by

Opu Daeng Risadju: Perempuan Bangsawan Luwu yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia

Oleh: Sarifuddin

KOPI, Palopo – Sejarah kemerdekaan Indonesia dipenuhi oleh kisah para pahlawan yang dengan gagah berani memperjuangkan kebebasan dari penjajahan. Salah satu di antaranya adalah Opu Daeng Risadju, seorang perempuan bangsawan dari Luwu, Sulawesi Selatan, yang mengorbankan segalanya demi tanah air. Kisah hidupnya bukan hanya inspirasi, tetapi juga bukti nyata bahwa perjuangan tidak mengenal batasan gender.

Masa Kecil di Palopo

Lahir di Palopo pada tahun 1880 dengan nama kecil Famajjah, Opu Daeng Risadju tumbuh dalam keluarga bangsawan yang religius. Ayahnya, Muhammad Abdullah To Baresseng, dan ibunya, Opu Daeng Mawellu, memberikan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam kepada Famajjah. Sebagai anak bangsawan, ia dididik untuk memahami Al-Quran dan menjalani kehidupan sesuai ajaran agama. Masa kecil Famajjah yang sederhana ini menjadi fondasi kuat bagi perjuangan yang ia jalani di kemudian hari.

Pernikahan dan Kehormatan Kebangsawanan

Ketika Famajjah menikah dengan Haji Muhammad Daud, seorang ulama dari Bone, ia menerima gelar Opu Daeng Risadju, sebuah gelar kebangsawanan dari Kerajaan Luwu. Kehidupan pernikahan ini membawa Opu Daeng Risadju pada peran yang lebih luas di masyarakat, terutama dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan agama. Suaminya, sebagai ulama, turut memengaruhi pandangan dan semangat juangnya untuk melawan ketidakadilan.

Perjuangan Melawan Penjajahan

Semangat Opu Daeng Risadju untuk melawan penjajahan Belanda semakin berkobar ketika ia bergabung dengan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Sebagai ketua PSII di wilayahnya, ia aktif mengorganisir rakyat untuk melawan ketidakadilan kolonial. Sikapnya yang vokal dan tegas membuat Belanda khawatir, hingga akhirnya ia ditangkap dengan tuduhan menghasut rakyat.Namun, penangkapan tidak membuatnya gentar. Di balik jeruji besi, ia tetap menyuarakan perlawanan. Keteguhan hati Opu Daeng Risadju inilah yang menjadikannya simbol keberanian perempuan Indonesia.

Penyiksaan dan Pengorbanan

Penjara menjadi saksi bisu atas penderitaan fisik dan mental yang dialami Opu Daeng Risadju. Ia disiksa secara brutal di penjara Sengkang dan Bajo, hingga kehilangan pendengarannya seumur hidup. Meskipun tubuhnya dilemahkan, semangatnya tetap membara. Tindakan represif Belanda terhadapnya justru memperkuat tekad rakyat untuk melawan penjajahan.

Akhir Hidup dan Pengakuan Negara

Opu Daeng Risadju menghabiskan sisa hidupnya di tanah kelahirannya. Ia wafat pada 10 Februari 1964 dan dimakamkan di pemakaman raja-raja Lokkoe, Palopo. Atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam perjuangan kemerdekaan, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana.

Warisan Perjuangan

Kisah Opu Daeng Risadju adalah pengingat bahwa perjuangan tidak mengenal batasan gender, usia, atau status sosial. Ia adalah simbol keberanian, keteguhan, dan pengorbanan. Sosoknya mengajarkan kepada kita bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lahir begitu saja, tetapi melalui darah, keringat, dan air mata para pahlawan seperti dirinya.

“Sebagai bangsa, kita patut mengenang dan menghormati jasa Opu Daeng Risadju, sekaligus menjadikan nilai-nilai perjuangan yang ia bawa sebagai teladan untuk membangun Indonesia yang lebih baik”.

Dalam konteks sejarah Opu Daeng Risadju, ada beberapa pihak yang patut diapresiasi atas dedikasi mereka dalam mendokumentasikan kisah hidup pahlawan ini.

Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Opu_Daeng_Risadju

Akademisi dan Peneliti

Sejarawan seperti Prof. Dr. Nurhayati Rahman, seorang pakar sejarah dan budaya Bugis-Makassar, dikenal fokus pada penggalian sejarah lokal.Akademisi dari berbagai perguruan tinggi, terutama yang berbasis di Sulawesi Selatan, banyak yang menulis karya ilmiah tentang pahlawan lokal seperti Opu Daeng Risadju. Penelitian ini sering kali dipublikasikan dalam jurnal-jurnal sejarah dan budaya, serta dijadikan bahan referensi untuk memperkaya pengetahuan generasi muda.

Tim Museum dan Arsip

Museum-museum seperti Museum Lagaligo di Fort Rotterdam, Makassar, serta Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan, menyimpan berbagai artefak dan dokumen penting yang berkaitan dengan Kerajaan Luwu dan perjuangan Opu Daeng Risadju. Tim kurator dan arsiparis di tempat-tempat ini bekerja keras menjaga dan menyebarluaskan informasi sejarah kepada publik.

Keluarga dan Keturunan

Keturunan Opu Daeng Risadju, termasuk keluarga besar Kerajaan Luwu, turut menjadi sumber informasi penting. Mereka menjaga tradisi lisan dan kisah-kisah keluarga yang sering kali tidak tercatat dalam dokumen resmi. Peran mereka membantu menyingkap sisi personal dari kehidupan sang pahlawan.

Komunitas Sejarah dan Budaya

Komunitas sejarah dan budaya, seperti Lembaga Kebudayaan Sulawesi Selatan, berperan aktif dalam mengorganisir diskusi, seminar, dan pameran yang mengangkat tokoh-tokoh lokal seperti Opu Daeng Risadju. Mereka juga mengadvokasi pentingnya pelestarian sejarah melalui program-program edukatif.

Penulis dan Jurnalis

Banyak penulis dan jurnalis yang tertarik mengabadikan kisah perjuangan Opu Daeng Risadju dalam bentuk buku, artikel, dan laporan media. Mereka berkontribusi dalam menyebarluaskan informasi sejarah ke masyarakat luas, menjadikannya lebih dikenal di tingkat nasional.Melalui kerja keras berbagai pihak ini, kisah Opu Daeng Risadju tetap hidup dan menginspirasi generasi saat ini untuk menghargai sejarah serta memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kebebasan. **

Penulis adalah anggota Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) dari kota Palopo

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA