by

Kolaborasi Puisi dan Musik, Ananda Sukarlan Gubah Puisi ‘Kukusan’ Emi Suy menjadi Musik Klasik

KOPI, Jakarta – Bagaimana kaitan antara puisi dan musik? Ternyata keduanya bisa saling menginspirasi, dan jika dikolaborasikan menjadi dahsyat. Demikian menurut Ananda Sukarlan, seorang komposer dan pianis Indonesia yang sudah memiliki reputasi internasional dengan slogan “puisi itu musik, musik itu puitis” yang dikemas dalam tayangan video kemudian ditayangkan di YouTube.

Video ini merupakan seri ketiga dari sekian seri video untuk mengapresiasi puisi dan musik yang digagas oleh Korg Indonesia berkolaborasi dengan Ananda Sukarlan dalam episode “Puisi itu musik, Musik itu Puitis” berkolaborasi dengan Vetalia Pribadi dengan menggunakan Korg XE20SP Digital Piano.

Pada episode ketiga, puisi penyair Emi Suy berjudul ‘Kukusan’ dari buku kumpulan puisi tunggalnya ‘Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami’ dinyanyikan oleh Vetalia Pribadi, seorang classical singer, diiringi musik piano oleh Mas Ananda Sukarlan. Selain puisi Emi Suy, pada video episode ini juga terdapat puisi ‘Hutan Kelabu dalam Hujan’ karya alm. Sapardi Djoko Damono, ‘Dua Puisi Pendek tentang Cinta’ karya Rieke Diah Pitaloka, serta satu sonnet karya William Shakespeare berjudul ‘Sonnet 18: Shall I Compare Thee to a Summer Day?’.

“Saya merasa sangat terhormat puisi saya dimainkan oleh Mas Ananda dan Mbak Vetalia bersama puisi-puisi lainnya yang sangat keren dan hebat”, demikian penyair Emi Suy memberikan tanggapannya untuk video episode ini.

Emi Suy adalah seorang penyair perempuan Indonesia yang lahir di Magetan, Jawa Timur, 2 Februari 1979. Emi adalah salah seorang Pendiri dan Pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia serta Sekretaris sekaligus anggota Dewan Redaksi SastraMedia.com, serta sebagai editor buku puisi. Selain itu, Emi adalah seorang aktivis sosial serta lingkungan hidup, dan salah seorang pendiri komunitas ‘Jejak Langkah’ yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan.

Emi telah menerbitkan lima buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Tirakat Padam Api (2011), serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), dan Api Sunyi (2020), serta Ibu Menanak Nasi hingga Matang Usia Kami (2022). Buku puisi Ayat Sunyi terpilih menjadi Juara Harapan III Buku Terbaik Perpustakaan Nasional RI Kategori Buku Puisi tahun 2019.

Puisi-puisi Emi kerap berbicara tentang sunyi, namun bukan sunyi dalam makna kesepian. “Bagi saya sunyi itu inti, di mana kita berasal dan kembali. Dalam Sunyi saya merasa segalanya menjadi terbuka, arah, jalan, pesan bahkan tujuan. Maka sunyi menjadi sumber penciptaan bagi saya dengan menggali berbagai makna sunyi itu sendiri. Bagi saya sunyi itu mempunyai esensi tersendiri, sebagai perempuan, melalui sunyi saya menziarahi labirin diri saya sendiri. Sebab hari-hari terlalu riuh, terkadang penat, lelah mendera setelah seharian jungkir balik menembus waktu, tenggelam oleh rutinitas yang mau tidak mau telah mendikte hari-hari saya. Maka melalui sunyi saya menemukan kemewahan, healing, kekuataan, saya membutuhkan sunyi lantas tersesat di dalamnya dan melahirkan karya sunyi yang berbunyi. Bahwa sunyi yang gaduh yang berisik dan bising.”, demikian Emi menjelaskan.

Pemimpin Redaksi SastraMedia.com Sofyan RH. Zaid mengatakan bahwa, “Karakter puisi-puisi Emi Suy yang bernuansa ‘sunyi’ seperti itu memang sesuai jika dipadankan dengan musik klasik, karena memang karakter puisinya serta diksi yang dipergunakan sangat kontemplatif dalam ruang sunyi atau silence. Maka tidak salah kalau musisi sekelas Ananda Sukarlan mengapresiasi puisi Emi dan menggubahnya menjadi musik klasik”.

Ananda Sukarlan adalah seorang pianist, komponis yang menurut The Sydney Morning Herald ‘One of the World’s Leading Pianists at the Forefront of Championing New Piano Music’, penerima Dharma Cipta Karsa RI 2014 dan Anugerah Kebudayaan RI 2015. Tahun 2020 Ananda dilantik menjadi Presiden Dewan Juri Queen Sofia Prize di Spanyol, penghargaan tertinggi musik klasik di Eropa. Ananda juga dianugerahi gelar kesatriaan Cavaliere Ordine Della Stella d’Italia dari Presiden Sergio Mattarella.

Sementara itu Vetalia Pribadi adalah seorang penyanyi soprano dan pengajar vocal lulusan Graduate Diploma in Music (Vocal Performance) in Melbourne Conservatorium, University of Melbourne, serta Masterclasses with Universität Mozarteum (Salzburg), Universität der Künste Berlin, Cheryl Studer and Rannveig Braga.

“Ketika seorang musisi ingin menggubah puisi menjadi musik atau lagu, maka dia harus menangkap esensi dari puisi dan menemukan nada dalam puisi tersebut. Jika Ananda berhasil menemukan itu pada puisi-puisi Emi Suy, maka itu berarti puisinya memang berkualitas. Pasti tidak mudah melakukan alihwahana demikian, dari teks berupa puisi menjadi musik”, demikian Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia Riri Satria mengatakan ketika diminta tanggapannya.

Ini bukan pertama kalinya karya Emi Suy dibawakan oleh Ananda Sukarlan. Pada tahun 2020, puisi Emi berjudul ‘Malam’ dan ‘Kukusan’ terpilih dibuat menjadi aransemen musik klasik untuk piano oleh Ananda Sukarlan dan dimuat pada buku Ananda Sukarkan berjudul Tembang Puitika Vol. V (2020), dan puisi Emi berjudul ‘Malam’ dinyanyikan penyanyi tenor Nikodemus Lukas diiringi piano oleh Ananda Sukarlan, pada December in Sriwijaya Concert pada tahun 2020. (NJK)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA