KOPI, Intan Jaya – “Tidak ada yang kebetulan di dunia ini.” Mungkin itulah salah satu kalimat yang penting untuk selalu kita pegang. Mama Tua, kadang juga Nenek Tua, itulah panggilan yang selalu ditujukan jika menyebut atau menyapa sang Nenek.
Sang Nenek selalu bepergian dengan salah satu cucunya yang sudah Yatim, Alison Sani atau Anita Sani. Sang Nenek, yang merupakan salah satu warga Suku Moni, tinggal di sebuah Honai kecil di Kampung Mamba.
Kedatangan ke Pos Mamba bersama cucunya, hanya untuk mengantarkan ubi, kacang tanah dan sawi khusus diberikan untuk Bapa Raja. Tangisan dan do’a yang keluar dari mata dan mulut Nenek adalah yang kedua kalinya, setelah yang pertama terjadi di jalan, depan Posramil Kodim Persiapan.
Dengan bahasa Indonesia bercampur bahasa Moni, sang Nenek mengatakan bahwa barang bawaannya tersebut khusus dibeli dan dipilih yang paling baik di Pasar Sugapa untuk Raja Tengkorak alias Raja Aibon Kogila.
“Beli, di pasar,” ucap sang Nenek disertai gerakan tangan dan bahasa tubuh saat beliau menjelaskan kepada Mayor Inf Ardiansyah, Dansatgas YPR 305/Tengkorak.
Para Ksatria Tengkorak yang ditemani oleh Budi Sondegau, kaget dan terharu mendengar penjelasan sang Nenek. Tak terasa, terlihat mata Raja turut berkaca-kaca.
Sambil menyerahkan sedikit beras, mie instan dan sejumlah uang untuk membantu meringankan beban sang Nenek, Raja Tengkorak mengatakan, “Nenek gak usah seperti ini. Tidak perlu beli di pasar untuk memberikan kepada saya. Justru Nenek ke sini saja jika ada perlu beras, obat dan makanan lainnya,” tutur Ardy.
“Tuhan Yesus memberkati. Amakanie.” Itulah yang sering keluar dari mulut sang Nenek. Sebelum kembali ke Honai, Ardy mengalungkan kalung Salib di leher sang Nenek. Tidak lupa menitipkan dua kalung untuk Alison dan Anita Sani, serta beberapa buah Beng-Beng. (DJ/Yonif PR 305)
Intan Jaya, Papua, 3 Oktober 2022
Comment