by

Oknum Polisi dan PWI Sulut Jadi Aktor Pelaku Kriminalisasi Konsumen ‘RM Dabu-dabu Lalar Ijo’

KOPI, Jakarta – Lima warga di Manado Sulawesi Utara dikabarkan ditangkap Polres Manado sesat setelah keluar dari Rumah Makan (RM) Dabu-dabu Lemong yang dipelesetkan menjadi ‘RM Dabu-dabu Lalar Ijo’, pada Sabtu, 22 Oktober 2022. Dari pantauan media di lapangan, lima warga yang berprofesi sebagai wartawan dan organisasi Lembaga Perlindungan Konsumen Republik Indonesia (LPK-RI) itu dipersangkakan melakukan pemerasan terhadap pemilik RM tersebut.

Tak pelak, hal ini memunculkan berbagai komentar dan pernyataan dari masyarakat. Salah satunya dari oknum pimpinan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Utara, Voucke Lontaan, yang intinya mendukung langkah oknum Polres Manado menangkap warga tersebut. Selain Lontaan, beberapa organisasi pers underbow dewan pers juga mengalunkan suara sumbang yang sama dan sebangun dengan PWI.

Menanggapi fenomena penangkapan warga yang merupakan konsumen RM itu oleh oknum polisi dan diback-up oleh oknum pengurus organisasi wartawan PWI Sulut dan kawan-kawannya, Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) justru mengatakan bahwa dirinya sangat prihatin dan merasa aneh melihat cara kerja oknum Polres Manado dan PWI Sulut. Menurutnya, proses penangkapan itu terlihat sangat tidak profesional dan terkesan menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang serta tidak proporsional.

“Aneh bin bungul. Kawan-kawan wartawan yang makan dan komplain makanan berlalar ijo malah ditangkap polisi dengan tuduhan pemerasan, pulisi ini konyol. Sudah ditangkap seperti penjahat kelas kakap, baru kemudian disusul buat LP oleh pemilik rumah makan. Semestinya LP terlebih dahulu, pemanggilan klarifikasi, dan seterusnya, bukan main tangkap sewenang-wenang. Kerjanya makin amburadul ini polisi. Soal makanan yang kotor tidak sehat tidak dipersoalkan, malahan warga konsumen yang ditangkap. Karakter ‘putar-balik’ fakta ala sambo sudah membudaya dan menjadi ciri khas polisi dimana-mana,” ujar alumni PPRAA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu.

Wartawan Harus Berpihak

Wartawan, tambah Wilson Lalengke, memang harus berpihak! “Wartawan harus berpihak kepada kebenaran berdasarkan fakta yang ada, bukan berdasarkan release polisi. Kacaunya PWI dan Dewan (pers) Pecundang, yaa karena mereka mengarahkan wartawannya hanya membuat berita berdasarkan release resmi aparat. KOPLAK..!!!” tegasnya menyesalkan.

Terkait dengan barang bukti uang yang ditemukan di tangan para wartawan yang adalah konsumen dari produk RM itu, hal itu tidak serta-merta dapat disebut sebagai barang bukti pemerasan. “Barang bukti uang yang disita polisi itu bukan berarti barang bukti pemerasan tapi penyuapan, kawan-kawan wartawan disuap agar bumbu lalar ijo dan rambut panjang di makanan dan kejorokan di rumah makan itu tidak diketahui publik. Jika publik mengkonsumsi makanan yang bercampur lalar ijo, rambut, atau paku, dan bahan kotor lainnya, yang rugi adalah masyarakat. Pulisi hanya peduli duit si pemilik rumah makan daripada keselamatan orang banyak,” tegas Wilson Lalengke lagi.

Selama ini, demikian kata lulusan pasca sarjana bidang Global Ethics dari Birmingham University, Inggris, ini, kepercayaan publik kepada Polri sudah di titik nadir. Hal itu disebabkan oleh masif dan terstrukturnya kultur kerja anggota Polri yang melanggar aturan hukum dan prosedur pelaksanaan tugasnya.

“Kesulitan kita memberantas polisi bobrok, yaa seperti si wartawan dan media orang PWI itu, yang hanya merelease omongan polisi, bukan mengkritisi kinerja aparat. Sebaliknya mereka jadi humasnya polisi, menelan mentah-mentah release aparat, seakan-akan release dari polisi berkarakter sambo yang tukang rekayasa kasus tersebut merupakan kebenaran mutlak. Sifat kritis wartawan yang sudah mati seperti itu jadi tantangan terberat bagi pembenahan aparat hukum di negeri ini,” beber Wilson Lalengke yang beberapa waktu lalu mengalami kriminalisasi oleh oknum Polres Lampung Timur.

Tidak hanya mendukung oknum polisi, para oknum wartawan di lingkaran PWI Sulut juga terlihat menjadi pembela RM penyedia makanan jorok dan berlalar ijo (lalat hijau). “Plus, mereka jadi humasnya pemilik rumah makan. Apakah omongan dia (pemilik rumah makan – red) yang sedang dikuliti karena makanan berlalar dan jorok harus dipercaya? Namanya juga mau bela diri, yaa pasti akan mengatakan dia diperas, padahal dia menyuap. Silahkan lihat video terkait kejadian di saat makan makanan berlalar ijo itu,” sambung Wilson Lalengke.

Polri Bukan Sumber Kebenaran

Terkait dengan informasi dari aparat Polri selama ini, tokoh pers nasional yang juga menyelesaikan studi pasca sarjana bidang studi Applied Ethics di Utrecht University, The Netherlands, dan Linkoping University, Sweden, itu mengingatkan para wartawan dan publik bahwa Polri bukanlah sumber kebenaran mutlak. Sebuah kebenaran harus didasarkan pada fakta yang ada, bukan hasil analisis dan persepsi belaka, apalagi sebagai hasil utak-atik rekayasa sebuah persistiwa seperti yang banyak dilakukan oknum polisi dimana-mana.

“Perlu diingat POLISI BUKAN SUMBER KEBENARAN..!!! Justru sebaliknya, untuk saat ini POLISI ADALAH PELAKU REKAYASA KASUS dan POLISI PENGGUNA KEWENANGAN DENGAN SEWENANG-WENANG!!! Fakta, penjaga moralitas Polri sudah hancur berderai jadi abu gosok pantat para pelaku judi online, para pengedar narkoba, dan para muncikari, plus pantat para oligarki. Jika Divpropam sang penjaga moral sudah hancur, bagaimana mungkin moralitas para gerombolan yang dijaganya bisa diharapkan baik. Kebodohan akut melanda bangsa ini jika para wartawan percaya dan menelan mentah-mentah omongan polisi, seperti orang-orang PWI dan komprador dewan pers pecundang lainnya itu,” pungkas Wilson Lalengke tak dapat menyembunyikan kekesalannya. (WLK/Red)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA