Oleh: Rudi Sinaba
KOPI, Palopo – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah literasi sering muncul di berbagai platform media, diskusi publik, hingga ruang akademik. Istilah ini tak lagi hanya mengacu pada kemampuan dasar membaca dan menulis, tetapi berkembang mencakup beragam bidang seperti literasi digital, literasi keuangan, literasi budaya, hingga literasi lingkungan.
Fenomena ini mencerminkan perubahan cara masyarakat memahami pengetahuan dan keterampilan. Literasi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sempit, tetapi menjadi representasi kemampuan berpikir kritis, menganalisis, dan memahami suatu hal secara menyeluruh. Istilah ini menjadi semacam label modern untuk kecakapan tertentu yang dianggap relevan di era globalisasi dan digitalisasi.
Namun, perlu diakui bahwa penggunaan istilah ini sering kali menimbulkan kebingungan. Misalnya, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “literasi budaya”? Apakah sekadar mengetahui tradisi, atau memahami nilai dan konteks sejarah yang lebih luas? Pertanyaan ini muncul di tengah masyarakat, namun popularitas istilah literasi terus meningkat karena memberikan kesan modern dan berkelas.
Literasi: Dari Akar Bahasa ke Pengertian Modern
Secara etimologis, literasi berasal dari kata Latin littera, yang berarti “huruf.” Awalnya, literasi digunakan untuk menggambarkan kemampuan membaca dan menulis, keterampilan dasar yang menjadi fondasi pendidikan dan peradaban manusia. Dalam tradisi klasik, literasi erat kaitannya dengan literatur atau teks tertulis yang digunakan sebagai sarana untuk menyimpan dan menyebarkan pengetahuan.
Namun, di era modern, makna literasi meluas seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Kini, literasi mencakup:
1. Kemampuan Mengakses Informasi:
Literasi tidak lagi hanya soal membaca teks, tetapi juga memahami informasi dari berbagai media, termasuk digital.
2. Pemikiran Kritis:
Literasi mencakup kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mengintegrasikan informasi.
3. Penerapan dalam Kehidupan:
Literasi modern menuntut individu tidak hanya memahami tetapi juga mampu memanfaatkan informasi dalam pengambilan keputusan.
Perkembangan Penggunaan Istilah Literasi di Era Global
Seiring perkembangan teknologi, istilah literasi digunakan untuk menggambarkan kecakapan di bidang-bidang tertentu. Beberapa jenis literasi yang populer saat ini antara lain:
1. Literasi Digital
Di era internet, literasi digital menjadi sangat penting. Ini mencakup kemampuan memahami dan menggunakan teknologi informasi secara efektif, termasuk mengevaluasi kredibilitas informasi online dan menghindari hoaks.
2. Literasi Keuangan
Literasi keuangan mengacu pada kemampuan memahami konsep keuangan seperti pengelolaan uang, investasi, dan perencanaan keuangan. Dalam konteks ini, literasi membantu individu membuat keputusan ekonomi yang cerdas.
3. Literasi Budaya
Literasi budaya mengacu pada pemahaman terhadap nilai-nilai, tradisi, dan norma dalam suatu masyarakat. Dalam era globalisasi, kemampuan ini penting untuk membangun toleransi dan menghargai keberagaman.
4. Literasi Ekologi
Di tengah krisis lingkungan, literasi ekologi bertujuan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan kemampuan untuk mengambil tindakan nyata demi keberlanjutan bumi.
5. Literasi Data
Era big data juga melahirkan literasi data, yang mencakup kemampuan membaca, memahami, dan menggunakan data secara efektif dalam pengambilan keputusan.
6. Literasi Politik
Literasi politik adalah kemampuan memahami sistem politik, kebijakan publik, dan dinamika kekuasaan dalam suatu masyarakat. Ini mencakup pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, serta kemampuan untuk berpikir kritis terhadap keputusan politik. Dengan literasi politik, masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam membentuk kebijakan dan mengawasi jalannya pemerintahan secara lebih bijaksana.
7. Literasi Kearifan Lokal
Literasi kearifan lokal merujuk pada pemahaman terhadap nilai, norma, dan praktik tradisional yang diwariskan oleh komunitas lokal. Literasi ini bertujuan untuk menjaga identitas budaya serta menggunakan kearifan lokal sebagai solusi untuk tantangan modern, seperti pelestarian lingkungan atau resolusi konflik. Literasi ini penting untuk menjaga harmoni antara tradisi dan modernitas.
Mengapa Istilah Literasi Begitu Populer?
Ada beberapa alasan mengapa istilah literasi semakin populer dan diterima secara luas:
1. Kesederhanaan dan Kepraktisan
Istilah literasi memberikan kesan ringkas tetapi mencakup kemampuan yang kompleks. Daripada menjelaskan panjang lebar tentang “kemampuan memahami teknologi digital,” istilah “literasi digital” terasa lebih efektif.
2. Kesan Modern dan Kekinian
Literasi memiliki daya tarik sebagai istilah modern, seolah mencerminkan kebutuhan yang relevan dengan tantangan zaman. Istilah ini juga sering digunakan untuk menarik perhatian generasi muda.
3. Relevansi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Literasi di berbagai bidang dianggap penting untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara individu maupun kolektif. Hal ini membuat istilah literasi menjadi lebih universal.
Dampak Positif dan Tantangan
Dampak Positif:
1. Literasi modern meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat di berbagai bidang, mulai dari keuangan hingga budaya.
2. Literasi membantu masyarakat menghadapi era informasi yang penuh dengan tantangan, seperti hoaks dan manipulasi data.
3. Literasi menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan inovatif.
Tantangan:
1. Perlu ada kesamaan persepsi tentang makna literasi di berbagai konteks agar tidak menimbulkan kebingungan.
2. Literasi yang hanya menjadi tren tanpa pemahaman mendalam bisa kehilangan esensi.
3. Masyarakat harus didorong untuk mempraktikkan literasi, bukan sekadar mempelajarinya secara teori.
Perluasan Makna Literasi sebagai Gejala Perkembangan Bahasa
Secara etimologis istilah literasi berasal dari kata Latin littera (huruf) yang berkaitan dengan literatur atau tulisan. Awalnya, literasi memang memiliki kaitan erat dengan kemampuan membaca dan menulis, yang berakar pada literatur sebagai medium utama untuk memperoleh pengetahuan. Namun, seiring waktu, maknanya berkembang melampaui sekadar kemampuan teknis. Jika dikembalikan ke asal katanya, literasi memang dapat dimaknai sebagai pemahaman menyeluruh yang didasarkan pada literatur atau sumber tulisan.
Seiring waktu, konsep literasi yang dulu terbatas pada kemampuan membaca dan menulis kini telah berkembang jauh lebih luas, mencakup banyak dimensi baru, seperti literasi digital, literasi media, literasi keuangan, literasi politik, dan banyak lainnya.
Perubahan ini bukan hanya fenomena linguistik, tetapi juga cerminan perubahan sosial dan teknologi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, individu tidak hanya perlu bisa membaca teks, tetapi juga mampu menilai informasi secara kritis, memahami konteks budaya, serta menggunakan keterampilan teknis dan analitis dalam menghadapi informasi digital.
Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat adaptasi terhadap perubahan zaman. Dalam konteks ini, literasi lebih dari sekadar keterampilan dasar, melainkan mencakup kemampuan untuk menginterpretasi, menganalisis, dan bertindak berdasarkan informasi yang diterima. Oleh karena itu, literasi semakin menjadi istilah yang lebih kompleks dan multidimensi, sementara ilmu tetap lebih terfokus pada pengembangan pengetahuan yang terstruktur dan berbasis metode ilmiah.
Dengan demikian, perluasan makna ini adalah hasil dari interaksi dinamis antara bahasa, masyarakat, dan teknologi, yang mencerminkan betapa pentingnya pemahaman menyeluruh terhadap konteks penggunaan istilah tersebut.
Penutup
Literasi modern telah melampaui batasan tradisionalnya sebagai kemampuan membaca dan menulis. Kini, literasi mencakup kecakapan dalam memahami, menganalisis, dan menerapkan informasi di berbagai bidang. Meskipun penggunaannya semakin luas, literasi tetap berakar pada pemahaman mendalam yang berbasis pada literatur, baik dalam bentuk tradisional maupun digital.
Dengan literasi yang terus berkembang, kita dihadapkan pada peluang untuk menjadi masyarakat yang lebih terinformasi, kritis, dan adaptif. Namun, tantangan untuk menjaga makna esensial literasi tetap menjadi pekerjaan bersama, agar istilah ini tidak kehilangan kekuatannya sebagai alat perubahan sosial yang nyata.
Penulis adalah pemerhati masalah hukum dan sosial.
Comment