapai Rp 10 miliar. 5 kali lipat lebih mahal. Sangat merugi.

https://www.tokopedia.com/madubaduy

Dicatat bahwa polusi udara dari pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia Tenggara telah berkontribusi pada 20.000 kematian dini per tahun. Jika kebutuhan 5000 GWe di Indonesia disupplai oleh batu bara, bisa dibayangkan meningkatknya jumlah manusia yang terkena penyakit seperti kanker paru-paru, stroke, serta penyakit pernafasan akan meningkat. Berapa kali lipat kematian dini yang akan timbul.

Faktor kerugian bencana di atas, tidak pernah dimasukkan dalam perhitungan harga batu bara yang diklaim murah.

PLTN Aman!

Dibandingkan bencana penyakit dan kematian dini di atas, PLTN aman. Selama kurang lebih 60 tahun beroperasi, di 30 negara, baru ada 3 kejadian, dari beratus PLTN yang beroperasi di dunia. Chernobyl, Three Miles Island, dan Fukushima. Yang terakhir ini, terjadi pada tahun 2011. PLTN nya sendiri tidak menimbulkan korban. Jatuhnya korban disebabkan karena tsunami dan gempa itu sendiri.

PLTN Murah!

Tidak menghasilkan polusi udara yang menyebabkan berbagai penyakit dan kematian dini menyebabkan secara total biaya PLTN menjadi murah.

Memang selalu menjadi isu yang kontroversial. Perhitungan yang optimistik disampaikan oleh kalangan industri nuklir dan pihak-pihak yang pro. Sedangkan, pihak yang anti nuklir menyajikan perhitungan biaya listrik PLTN secara pesimistik. Anti nuklir tidak pernah mempertimbangkan kerugian dampak lingkungan, penyakit dan kematian dini.

Investasi awal PLTN memang lebih mahal dibandingkan fossil. Hal ini disebabkan karena ripitasi pembangunannya rendah. Di Amerika, 20% listriknya disokong oleh PLTN. Di produksi dari 104 PLTN, dengan skala listrik sebesar 806.2 TWh.

Amerika menjadi negara yang terbesar menggunakan PLTN. Kedua adalah Perancis dengan 58 PLTN kemudian Jepang dengan 43 PLTN. Rusia 35 dan China 31 PLTN. Yang sedang giat membangun adalah Bangladesh dan Arab Saudi.

Biaya pembangunan PLTN di Amerika dan negara-negara Eropa, mahal. Karena biaya buruhnya sangat mahal. Sehingga harga tarif listrik nya menjadi lebih mahal dibandingkan di Asia seperti Korea dan China. Selain itu, kedua negara itu telah me-manufaktur hampir semuanya sendiri. Harga listrik di Korea dan China menjadi seperenam dari Amerika.

Selain harga dan isu di atas, tahukah bahwa PLTN adalah penyelamat dunia dari polusi udara? PLTN tidak menghasilkan polusi karbon. Tidak ada kematian dini dan kanker paru-paru yang disebabkannya. Oleh karena itu, dengan PLTN, udara lingkungan dijamin bersih. Masyarakat sekitar hidup sehat.

Hingga kini, Perancis dan Sweden adalah dua negara yang paling nyaman untuk hidup. Udara lingkungannya bersih. Kedua negara itu hanya mengkontribusi lebih kecil dari satu per sepuluh polusi udara di dunia. Kondisi ini dicapai, setelah kedua negara tersebut menggantikan seluruh pembangkit listrik yang menggunakan fossil nya dengan PLTN. Penggantian ini memakan waktu 15 tahun untuk Perancis, dan 20 tahun untuk Sweden. Sejak tahun 2008, PLTN Perancis mengkontribusi 80% dari total produksi listriknya (540.6 TWh). 18% diekspor ke Italia, Belanda, Britania Raya dan Jerman. Kesimpulannya, revolusi dekarbonisasi, pembersihan polusi udara hanya dicapai oleh negara yang menerapkan PLTN sebagai pengganti fossil.

Komisi Iklim Australia pada tahun 2013, mencermati Cina dan Amerika Serikat menjadi emiter karbon terbesar di dunia. Dimana masing-masing menyumbang 37% emisi karbon. Pada saat itu, konsentrasi cemaran mencapai 400 bagian per sejuta (ppm, part per million).

Setelah itu, Tiongkok bergelut untuk mencapai zero emisi karbon, dengan target pencapaian pada 2050. Mereka melakukan perombakan kebijakan energinya secara massal. Membangun PLTN dalam jumlah banyak dan cepat. Mengurangi jumlah operasi pembangkit listrik yang menggunakan fossil pada siang hari untuk menekan konsentrasi cemaran polusi udara. Melindungi masyarakat dari cemaran polusi udara selama beraktivitas di siang hari.

Pengalaman beberapa negara di atas, memberikan pembelajaran bahwa menciptakan lingkungan hidup yang nyaman, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu lebih dari 15 sampai 20 tahun, mungkin lebih. Butuh komitmen jangka panjang pemerintah yang tinggi, jaminan keberlanjutan pembiayaang dan biaya yang tinggi.

Bawang Tunggal Madu (https://www.tokopedia.com/madubaduy)

Bagaimana dengan Indonesia?

Emisi CO2 Indonesia 2019 naik 0,6% dari 2018. Janji menekan emisi karbon sulit ditepati dengan kebijakan seperti saat ini. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2020-2024 terkait energi, 83% pembangkitnya masih direncanakan didukung oleh tenaga minyak, batu bara dan gas. Yang jelas, emisi karbonnya akan meningkat. Dampak negatif pada kesehatan masyarakat serta kematian dini akan meningkat terus.

Jadi, bila ingin hidup sehat dengan menghirup udara bersih, PLTN lah solusinya.

Apalagi ada PLTN Generasi-4, tidak hanya menghasilkan listrik. Tetapi juga menghasil panas tinggi lebih dari 400 C. Panas tinggi ini dapat digunakan sebagai pemroses batu bara Indonesia menjadi lebih baik kualitasnya. Kualitas batu bara yang jika dibakar, akan menjadi sangat kecil luaran polusi karbonnya.

Karena itu, PLTN generasi-4 ini bisa dibangun berdampingan dengan PLTB. Karena Dwi Fungsi-nya. Penghasil listrik dan panas tinggi.

Keren memang. Sekali mendayung, dua tiga pulau bisa terlampaui. Satu saja punya PLTN generasi-4, kita dapat listrik, udara bersih dan menjadi sehat.

Mari menjadi lebih bijak, cerdas dan dermawan. “Menyendat” Indonesia untuk menjadi negara yang kuat ketahanan energinya dan sehat lingkungan hidupnya adalah suatu karakter yang “egois”. Jadilah Dermawan yang sesungguhnya. Dermawan menyumbangkan UDARA BERSIH untuk Indonesia yang lebih SEHAT.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA