by

Hadiri Mekepung Lampit, Bupati Jembrana: Jaga Warisan Budaya Jembrana

KOPI, Jembrana – Bupati Jembrana I Nengah Tamba bersama Wabup I Gede Ngurah Patriana Krisna menghadiri lomba Mekepung Lampit yang diselenggarakan oleh Sanggar Tari Bali Satya, bertempat di Sirkuit Mekepung Lampit Subak Tegalwani Pangkung Jagung Cibunguran, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, Minggu (11/9/2022). Lomba mekepung tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya kearifan lokal Jembrana.

Makepung Lampit sebagai salah satu warisan budaya leluhur Kabupaten Jembrana yang harus dijaga kelestariannya. Lomba Makepung Lampit merupakan sebuah budaya kearifan lokal Jembrana, yang saat ini diselenggarakan oleh Sanggar Tari Bali.

Menariknya lagi dalam lomba Mekepung Lampit tersebut, Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna ikut berpartisipasi sebagai joki mencoba sirkuit sepanjang 50 meter. Selain orang dewasa, ajang mekepung diatas lumpur ini juga diikuti anak-anak dan wanita sebagai generasi penerus yang sukses menarik ribuan penonton bisa hadir.

Usai menyaksikan perlombaan Mekepung Lampit, Bupati Tamba yang pernah menjabat anggota DPRD Provinsi tersebut, mengatakan bahwa Makepung Lampit juga untuk memperkenalkan budaya Jembrana di kancah Internasional. “Kalau makepung darat itu sudah diakui, kalau yang ini sekarang Makepung Lampit di sawah juga harus dilestarikan,” ucap Bupati Tamba. 

Bupati Tamba juga menambahkan bahwa kegiatan Makepung tersebut adalah bagian dari atraksi budaya yang ada di Kabupaten Jembrana. “Tentu, kita sudah mengetahui makepung yang ada di darat, atau makepung di tanah, hari ini dilaksanakan yang di tanah basah (makepung lampit), ini merupakan bagian dari warisan budaya leluhur kita, agar selalu dijaga, jangan sampai hilang,” imbuhnya. 

Sementara salah satu panitia Makepung Lampit Nengah Bandi Astawa saat ditemui awak media Pewarta Indonesia mengatakan bahwa pelaksanaan Makepung Lampit diikuti sebanyak 30 orang peserta. “Diantaranya:

  1. 10 peserta di Grup A
  2. 10 peserta di Grub B
  3. 10 peserta di grup C.

Selain peserta yang sudah berpengalaman, hari ini kita juga lombakan para generasi penerus dalam makepung ini, sehingga astungkara (mudah-mudahan) tetap ada yang melanjutkan,” ucap Nengah Bandi Astawa. 

Lanjutnya, terkait aturan perlombaan, Nengah Bandi Astawa menjelaskan bahwa dalam lintasan sepanjang kurang lebih 50 meter tersebut ada tiga bendera berjejer di sepanjang lintasan dengan jarak bendera pertama 10 meter, bendera kedua 20 meter dan bendera ketiga 20 meter. “Bendera pertama itu untuk start, bendera kedua itu untuk batas joki makepung duduk diatas lampit, sementara bendera ketiga untuk finish,” jelas Nengah Bandi Astawa. 

Lebih lanjut, Nengah Bandi Astawa menambahkan bahwa untuk para peserta lomba akan di arahkan menuju start dengan berjalan untuk memahami jalur lintasannya, kemudian dilepas start harus berdiri sebelum sampai di batas bendera kedua. “Jalurnya juga tidak boleh berubah, para peserta harus bisa mengendalikan kerbau mereka agar berlari lurus kedepan dan dapat menjaga keseimbangan. Jika kerbau melenceng dari jalur itu di diskualifikasi, sama dengan ketika kerbau finish tanpa joki,” pungkasnya. (AM)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA