KOPI, Musi Rawas – Rencana kegiatan normalisasi Daerah Irigasi Bendung Kelingi (DI BK) yang direncanakan bulan September mendatang selama empat bulan pengerjaan, mendapat respon dari kalangan petani sawah di Musi Rawas di kawasan Tugumulyo ini.
Dikarenakan, para petani di Kabupaten Musi Rawas mengaku sama sekali tidak ada penolakan terhadap normalisasi aliran air tersebut.
Seperti diungkapkan seorang petani di Desa Ketuan Jaya, Dedi Antoni ketika diwawancarai mengaku dirinya pribadi tidak menolak rencana adanya rehabilitasi/pengeringan irigasi.
“Kami menilai, program tersebut bertujuan baik, jadi kami tidak menolak,”ungkapnya.
Dirinyapun menyayangkan jika ada sekelompok oknum mengatasnamakan peduli petani tiba-tiba melakukan penolakan. Bahkan dirinya dan petani lain cukup terkejut.
“Kita lihat ada spanduk, bertuliskan tolak pengeringan, jujur kita terkejut, karena kami merasa tidak ada yang menolak,”bebernya.
Kemudian, Sukamin selaku Penyuluh Pertanian Desa Ketuan Jaya mengatakan hal senada menurutnya rehabilitasi memiliki tujuan besar untuk para petani yang sawahnya sedikit mendapatkan air, dengan adanya program ini, diharapkan memberikan harapan sawah sawah milik petani dapat teraliri air lebih banyak.
“Ya siapa yang ngak menolak, kalau sawahnya ngak ada air, justru ada program ini memberikan harapan besar bagi petani untuk mendapatkan pemerataan air,”jelasnya.
Selain itu, rehabilitasi dapat memperbaiki keadaan siring irigasi yang sudah kebanyakan rusak, tentu dengan program ini akan membuat saluran irigas lebih baik, sehingga mereka tidak memiliki alasan untuk tidak mendukung program pemerintah daerah.
Sementara itu, Bendahara Kelompok Tani Terubus Desa Ketuan Jaya, Suyono mengakui memang adanya kurang sosialisasi kepada para petani terkait pengeringan, sehingga masyarakat simpang siur mendapatkan informasi.
“Katanya bulan Juni ini akan pengeringan, namun katanya diundur, jadi informasinya yang kurang sampai ke kita, tapi secara garis besar, kami tidak menolak, bahkan sangat mendukung,program rehab irigasi,”ujarnya.
Ia juga meminta penjelasan, terkait kabar kalau rehabilitasi akan dilaksanakan secara bertahap. “Kenapa tidak setahap saja, jangan sampai dua tahap, takutnya terlalu lama,”pintanya.
Sementara itu, salah seorang petani di desa V Surodadi, Saryanti juga setuju, karena selama ini air tidak lancar, kemungkinan ada faktor sendimen tanah. “Jujur saja mas, airnya kecil, mungkin sudah banyak lumpur atau pasir di daerah ulu sehingga kami yang diilir, dapatnya kecil, ya kalau mau keruk, bagus, setuju sekali,”ujarnya.
Kemudian Penyuluh Pertanian Kelurahan O Mangunharjo, Bambang Irawan menegaskan seluruh gabungan kelompok tani (Gapoktan) se Kecamatan Purwodadi mendukung penuh rehabilitasi daerah irigasi. Bahkan mereka akan membuat pernyataan seluruh kelompok tani untuk mendukung program tersebut.
“Kami tidak menolak, justru kami setuju, yang menolak mungkin bukan petani mas, kalau kami ini benar petani,”ketusnya.
Bahkan,lanjutnya, pihak pemerintah daerah melalui dinas pertanian sudah memberikan bantuan biibit jagung, untuk mengantisipasi pengeringan, bantuan tersebut sudah diberikan sebulan lalu. Begitupun jadwal tanampun sudah pihaknya buat sebelum terjadi pengeringan.
Terkait, beredarnya spanduk penolakan, mereka sama sekali tidak merasa terwakili.
“Tidak ada kami menolak, justru kami sangat mengharapkan adanya program ini,”tegasnya.
Hal senada disampaikan Ketua Gapoktan Sidodadi Kelurahan O Mangunharjo,Saji menegaskan tidak ada petani yang menolak justru sangat mendukung. Merekapun dibuat bingung adanya spanduk penolakan.
“Mereka yang nolak mungkin tidak tahu, kalau ada siring yang tanahnya sudah padat, bahkan sapi pun sudah bisa masuk dalam siring, jadi bayangkan, gimana air mau mengalir kalau tanah disiring sudah padat,dengan adanya pengeringan nanti, air nya kan jadi mengalir lebih deraskan,”ketusnya. (Vhio)
Comment