by

Bakti Kominfo Selenggarakan Seminar Merajut Nusantara Bertema “Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global”

KOPI, Jakarta – Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Webinar Merajut Nusantara dengan menghadirkan narasumber H. Muhammad Farhan, S.E., Anggota DPR RI Komisi 1 Fraksi NasDem; Prof. Dr. Henri Subiakto, Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga; dan Muhammad Anwar, Koordinator JPPR DKI Jakarta. Seminar tersebut mengangkat tema “Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global” secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan Live Youtube, Kamis (13/10/22).

Acara dipandu oleh Moderator of Ceremony (MC) Henny Kurnia Ratna Sari dan Dedi Purnama.

Globalisasi ini memiliki dampak terhadap demokrasi bisa berupa peluang atau bahkan bisa menjadi ancaman, untuk mengukur hal tersebut apakah termasuk peluang atau ancaman bisa melalui dua prinsip yang bisa diterapkan: yang pertama adalah prinsip otonomi yang mengandung pengertian kemampuan manusia untuk melakukan pertimbangan secara sadar diri, melakukan perenungan diri, dan melakukan penentuan diri.

Otonomi mencakup kemampuan untuk berunding, mempertimbangkan, memilih, dan melakukan (atau mungkin tidak melakukan) tindakan yang berbeda baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan publik dengan memahami kebaikan demokrasi atau kebaikan umum.

“Pemanfaatan internet di Indonesia berdasarkan data dari APJII mengungkapkan ada sembilan alasan utama seseorang menggunakan internet yaitu mengakses media sosial, seperti Facebook, WhatsApp, Telegram, Line, Twitter, Instagram, dan YouTube sebanyak 98,02 persen, mengakses informasi/berita sebanyak 92,21 persen, bekerja atau bersekolah dari rumah sebanyak 90,21 persen, mengakses layanan publik sebanyak 84,9 persen, menggunakan layanan e-mail sebanyak 80,7 persen, melakukan transaksi online sebanyak 79 persen, mengakses konten hiburan sebanyak 77,25 persen, mengakses transportasi online sebanyak 76,47 persen, mengakses layanan keuangan sebesar 72,32 persen,” ungkap Farhan.

Era globalisasi sejak dulu sudah ada, namun masih membutuhkan waktu untuk berhubungan dengan orang lain yang jauh dari negara kita, artinya globalisasi sudah ada sejak lama, bahkan sejak masa adanya VOC sebenarnya sudah ada globalisasi karena ada kekuatan kapitalis dari Eropa dan Belanda yang masuk ke Indonesia.

Opportunity memanfaatkanya untuk kepentingan yang lebih luas untuk kepentingan sosial kita akan punya jejaring atau borderless yang luas sampai seluruh dunia. “Kita juga bisa mengembangkan bisnis eccommers atau bisnis yg berbasis teknologi digital dengan siapapun yang menggunakan teknologi digital,” tandas Henri.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA