Oleh: Rudi Sinaba
Di tengah hutan yang lebat,
Tertancap gubuk reyot penuh cerita.
Bukan kemewahan yang dicari,
Namun kedamaian yang tak ternilai harganya.
Dinding kayu yang rapuh,
Atap daun yang kering,
Namun di dalamnya, hidup mengalir,
Dengan cinta dan rasa syukur yang tulus.
Di sekelilingnya, pohon-pohon berdiri,
Menjaga, merawat, dan memberi naungan.
Tanah yang subur dan air yang jernih,
Semua menjadi sahabat, bukan musuh.
Tak ada mesin yang menderu,
Hanya suara alam yang menyapa.
Angin, hujan, dan burung yang bernyanyi,
Semua itu adalah musik kehidupan.
Di dalam gubuk reyot,
Tak ada rasa takut akan masa depan.
Kesederhanaan adalah kemewahan,
Kehidupan yang berjalan tanpa ambisi berlebihan.
Bumi yang memberi, tidak ditindas,
Hutan yang dipelihara, bukan dirusak.
Setiap langkah dijaga,
Agar alam tetap lestari dan bahagia.
Tiada kegelapan yang menghantui,
Hanya cahaya lilin yang temaram.
Namun dalam gelap, hati ini terang,
Dari kebersamaan yang tumbuh dalam keheningan.
Gubuk reyot adalah rumah,
Bukan sekadar tempat berteduh.
Di dalamnya, ada kehangatan,
Yang lebih dari sekedar api unggun.
Tak ada kemewahan yang menonjol,
Tak ada emas atau perak yang bersinar.
Namun, kebanggaan ada dalam setiap inci tanah,
Karena di sini, hidup berjalan seimbang.
Tak perlu harta, tak perlu nama,
Yang ada hanya kebahagiaan sederhana.
Mencari ketenangan di alam yang merawat,
Menemukan kekuatan dalam kehidupan yang tenang.
Rumah ini bukan untuk pamer,
Bukan untuk menunjukkan siapa kita.
Namun, setiap dindingnya, setiap biliknya,
Adalah simbol kesederhanaan yang penuh arti.
Di pagi hari, sinar matahari masuk,
Menyentuh wajah yang penuh kedamaian.
Tak ada hembusan angin yang mengganggu,
Hanya kelembutan yang menenangkan jiwa.
Kehidupan ini bukan untuk dipaksa,
Tak ada yang dikejar tanpa batas.
Semua berjalan alami, sesuai irama,
Tanpa ingin menguasai, hanya mengikuti.
Gubuk reyot, penuh cerita,
Tentang perjuangan, tentang harapan.
Namun di dalamnya, tak ada keluh kesah,
Hanya rasa syukur yang tak pernah hilang.
Di tengah hutan yang begitu luas,
Gubuk ini menjadi saksi bisu.
Bahagia bukan tentang banyaknya,
Tapi tentang bagaimana kita mensyukuri yang ada.
Alam tak pernah mengeluh,
Ia memberi tanpa pamrih.
Begitu pula hidup ini,
Sederhana namun penuh makna.
Dengan setiap tetes hujan yang jatuh,
Dengan setiap daun yang berguguran,
Kami belajar untuk menerima,
Hidup ini adalah pemberian, bukan hak.
Tidak ada kehendak yang dipaksakan,
Tidak ada yang mengatur jalan hidup.
Kami berjalan bersama alam,
Dalam harmoni yang tak terucapkan.
Gubuk reyot ini adalah lambang,
Bahwa kebahagiaan sejati ada dalam kesederhanaan.
Di antara pepohonan dan angin,
Kami menemukan kedamaian yang tak terhingga.
Dan ketika tiba waktunya,
Gubuk reyot ini akan terus ada.
Bukan sebagai simbol kemiskinan,
Namun sebagai bukti kebanggaan yang lahir dari kehidupan yang penuh arti. (*)
Comment