by

Menyikapi Tayangan Horror di Youtube

KOPI, Jakarta – Banyak tayangan horror yang dimuat di YouTube seperti tayangan horror di kanal youtube Sara Wijayanto, serta penelusuran dan uji nyali. Ada pula kanal youtube Kisah Tana Jawa yang memuat konten tentang hal-hal mitos sejarah dan mistis yang terjadi di Tanah Jawa pada saat masa silam.

Dalam tayangan tentang kisah horror dari beberapa kanal youtube tersebut, ada konten yang memikat banyak orang agar menyukai hal-hal yang berbau mitos tentang sejarah. Misalnya kanal youtube kisah tanah jawa ada beberapa kontennya yang menceritakan hal-hal yang berbau mitos sejarah atau lagenda mistis. Salah satunya Lagenda pantai selatan jawa atau pantai pelabuan ratu, yang menceritakan kisah mistis larangan dan pantang ketika berada di daerah tersebut.

Tayangan Kisah tanah jawa hubungannya dengan fungsi media sosial (youtube) sebagai hiburan. Dan acara yang ditayangkan tentang lagenda rakyat yang kuat dengan hal mistis, juga bisa diambil sisi pesan baiknya atau pesan moralnya. Yaitu menghormati peninggalan sejarah atau menghormati dan mengikuti aturan budaya larangan dan pantang ketika berada di daerah tersebut.

Tetapi ada juga konten yang bersifat menegangkan, membuat penonton ngeri. Saat salah satu kru dari kanal youtube Sara wijayanto horror di youtube, menggambar wujud dari mahkluk tak kasat mata. Ketika kru tersebut menggambar, ada temanya yang lain melakukan komunikasi dengan mahkluk tersebut. Setelah itu, ditunjukan juga kepada penonton gambaran dari sosok itu.

Hal ini juga mempengaruhi pikiran penonton ketika melihat gambar tersebut dan terbayang- bayang akan sosok itu. ini dapat menimbulkan beberapa efek pada kejiwaan seseorang terkhususnya anak kecil yang sempat melihat tayangan horror tersebut. Efek ini ditemukan pada study yang dilakukan oleh Harrison dan Cantor dari University of Wisconsin pada 150 mahasiswa di Michigan dan Wisconsin Negara bagian Amerika Serikat.

Mereka menemukan bahwa 90 persen dari responden melaporkan reaksi ketakutan media yang mereka alami saat masa kanak- kanak atau remaja. Dalam study tersebut , 52 persen mengatakan mengalami kesulitan tidur dan gangguan makan serta meninggkatkan kecemasan, dan 26 persen turut mengatakan masih mengalami “kecemasan residual” hingga kini.

Peran orang tua harus lebih besar dalam kasus ini, mungkin beberapa anak juga hanya menonton tayangan horror sekali atau duakali , orang tua harus mencegah dengan mengontrol tayangan bagi anak mereka, dan juga memberikan tayangan yang lebih menghibur sesuai umur mereka juga.

Tak hanya itu ada beberapa konten creator horror, menjelaskan bahwa apa yang mereka tayangkan sebatas pengalaman mereka yang ingin mereka ceritakan kepada para penonton. Dan mereka juga menjelaskan, tidak memaksa apa yang mereka percaya untuk penonton percaya. Dalam hal ini penonton harus bijak dan berpikir kritis. Dalam menonton tayangan itu, penonton dapat bisa memfilter apa yang dilihat, berpikir secara logis serta tak menelan mentah-mentah apa yang dilihat dari tayangan horror itu.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA