by

Madu Minang Galo-galo, Keanekaragaman dan Manfaatnya bagi Kesehatan

KOPI, Padang – Budidaya madu telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk warga Minang di Sumatera Barat. Madu Minang Galo-galo dari daerah sebelah barat Sumatera telah mengambil peran penting dalam mengenalkan variasi madu yang unik dan bernilai kesehatan.

Madu Minang Galo-galo adalah madu alami yang dihasilkan oleh lebih yang mudah didapatkan di wilayah ini. Lebah tanpa sengat yang banyak diternakkan di Sumatera Barat itu telah menghadirkan varietas madu yang menarik bagi masyarakat. Salah satunya adalah peternakan lebah Madu Galo-galo yang terlaatak di Jl. Napak Tilas, Sungai Bangek, Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat,

Madu Minang Galo-galo sendiri telah meraih dua gelar juara. Perolehan kejuaraan tingkat Provinsi Sumatera Barat itu adalah Juara 2 pada tahun 2021 dan Juara 3 pada tahun 2022 lalu.

Sejumlah 200 sarang lebah telah dikelola di alamat tersebut dan diolah menjadi kemasan botol dengan berbagai ukuran. Salah satu produk unggulannya adalah madu berukuran 200 gram yang dijual seharga 150 ribu rupiah per botol. Pada tahap ini, usaha Madu Minang Galo-galo juga tengah mengurus sertifikat halal dari Departemen Agama untuk menambah kepercayaan konsumen.

Madu Galo-galo, juga dikenal dengan sebutan galo-galo, klanceng, kelulut, atau teuweul. Madu jenis ini memiliki ciri khas rasa yang berbeda dari madu lebah biasa.

Kehadiran madu ini menjadi alternatif makanan sehat berkat kemampuan lebah ini menghasilkan senyawa gula sehat trehalulosa, yang memiliki manfaat kesehatan yang lebih luas. Selain itu, kandungan antimikroba dalam madu ini menjadikannya sebagai penambah tingkat penyembuhan, bahkan memberikan harapan bagi penderita stroke ringan.

Budidaya Madu Galo-galo

Pada proses budidayanya, petani harus memperhatikan beberapa langkah penting. Lokasi kotak sarang lebah galo-galo harus dipilih secara hati-hati. Kotak tersebut harus diisi dengan bahan-bahan yang sesuai untuk membantu lebah galo-galo dalam membangun sarang dan pot madunya. Proses pemindahan koloni lebah dari sarang alami ke kotak sarang buatan juga merupakan langkah penting yang membutuhkan alat pengasapan.

Sumatera Barat menjadi rumah bagi sejumlah jenis lebah galo-galo, seperti Heterotrigona itama, Geniotrigona thoracica, Tetrigona apicalis, Lophotrigona canifrons, Tetragonula laeviceps, dan Tetragonula fuscobalteata. Setiap spesies memiliki karakteristik dan rasa madu yang berbeda, memperkaya pilihan bagi para konsumen.

Selain manfaat bagi petani dan konsumen, budidaya lebah galo-galo juga memiliki dampak positif pada lingkungan dan ekosistem. Keseimbangan ekosistem, keanekaragaman hayati, serta pengurangan emisi karbon dioksida adalah beberapa di antara dampak positif ini.

Dengan perhatian dan keterampilan khusus, budidaya Madu Minang Galo-galo tidak hanya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi petani, tetapi juga menjaga warisan alam dan kesehatan konsumen. Melalui kolaborasi dan pemahaman yang baik, budidaya ini dapat berkembang secara kontinyu, memberikan keberlanjutan pada lingkungan dan ekonomi lokal. (*)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA