by

Denny dan Merpati

Oleh: Syaefudin Simon

KOPI, Bekasi – Merpati yang indah dan lucu itu, tetiba hinggap di bahu Denny JA. Cukup lama, sekitar lima menit.

Saat itu, tanggal 5 September 2024, di sebuah kebun, saat Denny sedang berdiri dan menulis di hape, entah dari mana datangnya, tetiba muncul merpati. Lalu dengan tenang, burung kesayangan Rasul Muhammad itu, bertengger di bahu sang pecinta puisi-puisi Rumi tadi.

Fenomena itu, bagiku sangat menarik. Denny dan Merpati, saat itu, seperti “bersekutu” di alam bebas. Keduanya tampak akrab. Denny membiarkan merpati itu hinggap di bahunya. Dan merpati pun tampak menikmatinya.

Dalam film “Jesus” — usai Putra Maryam itu “berendam” di air sungai Jordan di hadapan Johanes Pembaptis, tetiba muncul burung merpati dari langit. Si mungil berbulu putih pun, mencrok di bahu Jesus.

Jesus mendiamkannya. Tapi orang-orang yang berada di pinggir sungai Jordan, termasuk Sang Pembaptis sendiri, tampak terkesiap, kaget melihat merpati yang hinggap di pundak Jesus itu. Mereka membatin: Mesiaskah Jesus, sehingga merpati dari langit hinggap di bahunya?

Lalu siapa merpati itu? Ternyata merpati putih yang mencrok di bahu Jesus — seperti dituturkan Injil Yohanes, Matius, Markus, dan Lukas — adalah Ruh Kudus. Dalam tradisi Kristen, Ruh Kudus digambarkan sering menjelma dalam bentuk merpati.

Kisah merpati dan orang suci di kalangan umat Kristen masih muncul di akhir abad 20. Bahkan sampai sekarang. Ceritanya, merpati pernah hinggap di bahu Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 16 Oktober 1978, tepat saat beliau terpilih menjadi Paus di Vatikan.

Peristiwa “merpati di pundak Paus Yohanes Paulus II” itu terjadi saat upacara resmi pelantikan Sri Paus di Vatican. Tetiba merpati putih, simbol kedamaian dan Roh Kudus dalam tradisi Kristen, hinggap di bahu Paus Yohanes Paulus II. Jamaah pun terkesiap. What happened?

Merpati yang mencrok di pundak Paulus II tersebut dianggap oleh banyak orang sebagai pertanda simbolis kesucian. Dalam tradisi Katolik, merpati sering dihubungkan dengan Roh Kudus, yang melambangkan kehadiran Ilahi, kebijaksanaan, dan kedamaian. Oleh karena itu, peristiwa ini dilihat sebagai pertanda bahwa Yohanes Paulus II adalah pilihan yang diberkati dan dipimpin oleh Tuhan untuk memimpin Gereja Katolik.

Tak hanya Paus Yohanes Paulus II yang pernah “dipeluk” merpati — beberapa santo (orang suci) juga mengalami hal yang serupa. Seperti Santo Fransiskus dari Assisi, Santo Benediktus dari Nursia, Santo Skolastiks, dan Santo Gregorius Agung. Yang menarik, merpati bertengger di pundak Santo Gregorius Agung terjadi saat ia sedang menulis. Mirip dengan cerita Denny dan merpati. Santo Gregorius Agung (Paus Gregorius I, 590-604) juga tengah menulis saat merpati hinggap di bahunya. Santo Gregorius dikenal sebagai Paus yang rajin menulis tentang mistisisme (tasawuf), moralitas, dan ketuhanan.

Denny sebagai pecinta Jalaludin Rumi, mirip Paus Gregorius, juga pecinta mistisisme dan spiritualitas. Banyak buku dan esai tentang tasawuf Rumi, moralitas, dan kedermawanan yang ditulis Denny.

Lalu, apa kaitan Denny dan merpati dengan Paus Fransiskus yang berkunjung ke Indonesia, belum lama ini?

Denny sebagaimana Paus Fransiskus adalah seorang pluralis dan universalis. Dalam banyak tulisannya, Denny mengemukakan gagasan universalisme agama. Semua agama, tulis Denny, adalah milik manusia. Ia menyatakan, agama adalah warisan kultural umat manusia. Hal yang identik, juga dikemukakan Paus Fransiskus yang berkunjung ke Indonesia dari tanggal 3-6 September 2024 lalu.

Paus Fransiskus menyatakan, aku menyembah Tuhan. Tapi bukan Tuhannya orang Katolik. Orang pun bertanya-tanya apa yang dimaksud Sri Paus? Romo Fransiskus menjelaskan, aku menyembah Tuhan umat manusia. Tuhan semua agama. Tapi dengan cara penyembahan Katolik.

Apa yang dikatakan Sri Paus menunjukkan bahwa beliau seorang universalis. Pinjam istilah Abdul Rachman, seorang asketis, yang rajin menulis di FB — Paus Fransiskus adalah “Rasul Tuhan Abad 21” untuk menyatukan semua agama di dunia.

Dari gambaran itu, misteri hinggapnya merpati di bahu Denny terkuak. Peristiwa “merpati Denny” terjadi tanggal 5 September 2024, sehari sebelum Paus Fransiskus meninggalkan Indonesia. Dan sehari setelah Denny menyerahkan lukisan artificial intelligence (AI) tentang Sri Paus yang tengah mencuci kaki orang Indonesia.

Apakah koinsidensi dua peristiwa simbolis itu kebetulan? No. Tuhan tidak bermain dadu, kata Albert Einstein. Tak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan.

Cerita Denny dan merpati itu, mungkin dianggap orang mengada-ada. Tapi bagiku, yang sudah berpuluh tahun bersahabat dengan Denny — kisah merpati di bahu Denny adalah sebuah simbol yang “menjanjikan” tentang kehidupan masa depan kita.

Lo! Kenapa?

Bagiku Denny bukan hanya seorang penulis produktif dan intelektual yang wawasannya sangat luas. Tapi juga seorang mistikus. Itulah sebabnya Denny JA sangat antusias menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Kesederhanaan hidup Sri Romo dan tekadnya yang kuat untuk “mencuci kaki penuh dosa manusia” agar tercipta perdamaian adalah kerja mistikus.

Tak banyak orang yang tahu, Denny adalah pecinta sufisme dan mistisisme. Tiap hari tertentu, Denny “uzlah” untuk berbicara dengan Tuhan. Mengadu dan berharap kepadaNYA agar semua ciptaan Tuhan hidup bahagia.

Budhy Munawar-Rachman — dosen filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta yang waktu mahasiswa kos bareng sama Denny JA — mengaku sering menyaksikan di tengah malam, anak Palembang itu “berbicara” dengan Tuhan. Denny dalam tafakurnya di malam sepi, tutur Budhy, tidak hanya berdoa, tapi juga berdialog banyak hal dengan Tuhan. Denny memang seorang mistikus, ujar Budhy.

Denny JA bercerita, saat usia 20-an tahun, pernah merasakan peristiwa mistis. Suatu ketika tubuhnya menggigil, Denny pun meracau, berbicara sendiri. Tapi bukan sembarang meracau, apa yang keluar dari mulut Denny adalah puisi.

Salah seorang temannya, menuliskan apa yang dikatakan Denny dalam kondisi menggigil itu.

Ternyata bait-bait puisi yang sangat indah dan ilahiah. Peristiwa semacam itu sering dialami oleh Denny.

Kembali ke laptop! Saat Denny mengapload foto merpati yang hinggap di pundaknya kala ia sedang menulis di hape, wartawan senior Dr. Satrio Arismunandar berkomentar, peristiwa itu merupakan tanda-tanda alam yang penting, apa yang akan terjadi pada Denny pasca 20 Oktober 2024.

Tanda-tanda apa Satrio? Indonesia akan lebih baik di era Prabowo? Atau sebaliknya lebih rusak?

Aku yang tidak sehaluan politik dengan Denny, pernah bertanya. Den, apakah kau tidak salah langkah menjadi konsultan politik Prabowo di Pilpres 2024? Bukankah Prabowo punya catatan hitam dalam sejarah hidupnya?

Denny pun menjawab, aku tidak hanya konsultan politik Prabowo. Tapi aku pun selalu berdoa dan berharap agar Prabowo menjadi pemimpin yang adil seperti Umar bin Khatab.

Seperti halnya Prabowo, Umar juga punya sejarah hidup yang kelam. Tapi ketika ia menjadi khalifah, Umar tercatat sebagai pemimpin sederhana dan adil.

Penulis adalah Kolumnis, Anggota PPWI Bekasi

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA