KOPI, Jembrana – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana bekerjasama dengan PT. Wisesa Global Solusindo selaku Pengelola Alat, dan PT. Solusi Bangun Indonesia selaku Buyer Penerima RDF, pada Selasa (20/8/2024) di TPA Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana Bali. Kerjasama pengolahan sampah tersebut ditandai pengiriman perdana RDF seberat 12 ton hasil pengolahan sampah di TPA Peh menuju pembeli di Jawa Timur.
Hadir dalam acara peluncuran perdana RDF tersebut Direktur Utama PT. Wisesa Global Solusindo, Asri Mukhtar, Direktur Manufacturing SBI, Soni Asrul Sani serta Direktur Kredit BPD Bali, Kadek Lestara Widiatmika.
Masalah sampah menjadi persoalan pelik bagi setiap daerah selama ini, kondisi ini makin diperparah dengan meningkatnya volume sampah yang terus bertambah tidak sebanding dengan terbatasnya lahan TPA. Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Jembrana, masalah sampah menjadi persoalan bertahun-tahun, karena kondisi eksisting TPA Peh yang makin overload, kondisi tersebut disadari betul Bupati Jembrana I Nengah Tamba, dimana targetnya menyelesaikan persoalan sampah sebagai prioritas kerjanya.
Bupati Tamba oftimis dalam empat tahun masalah sampah di TPA Peh yang estimasinya dihitung berkisar 75 ribu ton sampai 100 ribu ton sampah bisa diatasi dalam empat tahun, solusinya melalui kerjasama pengolahan sampah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel). Sementara dari sisi operasional usaha awal dibantu oleh BPD Bali melalui dana CSR sebesar Rp300 juta yang diserahkan langsung Direktur Kredit BPD Bali Kadek Lestara Widiatmika.
Terkait hal tersebut Bupati Tamba mengatakan bahwa masalah sampah bertahun-tahun belum ada solusi maksimal, sehingga menimbulkan tumpukan sampah, tidak hanya dialami oleh Jembrana, tetapi semua kabupaten lain di Bali dan Indonesia. ”Dengan upaya mengatasi sampah eksisting menjadi RDF ini, saya yakin solusi bisa mengatasi tumpukan sampah ini,” ucapnya.
Ia meyakini dalam empat tahun kerjasama ini berjalan baik mampu menuntaskan tumpukan gunung sampah di TPA Peh yang diestimasi mencapai 100 ribu ton. “Saat ini, peralatan dari pihak ketiga sudah cukup memadai, hanya perlu beberapa peralatan tambahan, Bupati Tamba sudah meminta Penjabat Gubernur Bali agar mengalokasikan BKK Provinsi Bali untuk menambah peralatan tahun anggaran perubahan 2024, Pj. Gubernur sudah setuju,” ujarnya.
Lanjutnya, Bupati Tamba mengatakan bahwa sudah banyak kabupaten lain yang akan datang untuk melihat RDF ini, bahwa sementara belum menerima kabupaten lain yang akan melihat proses pengolahan RDF. ”Ini merupakan pilot projek, upaya mewujudkan program ini bukan pekerjaan mudah, prosesnya selama setahun lebih, hingga akhirnya ada kerjasama dengan pihak ketiga yang bersedia bekerjasama menyediakan peralatan, tanpa harus mengeluarkan anggaran daerah,” ungkapnya.
Bupati Tamba menambahkan bahwa saat ini masih belum mencapai target permintaan volume RDF, tetapi nantinya setalah ada penambahan bisa mencapai target volume harian permintaan pihak ketiga yang akan membeli RDF. “Tujuannya memang untuk membangun negeri, kita ingin membuktikan bahwa energi terbaru kami bisa dimulai dari Jembrana,” imbuhnya.
Direktur Manufacturing SBI, Soni Asrul Sani mengatakan bahwa pihaknya sudah memberikan spesifikasi yang dibutuhkan, karena itu ia berharap produk RDF dari TPA ini menghasilkan kadar tertentu yang bisa diterima standar pabrik. “Khusus untuk RDF yang dihasilkan hari ini dinilainya sudah memenuhi standar,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa selain itu, untuk pemenuhan kualitas, interaksi dengan pihak yang bekerjasama akan terus dilakukan, agar bagaimana RDF ini polanya bisa diterima. “Kedepan seperti yang Bapak Bupati katakan empat tahun cepat atau lambat, tetapi kalau bisa ya dipercepat diatasinya karena kita punya komitmen energi terbarukan, dan satu lagi energi terbarukan ini juga merupakan program suistainablity di pabrik kita yang harus kita jalankan dalam waktu yaitu tahun 2030 nanti, sehingga ada target alternatif dari penggunaan bahan bakar batubara,” pungkasnya. (AM)
Comment