KOPI, Jakarta – Bandara Soekarno Hatta Penuh! Berarti tadinya pernah lengang donk.
Tapi di pasar pasar tradisional di daerah, tidak pernah ada cerita lengang. Selalu uyel uyelan, penuh dengan kerumunan manusia. Mereka tidak pernah mengubah kebiasaannya. Seolah tidak pernah mendengar kasus wabah virus Corona yang telah memakan korban banyak di dunia. Sebagian berfikir, ada serangan virus atau tidak, mereka tetap harus berjuang keras untuk hidup. Ketiadaaan viruspun dapat memusnahkan kehidupannya – jika tak kerja.
Meski telah didengungkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sekalipun. Sebagian besar masyarakat tidak peduli, tidak mau mendengar, apatis terhadap seluruh himbauan pemerintah. Apalagi terkesan bahwa pemerintahnyapun tidak ada kesepakatan dalam menerapkan kondisi darurat.
Teori latah, karena beberapa negara sudah mulai membuka pengunciannya atau Lock Down, bandara internasional Soeta juga dibuka. Padahal sama sekali tidak berbasis data dan kesiapan infrastruktur medis yang memadai. Jauh dari memadai. Angka kasus barupun terus meningkat. Sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Tetapi, memang Roda perputaran ekonomi terus menekan dan mendesak dari segala penjuru.
Kemudian, bagaimana dengan nasib masyarakat? Jadilah anggota masyarakat yang cerdas dalam melindungi diri sendiri. Itu kuncinya hidup dibumi pertiwi ini. Hidup sehat, selalu jaga kebersihan diri dan lingkungan, serta tetap jaga jarak agar aman.
Tapi apakah benar serangan virus Corona sudah mulai reda?
Lebih dari 4 juta orang telah terinfeksi di seluruh dunia dan hampir 280.000 telah meninggal sejak COVID-19 mulai menyebar pada akhir tahun 2019.
Para pemuka dunia memperingatkan gelombang kedua virus corona di tengah telah dibukanya kembali pembatasan. Beberapa negara, seperti Jerman, Italia, dan Prancis telah mulai membuat rencana Tindakan untuk gelombang kedua yang dilihat cukup potensial. Namun di Amerika, dan banyak negara telah mulai membuka kembali pembatasannya, meskipun mereka tidak memenuhi kriteria utama dalam pedoman pembukaan pembatasan. Termasuk Indonesia. Keprihatinan ini telah membuat Profesor epidemiologi Universitas Columbia Ian Lipkin mengatakan kepada Associated Press bahwa “Kita telah mempertaruhkan kesalahan yang tidak akan bisa ditoleransi,”.
Gelombang ke-dua Pandemi Corona diprediksi akan datang, setelah adanya data dari beberapa negara besar seperti China, Korea Selatan dan Jerman – Eropa.
Cina, Wuhan, sebagai komunitas pertama yang menderita virus Corona, baru saja memberitakan adanya kasus baru. Padahal mereka sudah membuka kegiatan kesehariannya. Ada sebanyak 14 kasus baru, pada hari minggu. Lonjakan yang luar biasa, dibandingkan sehari sebelumnya, Sabtu, yang tercatat hanya 1 kasus.
Korea Selatan melaporkan adanya 34 kasus baru pada Sabtu malam kemarin, 9 Mei 2020. Yang berpusat di klub malam. Disebabkan karena ada penderita yang harus masih dalam karantina 14 hari tetapi sudah berbaur. Hal yang sangat mengkhawatirkan. Campur tangan pemerintah harus lebih cerdas dan cermat.
“Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi”, kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam pidato yang disiarkan televisi. “Kita berada dalam perang yang berkepanjangan. Saya meminta semua orang untuk mematuhi tindakan pencegahan dan peraturan keselamatan sampai situasinya selesai, bahkan setelah melanjutkan kehidupan sehari-hari.”
Presiden Korea Selatan dengan tegas pula mengatakan akan bersiap menghadapi serangan Corona virus gelombang ke-dua di akhir tahun ini. Dan beliau tidak akan membuka lock down secara bertahap. Membuka sekolahan juga bertahap, tidak serempak. Rencana dimulai pada tanggal 13 Mei ini. Sambil terus di pantau penyebaran virus coronanya. Hingga saat ini tercatat, kasus di Korea Selatan adalah 256. Sangat sedikit dibandingkan Indonesia yang tercatat sudah mencapai 14.265 kasus, dimana 5.276 nya ada di Jakarta. Total angka kematian 991, dan 441 nya di Jakarta.
Di Eropa, Jerman mencatat 667 kasus baru dan 26 kematian pada hari Minggu.
Adanya kasus baru, digabung dengan yang muncul pada negara negara yang sudah dianggap bisa melonggarkan pemantauan, sangat memberi tekanan pada Kanselir Angela Merkel yang berencana akan membuka kembali perekonomian. Jerman termasuk negara yang sukses dalam menangani wabah Covid-19. Tetapi, adanya catatan baru telah membuat Institut Jerman Robert Koch, dari badan pengendali penyakit federal, mengatakan ”terlalu dini untuk mengatakan apakah tingkat infeksi negara akan terus meningkat atau menurun dalam beberapa minggu mendatang”. Jadi masih memerlukan waktu untuk lebih cermat dalam membuat suatu keputusan terkait Tindakan lebih lanjut.
Laporan negara canggih diatas, yang mempunyai fasilitas medis pendukung yang sangat canggih serta didukung dana yang mandiri, harus benar benar bisa menjadi masukan.
Kesuksesan penangan wabah Covid-19 adalah kombinasi dari ketegasan dan kepiawaian pemerintah dalam mengambil Tindakan, dan kesadaran masyarakatnya untuk memperlakukan dirinya sebagai elemen yang memegang peranan penting terhadap kesuksesan memerangi Corona virus ini. Satu saja yang tidak tertib, akan berakibat hidupnya Kembali penyebaran virus. Seperti pepatah, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Pepatah ini harus digotong dengan baik, Bersama sama, untuk sukses dalam menangani wabah virus Corona ini. Tidak boleh ada yang menjadi nila.
Kiat memerangi wabah virus Corona jangan dianggap ringan. Ini kasus baru. Walaupun ada yang percaya ini adalah cara alam untuk menjaga keseimbangannya. Tapi keseimbangan yang seperti apa. Haruskah kita menjadi elemen yang harus termusnahkan untuk menjaga keseimbangan bumi ini?
Bersama, kita bisa mengembalikan virus ini pada habitatnya. Meski butuh waktu yang tidak sebentar, hingga ditemukannya Vaksin.
Oleh: Dr. Geni Rina Sunaryo, Alumnus Tokyo University
Comment