by

Debat Abadi Malaikat Vs Iblis

Oleh: Rudi Sinaba

KOPI, PalopoBiarkan “Akal-Budimu”  mengantar “Jiwamu” menuju “Cahaya-Terang” yaitu “Tempat-Abadi” yang selalu dirindukannya. (Rudi Sinaba)

Di suatu ruang metafisik, di mana cahaya terang dan bayangan gelap bertemu dalam harmoni yang tidak sempurna. Malaikat berdiri dengan tenang, memancarkan kedamaian, sementara Iblis duduk santai di atas batu gelap, tersenyum licik sambil memainkan kuku panjangnya.

Malaikat: Kau terus saja menggoda manusia, menabur keinginan yang merusak. Tidakkah kau merasa cukup? Hidup mereka sudah penuh tantangan tanpa campur tanganmu.

Iblis: (Sambil tertawa kecil) Tantangan? Aku hanya menyediakan apa yang mereka inginkan: hiburan, kemewahan, dan cara melupakan penderitaan mereka sejenak. Apa salahnya dengan itu? Bukankah hiburan membuat mereka merasa hidup?

Malaikat: Hiburan yang kau tawarkan sering kali hanya ilusi. Itu membuat mereka lupa pada tanggung jawab, nilai, dan arti sebenarnya dari kebahagiaan. Kau menciptakan candu, bukan kebahagiaan sejati.

Iblis: Candu, kau bilang? Lihatlah dunia. Mereka membutuhkan pelarian! Dunia yang penuh kesulitan ini membuat manusia lelah. Aku hanya memberi mereka jalan untuk melepaskan diri, sedikit tawa, sedikit dosa. Toh, mereka akan kembali menyesal setelahnya, bukan?

Malaikat: (Suara lembut namun tegas)  Tidak semua orang memilih jalanmu. Masih ada manusia yang berkorban untuk sesamanya, yang memilih cinta dan kebaikan meski dunia penuh penderitaan. Mereka menginspirasi banyak orang untuk bangkit.

Iblis: Ah, pengorbanan! (Menatap sinis) Itu kisah indah yang kau suka ceritakan. Tapi lihat kenyataannya, malaikat. Seberapa sering pengorbanan itu dihargai? Banyak dari mereka yang tulus justru dikhianati, dihina, atau dilupakan. Mereka lelah, dan di situlah aku masuk.

Malaikat: (Menatap Iblis dengan tenang)    Kau hanya fokus pada kekurangan manusia. Tapi aku melihat potensi mereka. Bahkan di tengah kesulitan, teknologi yang mereka ciptakan bisa menjadi alat untuk kebaikan, membantu mereka saling terhubung, menyelesaikan masalah, dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Iblis: (Senyum licik Teknologi? Kau serius? Teknologi adalah salah satu alat favoritku! Aku gunakan untuk memanipulasi mereka, membuat mereka kecanduan media sosial, terjebak dalam hoaks, dan menyebarkan kebencian tanpa batas. Lihat saja, mereka lebih sering menatap layar daripada merenungi makna hidup.

Malaikat: (Tetap tenang), Itu bukan salah teknologi, melainkan cara mereka menggunakannya. Sama seperti api yang bisa menghangatkan atau membakar. Teknologi bisa menjadi jembatan kebaikan, jika manusia memilih untuk menggunakannya dengan bijak.

Iblis: (Tertawa keras) Bijak? Di dunia yang penuh kesulitan ini? Mereka bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka tanpa harus berjuang mati-matian. Kau pikir mereka punya waktu untuk kebijaksanaan?

Malaikat: Justru karena itulah mereka harus saling membantu. Banyak dari mereka yang melawan kemiskinan, ketidakadilan, dan penderitaan dengan cinta kasih. Kau tahu itu, tapi kau memilih menutup mata.

Iblis: (Menyeringai) Dan kau memilih untuk terlalu optimis. Aku tidak perlu bekerja keras untuk membuat mereka menyerah. Hidup mereka sudah cukup sulit. Aku hanya memberikan mereka dorongan kecil ke arah yang “lebih menyenangkan.”

Malaikat: Tapi manusia selalu memiliki pilihan. Meski kau menggoda mereka dengan jalan pintas, ada yang memilih jalan yang benar meski sulit. Pilihan itu, itulah yang membuat mereka kuat dan layak mendapatkan surga.

Iblis: (Memutar matanya) Apa surga….?  tempat yang katanya damai dan sempurna. Tapi kau lupa satu hal, malaikat: kebahagiaan instan lebih menggoda daripada janji masa depan yang belum pasti. Aku menawarkan sekarang, kau menawarkan nanti. Kau pikir mereka lebih suka yang mana?

Malaikat: Kau tahu, aku pernah melihat manusia yang berjuang tanpa lelah untuk membuat dunia ini lebih baik. Mereka rela mengorbankan kebahagiaan pribadi demi kebaikan orang lain. Bukankah itu sesuatu yang layak dihargai?

Iblis: (Serius sejenak) Hmmm… mungkin, tapi banyak dari mereka yang tak pernah melihat hasil pengorbanannya. Mereka terluka, terlupakan. Dan tak jarang mereka merasa sia-sia.

Malaikat: (Detik-detik merenung) Tapi mereka tetap berjuang. Karena pada akhirnya, pengorbanan mereka adalah bagian dari kebaikan yang tak terlihat, tetapi akan meninggalkan jejak untuk generasi mendatang.

Iblis: Hidup itu penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian. Manusia kadang terlalu lelah untuk berjuang. Bukankah lebih mudah untuk menyerah dan menikmati kesenangan sesaat?

Malaikat: (Tegas) Mudah, mungkin. Tetapi apa artinya hidup tanpa perjuangan? Tanpa harapan? Aku yakin ada kekuatan dalam setiap usaha kecil yang mereka lakukan, bahkan dalam kesulitan yang tampaknya tak ada habisnya.

Malaikat: Lihatlah bagaimana teknologi berkembang. Banyak orang yang memanfaatkannya untuk menciptakan perubahan positif. Mereka menggunakannya untuk berbagi ilmu, membantu yang membutuhkan, dan memperbaiki dunia.

Iblis: (Berkedip sinis) Ya, tapi itu juga sama seperti pedang bermata dua. Teknologi juga bisa dipakai untuk merusak, menghasut kebencian, dan menyebarkan ketidakbenaran. Lihat saja dunia maya yang penuh dengan informasi palsu dan ketegangan.

Malaikat: (Optimis) Tetapi jika digunakan dengan bijak, teknologi bisa menyatukan mereka. Bukankah banyak yang mencari cara untuk menggunakan teknologi demi kebaikan bersama?

Iblis: Tapi pada kenyataannya, manusia tidak selalu memilih jalan yang benar. Mereka terjebak dalam keinginan mereka sendiri, dan sering kali malah menghancurkan diri mereka sendiri demi kebahagiaan sesaat.

Malaikat: Tapi, mereka juga belajar dari kesalahan. Bukankah itu bagian dari proses mereka berkembang? Setiap jatuh adalah peluang untuk bangkit lebih kuat. Tidak ada yang sia-sia selama mereka berusaha untuk memperbaiki diri.

Iblis: Terkadang aku berpikir, mungkin benar apa yang kau katakan. Ada beberapa manusia yang berusaha berbuat baik. Tapi dunia ini tetap tak adil. Bagaimana mereka bisa bertahan dengan segala kesulitan hidup yang mereka hadapi?

Malaikat: (Kedamaian di wajahnya) Kesulitan adalah bagian dari kehidupan. Tanpa rintangan, kita tak akan tahu seberapa besar kekuatan kita untuk bertahan. Justru dalam kesulitanlah mereka menemukan potensi sejati mereka.

Malaikat: Kau tidak akan pernah bisa menghentikan harapan dalam diri manusia. Mereka mungkin lelah, mungkin jatuh, tapi mereka selalu punya peluang untuk bangkit.

Iblis: (Kesal) Harapan? Bukankah harapan itu hanya ilusi? Mereka terlalu sering kecewa.

Malaikat: (Kembali dengan suara lembut) Kau meremehkan kekuatan harapan. Dalam setiap manusia, ada percikan ilahi yang membuat mereka bertahan meski dalam kegelapan terdalam. Harapan itu lebih kuat dari godaanmu.

Iblis: (Kehilangan senyum sejenak, tapi cepat kembali) Kita lihat saja. Pada akhirnya, malaikat, manusia itu rapuh. Mereka mungkin melawan, tapi aku selalu ada untuk menawarkan kejatuhan kecil yang tampak manis.

Malaikat: (Penuh keyakinan) Dan aku akan selalu ada untuk mengangkat mereka kembali, mengingatkan bahwa dalam diri  mereka ada jiwa yang selalu rindu pada cahaya terangku.

—————

Debat berakhir,  tetapi pengaruh keduanya terus terasa dalam setiap langkah manusia. Pertarungan ini, seperti perjalanan dunia, tidak pernah berhenti. 

Tentukan Langkahmu ke arah sinar-terang atau ke lorong-kegelapan. (*)

Penulis adalah Pemerhati Masalah Hukum dan Sosial

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA