Dengan kemampuan berpikir seperti ini, kita tidak lagi akan bertemu dengan seliweran warga Belanda di nusantara yang dengan tanpa nurani menonton kemiskinan dan kemelaratan rakyat keturunan jajahannya. Sebaliknya, kita juga bisa berharap banyak kepada para mahasiswa dan pelancong Indonesia di Belanda, serta negara kaya di Eropa lainnya, untuk tidak sekedar berjalan dan melihat penuh kekaguman akan situasi perkembangan kemajuan bangsa mantan penjajah nenek moyangnya. Pengalaman mereka berada di negara-negara maju seharusnya melahirkan suatu kesadaran bahwa bangsanya nun jauh di nusantara sana melewati hari-hari penuh sengsara akibat tindak-tanduk kolonialisme masa lalu. Dan kesadaran itu seharusnya memunculkan kekuatan untuk menyampaikan gugatan kemanusiaan kepada kaum kolonial. Bung Hatta dan kawan-kawannya adalah contoh konkrit yang bisa jadi panduan generasi Indonesia di luar negeri. Apa dan bagaimana mereka berbuat bagi kepentingan negeri nan malang di Timur Jauh sana. Sejarah memang selalu berulang, dan generasi saat ini harusnya mengambil bagian dari pengulangan pergerakan Indonesia yang sedang akan terjadi ini.
Hingga pada akhirnya, suatu saat nanti sikaya (baca: Belanda) tidak lagi akan terus-menerus dijejali oleh beban moral “rasa bersalah” ketika melihat tetangganya tidur beralaskan koran akibat ketamakan nenek-moyang bangsanya.(*)
Penulis Wilson Lalengke, alumni Birmingham University Inggris, Utrecht University Belanda, Linkoping University Swedia; mantan dosen paruh waktu Universitas Bina Nusantara, Jakarta; Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012
Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org
Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini
Comment