by

Tampil pada Pertemuan G20, Ananda Sukarlan dan Hati Suci Choir Usung Sejarah Perdagangan Manusia di Afrika

KOPI, Bali – Paduan Suara dari Panti Asuhan Hati Suci berkolaborasi dengan Pianis & Komponis Ananda Sukarlan tampil di Nusa Dua, Bali, dalam pertemuan G20 dengan United Nations Global Compact (UNGC) dan Sanda Ojiambo, Asisten SekJen UNGC yang baru, pada Senin (14/11/22). Panti Asuhan Hati Suci didirikan tahun 1914 oleh Nyonya Lie Tjian Tjoen, istri seorang kapiten, beliau orang Indonesia keturunan Tionghoa.

Pada awalnya tujuannya adalah untuk menampung anak-anak perempuan korban penjualan manusia dari Tiongkok, tapi akhirnya berkembang menjadi panti asuhan putri. Beberapa anak dari panti asuhan ini kini membentuk paduan suara dipimpin oleh Luciana Oendoen.

Isu perdagangan manusia inilah yang diangkat oleh Ananda Sukarlan, penerima gelar kesatriaan tertinggi Italia “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” dalam presentasinya. Ananda Sukarlan mengundang soprano muda Pepita Salim untuk menyanyikan karyanya berdasarkan puisi Phillis Wheatley untuk meningkatkan kesadaran akan karya sastra budak perempuan Afrika ini.

Pepita juga salah satu solois yang diundang Ananda saat pagelaran perdana G20 Orchestra di Candi Borobudur, 12 September lalu. Pepita adalah lulusan New England Conservatory di Boston, dan pernah memenangkan Kompetisi Tembang Puitik Ananda Sukarlan Award dan American Protege International Vocal Competition.

Pertemuan pertama komposer Ananda Sukarlan dengan karya seni budak Afrika di Amerika adalah selama masa kuliahnya di Konservatorium Kerajaan (Koninklijk Conservatorium) di Den Haag. Dia mulai riset mengenai puisi budak perempuan Phillis Wheatley dan membuat musik dari berbagai puisinya sejak itu.

Lahir di Gambia, Afrika, Wheatley ditangkap oleh pedagang budak dan dibawa ke Amerika pada tahun 1761 ketika ia berusia sekitar 7 tahun. Setibanya di sana, ia dijual ke keluarga Wheatley di Boston, Massachusetts. Nama depan Phillis berasal dari kapal yang membawanya ke Amerika, “The Phillis”. Wheatley dididik oleh keluarga pemiliknya sampai dia bisa membaca Alkitab, klasik Yunani dan Latin dan sastra Inggris.

Setelah dibebaskan pasca kematian ibu keluarga Wheatley, Phillis menjadi lebih vokal dalam mengekspresikan pandangan antiperbudakannya, dan kemudian menjadi penyair kulit hitam pertama yang terkenal secara internasional dalam sejarah, menerbitkan buku pertamanya pada tahun 1773.

Selama dua tahun terakhir, Sanda Ojiambo dari Kenya menjabat sebagai Direktur Eksekutif United Nations Global Compact (UNGC), memimpin pengembangan strategi baru yang ambisius untuk mempercepat dan menskalakan dampak kolektif global bisnis untuk menegakkan Sepuluh Prinsip-prinsip Global Compact, dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. UNGC mendukung perusahaan untuk melakukan bisnis secara bertanggung jawab dengan menyelaraskan strategi dan operasi mereka dengan sepuluh prinsip Hak Asasi Manusia, Tenaga Kerja, Lingkungan dan Anti Korupsi.

Sekarang UNGC telah menunjuk Ojiambo sebagai Asisten Sekretaris Jenderal. Dalam peran ini, Ms. Ojiambo bertanggung jawab dalam memimpin inisiatif keberlanjutan berbagai perusahaan besar di dunia, membangun kemitraan strategis yang diperlukan untuk mendorong dampak dan advokasi di tingkat lokal dan global. Ojiambo menjadi penasehat kepada Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal tentang kontribusi sektor swasta pada agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, tentang keterlibatan PBB dengan bisnis dan tentang kemitraan organisasi utama dengan sektor swasta.

Dia juga akan mengelola dan mengoordinasikan keterlibatan UNGC dalam urusan antar-lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa, terlibat dengan organisasi multilateral dan internasional yang relevan, di samping mengembangkan kemitraan baru yang inovatif dengan sektor swasta.

Dalam presentasinya, Ananda Sukarlan menjelaskan bahwa Phillis Wheatley adalah bukti ilustratif kaum abolisionis bahwa budak kulit hitam pada waktu itu juga memiliki nilai artistik dan intelektual. Salah satu karya yang dinyanyikan adalah puisi paling terkenal dari Wheatley, “On Being Brought from Africa to America”. (NJK)

Info lebih lanjut, silakan hubungi: Nurny
[email protected]

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA