by

Kemajuan Teknologi, Bila tak Bijak Menggerogoti Moral

KOPI, Jakarta – “Simpel” adalah kata-kata yang paling sering kita dengar dan pikirkan dalam menghadapi suatu masalah. Mungkin akan sama artinya dengan cari mudahnya saja.

Pada masa sekarang ini orang-orang memang dipaksa untuk berpikir praktis dan cepat dalam menghadapi masalah yang menerpa suatu kehidupan atau suatu perusahaan atau suatu keluarga atau sampai di suatu badan/instansi pemerintah.

Begitu masalah muncul semua orang ingin secepatnya ada solusinya. Hal tersebut memang dipandang baik oleh semua orang. Kenapa demikian? Itu disebabkan karena semua orang pada saat ini berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik.

Bagus bukan? Ya pastinya bagus. Tetapi ada hal penting juga yang perlu kita ketahui, bahwa dalam setiap masalah itu membentuk karakter kita, jadi ada beberapa masalah yang mungkin solusinya tidak ditemukan saat ini, sekarang atau dalam waktu dekat, tetapi dalam jangka waktu yang panjang.

Kemudahan dan kepraktisan ini kemudian tertancap di setiap pemikiran setiap orang dan kemudian menjadi sebuah karakter yang kemudian menjadi sebuah habit atau kebiasaan. Coba kita pikirkan sejenak apa yang membuat hal itu begitu tertanam di diri kita? Kemajuan teknologi lah jawabannya.

Jika kita bandingkan zaman dahulu sebelum perkembangan teknologi yang secepat sekarang ini, orang-orang masih percaya akan adanya proses. Jika kita sebagai anak muda saat ini mendengar cerita orang-orang tua dulu, yang mana mereka bercerita susahnya dan betapa penuh perjuangannya mereka untuk mencapai posisi mereka saat ini. Tapi itulah yang membuat para orang-orang tua kita memiliki sifat yang pantang menyerah, mental yang kebal layaknya baja, dan semangat akan perjuangan hidup yang tinggi.

Dilihat pada masa ini, sulit menemukan anak muda yang masih memiliki sifat dan karakter yang demikian. Perlu kita akui dengan perkembangan teknologi ini kita tidak perlu susah untuk melakukan atau mencari sesuatu. Misalnya dalam hal mencari pekerjaan. Orang dulu pasti akan membuat cv (curriculum vitae) dan mencari kantor-kantor yang membuka lapangan pekerjaan, mereka mendatangi kantor-kantor tersebut.

Pada masa sekarang ini, kita hanya membuat cv dan dokumen pribadi kita di sebuah website-website yang membuat kantor-kantor melihat prestasi kita. Jadi generasi muda saat ini tidak relate dengan yang namanya perjuangan dan proses. Lebih mementingkan hasil.

Inilah yang menurut opini saya menyebabkan penurunan moral-moral di masyarakat saat ini. Bukan tidak setuju dengan kemajuan teknologi saat ini, namun sangat disayangkan bahwa efek yang diberikan cukup merugikan generasi selanjutnya dan menjadi sebuah efek domino.

Dari sisi generasi tua pun mentolerir dan bahkan menganggap biasa penurunan moral di kalangan anak muda. Saya selaku mahasiswa dan sekaligus dari generasi muda, memang perlu bimbingan dari generasi tua yang mana mereka menanamkan nilai-nilai dan moral yang mulai pudar dan bahkan sudah hilang dalam generasi muda sekarang ini.

Kita juga sebagai generasi muda seharusnya sadar dan tidak hanya fokus pada diri kita sendiri sehingga membuat luntur nilai-nilai yang dahulu sudah ada. (Tulisan Opini oleh : Eliansen, mahasiswa FIKOM Jayabaya)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA