by

Kerendahan Hati Adalah Tangga yang Kokoh

Oleh: Rudi Sinaba

KOPI, Palopo – Kerendahan hati adalah cermin dari keindahan jiwa. Di tengah era yang kerap mengagungkan popularitas, kekuasaan, dan pencapaian materi, sikap rendah hati justru menjadi barang langka yang sering diabaikan. Padahal, kerendahan hati tidak hanya memperindah kepribadian, tetapi juga menjadi tangga kokoh yang membawa kita menuju kebahagiaan sejati dan kesuksesan yang bermakna.

Dalam perjalanan hidup, banyak orang terjebak dalam kesombongan, merasa diri paling benar, atau enggan mendengarkan orang lain. Akibatnya, hubungan rusak, peluang hilang, dan jiwa menjadi gelisah. Sebaliknya, kerendahan hati membuka jalan bagi perdamaian batin, kebijaksanaan, dan hubungan yang lebih harmonis dengan sesama.

Kerendahan hati bukan sekadar nilai moral. Ia adalah jalan kehidupan yang telah diajarkan oleh para filsuf dan para nabi. Seseorang yang rendah hati tidak hanya dikenang karena pencapaiannya, tetapi juga karena kebaikannya yang tulus.

Makna Kerendahan Hati

Kerendahan hati adalah kemampuan untuk menyadari bahwa kita tidak sempurna, tetapi tetap berharga. Ini adalah kesediaan untuk mengakui bahwa ada banyak hal di dunia yang belum kita pahami dan bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bisa diajarkan kepada kita.

Filsuf Tiongkok, Laozi, dalam Tao Te Ching, mengajarkan bahwa sungai-sungai yang besar tetap rendah, karena mereka menerima aliran air dari tempat yang lebih tinggi. Analogi ini menggambarkan bahwa kerendahan hati adalah kekuatan, bukan kelemahan. Hanya orang yang rendah hati yang mampu menerima lebih banyak, baik itu ilmu, pengalaman, maupun cinta.

Agama-agama besar juga menekankan pentingnya kerendahan hati. Dalam Al-Qur’an, Allah menyukai hamba-Nya yang rendah hati dan tidak sombong. Sementara dalam ajaran Yesus Kristus, kerendahan hati adalah kunci untuk memasuki Kerajaan Allah: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka yang empunya Kerajaan Surga” (Matius 5:3).

Mengembangkan Kerendahan Hati

Kerendahan hati tidak lahir begitu saja. Ia perlu dilatih dan diasah dalam keseharian. Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk mengembangkan kerendahan hati, diperkaya dengan nilai filsafat dan agama:

1. Refleksi Diri dengan Jujur

Setiap malam, luangkan waktu untuk merenungkan diri. Tanyakan pada hati: apa yang telah saya lakukan hari ini? Adakah kesalahan yang harus saya perbaiki? Filsuf Yunani, Epictetus, mengajarkan bahwa refleksi diri adalah kunci untuk memperbaiki hidup, karena hanya mereka yang mengenal dirinya sendiri yang mampu berubah menjadi lebih baik.

2. Mendengar dengan Hati, Bukan Hanya Telinga

Dengarkan orang lain dengan niat memahami, bukan sekadar untuk menjawab. Dalam ajaran Buddha, mendengarkan adalah bentuk kasih sayang, karena kita menghargai keberadaan orang lain. Jangan merasa lebih tahu; belajarlah dari setiap cerita dan pengalaman.

3. Mengakui Kelemahan dan Kesalahan

Tidak ada manusia yang sempurna, dan mengakui kesalahan adalah tanda keberanian. Dalam Islam, meminta maaf dan memperbaiki kesalahan adalah bagian dari akhlak mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling baik akhlaknya.”

4. Meningkatkan Rasa Syukur

Bersyukur adalah bentuk lain dari kerendahan hati. Dengan mensyukuri apa yang dimiliki, kita belajar untuk tidak merasa iri atau sombong. Syukur menjadikan hati lapang dan jauh dari ketamakan.

5. Belajar Tanpa Henti

Dunia ini penuh dengan ilmu dan kebijaksanaan. Seperti yang diajarkan Socrates, “Aku tahu bahwa aku tidak tahu.” Kerendahan hati dalam belajar membuka pintu untuk terus berkembang dan meraih kebijaksanaan sejati.

6. Memperlakukan Semua Orang dengan Hormat

Baik orang kaya maupun miskin, tua maupun muda, semua layak dihormati. Dalam ajaran Hindu, setiap makhluk hidup adalah manifestasi dari Tuhan. Sikap rendah hati kepada sesama adalah wujud penghormatan kepada Sang Pencipta.

7. Berbuat Baik Tanpa Pamrih

Kebaikan yang sejati adalah kebaikan yang tidak mengharapkan balasan. Dalam ajaran Kristen, “Jika engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Matius 6:3). Kerendahan hati mengajarkan kita untuk berbuat baik demi cinta kasih, bukan demi pujian.

Pesan Moral dari Para Filsuf dan Ajaran Agama

Kerendahan hati adalah jalan menuju kebijaksanaan, kebahagiaan, dan kedamaian. Sebagai manusia, kita harus ingat bahwa kesombongan adalah akar dari banyak kejatuhan, sedangkan kerendahan hati membawa kita ke puncak kemuliaan. Dalam setiap langkah hidup, biarkan kerendahan hati menjadi pedoman.

Penutup

Kerendahan hati adalah tangga yang kokoh, yang akan membawa kita kepada keberhasilan yang penuh arti dan hubungan yang harmonis dengan sesama. Ia memampukan kita untuk berdiri teguh saat badai menerpa, dan tetap rendah hati saat puncak keberhasilan tercapai.

Hidup adalah perjalanan, dan kerendahan hati adalah kompas yang menuntun kita menuju tujuan yang sejati. Mari kita renungkan, apakah hari ini kita sudah cukup rendah hati? Jika belum, jangan ragu untuk melangkah ke arah itu. Sebab, dunia ini tidak membutuhkan lebih banyak kesombongan, tetapi lebih banyak orang yang penuh kasih dan rendah hati.

Jadilah tangga yang kokoh bagi orang lain, dan biarkan kerendahan hati menjadi warisan terbesar yang Anda tinggalkan. (*)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA