KOPI, Jakarta – Bagi yang terbiasa menulis untuk media cetak, penulisan efektif digunakan karena keterbatasan ruang. Alhasil penulisan dengan menerapkan ekonomi kata menjadi hal krusial. Lalu bagaimana dengan media digital yang ruangannya sangat luas?
Prinsip penulisan efektif tetap berlaku. Alasannya, bukan karena keterbatasan ruang, tetapi karena keterbacaan di ruang digital sangat rendah. Tidak banyak pembaca yang mau merayapi setiap kata dalam tulisan karena banyaknya distraksi. Termasuk paparan sinar dari layar perangkat yang digunakan.
Penulisan efektif di media digital juga didasari pertimbangan lebar layar pembaca. Survey Penetrasi & Perilaku Internet 2023 oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2023 mengungkapkan jika 99,51% pengguna internet di Indonesia mengakses melalui smartphone/tablet. Hanya 7,37% yang mengakses melalui komputer/laptop.
Hal ini mengindikasikan, jika lebar layar yang digunakan untuk mengakses konten tulisan terbatas. Dengan menerapkan penulisan efektif, maka pembaca tetap nyaman mengakses konten tulisan pada sebuah website.
Berikut beberapa dasar penggunakan penulisan efektif pada penulisan konten digital.
1. Gunakan Kalimat Aktif
Kalimat aktif akan membuat sebuah kalimat lebih menarik dan ringkas. Pembaca juga mudah memahami tulisan dengan kalimat aktif.
Contoh kalimat aktif. “pelaku memukul korban menggunakan sapu.” Contoh kalimat pasif. “korban dipukuli menggunakan sapu oleh pelaku.”
Pada kalimat aktif, pembaca bisa langsung memahami dan membayangkan kejadian. Adapun juga kalimat pasif, pembaca sedikit lebih sulit membayangkan kejadian tersebut.
Tentu saja tidak semua kalimat pasif terlarang digunakan dalam penulisan konten. Gunakanlah sesuai tujuannya masing-masing.
2. Gunakan Kalimat Pendek dan Efektif
Menggunakan kalimat pendek membuat pembaca lebih nyaman serta mudah memahami tulisan. Pada akhirnya, pembaca akan mau mengikuti alur penulisan.
Sebaliknya, kalimat panjang membutuhkan waktu lebih lama untuk dipahami. Di tengah distraksi yang banyak, bisa jadi pembaca tidak akan meneruskan bacaannya. Hindari untuk menggunakan kalimat berbunga-bunga.
Proses editing menjadi kunci untuk menghasilkan tulisan yang dibangun dari kalimat pendek. Bagi pewarta warga, di mana tidak ada editor khusus, menjaga jarak dari tulisan menjadi salah satu solusi.
Setelah tulisan jadi, jangan tergesa-gesa memublikasikan. Tinggalkan tulisan yang telah jadi tersebut beberapa saat. Lalu kembali lagi dan lakukan editing. Fokuslah mencari apakah kalimat yang digunakan telah efektif dan mudah dipahami pembaca.
3. Gunakan Paragraf yang Pendek
Jika pada makalah atau esai, sebuah paragraf terdiri dari satu pikiran utama. Tidak dengan artikel online. Sebaiknya satu paragraf bisa jadi hanya terdiri dari 1-2 kalimat.
Hal ini didasari pertimbangan alat yang digunakan untuk membaca. Dengan lebar layar smartphone yang terbatas, kalimat panjang akan terkonversi menjadi lebih panjang di perangkat mobile. Alhasil mata pembaca akan mudah lelah.
Dengan membuat paragraf yang pendek, akan tersedia ruang kosong untuk mengistirahatkan sejenak mata pembaca.
4. Tulisan Memiliki “Nilai”
Dalam jurnalistik kita mengenal istilah nilai berita. Semakin tinggi nilai berita, semakin relevan tulisan tersebut pada pembaca.
Di samping nilai berita, kita juga bisa menguji tulisan dengan beberapa pertanyaan berikut:
- Apa tujuan tulisan kita? Apakah ingin memberi informasi, menghibur, atau mengajak (persuasi)?
- Untuk tulisan konten artikel seperti tulisan ini, setidaknya harus punya satu tujuan spesifik dan menjawab kebutuhan pembaca. Tulisan jenis konten artikel juga harus bisa diikuti dan dapat diterapkan dengan mudah.
Tulisan dihadirkan ke khalayak publik setidaknya punya dua tujuan. Pertama, karena tulisan tersebut penting diketahui publik. Kedua, tulisan tersebut ingin diketahui publik.
Pada tulisan jenis pertama, penulis menghasilkan tulisan hal yang mungkin tidak diketahui publik, tetapi penulis merasa penting untuk disampaikan. Konteks ini biasanya merujuk pada tulisan jurnalistik. Adapun tulisan kedua merujuk pada tulisan artikel.
5. Masukkan Unsur 5W + 1 H
Prinsip dasar penulisan yang kerap dilupakan adalah 5W+1 H. Prinsip ini tidak hanya penting pada tulisan jurnalistik, tetapi juga penulisan lainnya.
Mengacu pada konsep yang dipopulerkan oleh Simon Sinek, yang menulis Start With Why, saya juga kerap memulai sebuah artikel dengan menyajikan unsur Why. Tulisan ini misalnya, saya mulai dengan kenapa penulisan efektif itu penting. Tanpa menyadari “Why” pembaca tidak akan pernah tertarik untuk mengikuti sebuah pembahasan.
6. Baca Tulisan dengan Suara Keras
Sangat penting untuk mengevaluasi tulisan sebuah dikirim. Sebaiknya baca tulisan yang dihasilkan dengan suara keras. Terkadang kita akan menemukan ketidak sesuaian struktur kalimat setelah membaca ulang dengan suara keras.
Pada akhirnya, tentu penulisan yang efektif tidak cukup dengan teori tetapi dengan praktik menulis. Perlu diingat, hak publik untuk mengetahui sebuah informasi. Kewajiban penulis adalah menyampaikan informasi tersebut dengan cara yang efektif.
Penulisan efektif, bukan seberapa mampu kita mengolah kata yang mengesankan pembaca. Tetapi seberapa mampu kita mengomunikasikan pikiran kepada pembaca.
*) penulis aktif membagikan tulisan seputar penulis di blog pribadi mnulis.com
Comment