by

Makam Pangeran Jayakarta di Masjid Assalafiah

-Berita-737 views
KOPI, JAKARTA – Siang hari Kamis (27/10) saya (penulis- red) meliput salah satu makam yang banyak dikunjungi oleh orang-orang untuk berziarah. Makam tersebut adalah makam Pangeran Jayakarta.
Berdasar sumber yang bisa ditelusuri, Pangeran Jayakarta adalah nama lain dari Pangeran Achmad Jakerta, putra Pangeran Sungerasa Jayawikarta dari Kesultanan Banten.
Namun ada juga yang menganggap Pangeran Jayakarta adalah Pangeran Jayawikarta.
Menurut Hikayat Hasanuddin dan Sajarah Banten Rante-rante yang disusun pada abad ke-17 (yaitu sesudah Sajarah Banten, 1662/3), Pangeran Jayakarta atau Jayawikarta adalah putra Tubagus Angke dan Ratu Pembayun, puteri Hasanuddin, anak Sunan Gunung Jati.

Keterangan sejarah berbagai sumber

Kemudian keterangan sejarah dari sumber lain yang juga bisa ditelusuri, yakni setelah ditaklukkan oleh Demak pada 1527, wilayah Jayakarta diberikan kepada Banten, yang kemudian berkembang menjadi Kesultanan Banten.
Ketika Kesultanan Banten diperintah oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, Pelabuhan Jayakarta diserahkan kepada anak buahnya yang bernama Pangeran Sungersa Jayawikarta atau dikenal sebagai Pangeran Akhmad Jakerta.
Setelah berkuasa cukup lama di Jayakarta, Pangeran Sungersa Jayawikarta memiliki seorang putra yang diberi nama Pangeran Jayakarta.
Pangeran Jayakarta pun mewarisi jabatan ayahnya sebagai penguasa Jayakarta.
Namun ada versi lain yang mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta adalah anak dari Tubagus Angke dan Ratu Pembayun.

Namun yang pasti makam tersebut sudah menjadi salah satu situs peninggalan sejarah dan dilindungi oleh pemerintah DKI Jakarta.

Seketika saya berkunjung ke makam beliau pertanyaan muncul dalam benak saya “mengapa banyak sekali orang yang berziarah ke makam beliau ?” liputan saya kali ini menemukan jawabanya.
Saya mendatangi Masjid Assalafiah tempat pangeran Jayakarta dimakamkan dan bertemu dengan salah seorang pengurus makam beliau, pengurus makan tersebut akrab dipanggil Mang Atay (40) sedikit banyak saya bertanya tentang sejarah serta keunikan makam tersebut.

Seklumit sejarah yang saya ketahui dari Mang Atay, Pangeran Jayakarta meninggal di tahun 1640, setelah mengalami kekalahan dari Belanda, Pangeran Jayakarta mengundurkan pasukanya serta keluarga kerajaan ke daerah Jatinegara Kaum. Di jatinegara kaum beliau mendirikan Masjid bernama Asshalafiah bertujuan untuk menghindari perseteruan dari Belanda serta tetap bisa untuk mengadakan majelis-majelis.
Seperti dapat kita lihat bersama sekarang makamnya merupakan situs sejarah yang bisa dikunjungi semua orang dengan gratis dan Masjid yang didirkan beliaupun masih ada dan tetap berdiri.

  Hal ini tentu menjadi sebuah keunikan dari makam ini adalah seringnya diziarahi, orang-orang yang datang ke makam Pangeran Jayakarta untuk mendoakan pejuang yang berani melawan penjajahan asing ini, bahkan ada yang datang dari kota Cirebon hanya untuk mendatangi makan beliau, menurut Mang Atay yang datang ke makam beliau bisa sampai 20 orang dalam sehari mereka mendoakan serta menaburi bunga apa bila datang dengan rombongan mereka harus membayar sejumlah Rp.5000 untuk uang kebersihan.

    Makam ini di tempatkan di suatu pendopo dengan terdiri dari 5 makam yang beranggota keluarganya istri dan 3 anaknya pengawal kerajaan juga berada di pemakaman setempat dengan di sekitar pendopo sebuah keunikan dimana keturunan Pangeran Jayakarta turut dimakamkan di pemakaman Masjid Assalafiah.
    Di masjid tersebut membentuk sebuah kepengerusan untuk menjaga dan merawat makam tersebut dan hal ini sudah dilakukan turun menurun biasanya kepengurusan dipegang oleh salah satu keturunan Pangeran Jayakarta salah satu nya Mang Atay kepengurusan diketuai oleh Raden Ahmad Suhendar.
    Makam ini adalah bukti bahwasanya pahlawan-pahlawan membentuk sebuah perjuangan yang cukup berat pada masa itu Pangeran Jayakarta dinobatkan menjadi salah satu pahlawan nasional dikarenakan beliau sangat berjasa untuk melawan penjajahan yang terjadi di Banten dan juga Batavia. (Liputan oleh : Rendhika)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA