by

FDPMK Menggelar Diskusi dan Tabur Bunga di Monumen Rawagede

KOPI, Karawang – Forum Diskusi Pemuda dan Mahasiswa Karawang menggelar Diskusi Publik Refleksi Hari Pahlawan, di Monumen Rawagede, Kecamatan Rawanmerta, Rabu (10/11/2021). Ketua Panitia, Saman Karim mengatakan Diskusi Refleksi Hari Pahlawan 10 Nopember 2021 dengan Tema: “Jiwa Kepahlawanan Di Masa Pandemi Dan Menangkal Radikalisme”.

“Adapun jumlah peserta 25 orang pemuda dan mahasiswa dari Mahasiswa Unsika dan UBP. Sedangkan sebagai Narasumber, Alfin Fadillah (Presma Unsika), dan Demisioner Ketua BEM FH UBP Sofyan Nasution dan Dewan Penasehat SMSI, N. Hartono,” jelasnya.

Lanjutnya, adapun tujuan diskusi yaitu untuk memotivasi jiwa kepahlawan para mahasiswa di semua aktivitas di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kegiatan ini kami adakan untuk memotivasi dan menanamkan jiwa kepahlawanan dalam berpartisipasi untuk mendukung pemerintahan dalam menanggulangi pandemi serta terhindar dari pemahaman radikalisme,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, K. Sukarman HD selaku Ketua Pengelola Yayasan Monumen Rawagede menjelaskan perjalanan sejarahnya, Monumen Rawagede dibangun tahun 1995 dengan dana sebesar Rp 500.000.000, yang digagas oleh Pangdam Siliwangi Mayjen TNI Tayo Tarmadi bersama dirinya dan dana dibantu dari penggalangan dana masyarakat Karawang.

“Dulunya Monumen Rawagede akan dibangun seperti Monumen Jogja Kembali tapi lahannya tidak mencukupi,” ujarnya.

“Di dalam makam ditulis Esa Hilang Dua Terbilang, harapannya para pemuda bisa meneruskan perjuangan para pahlawan yang ada di Rawagede, bisa menjadi dokter, polisi, TNI dan lainnya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara,” demikian harap K. Sukarman HD.

Pada sesi diskusi, Demisioner Ketua BEM FH UBP, Sofyan Nasution mengucapkan terima kasih karena sudah diundang dalam forum diskusi ini.

“Berbicara menangkal radikalisme, ini tugas-tugas kita sebagai pemuda dan mahasiswa untuk mensosialisasikan hal ini. Apabila mengkritik dengan mengedepankan norma, dan menghindari ujaran kebencian,” jelasnya.

Menurutnya, mahasiswa juga punya kewajiban untuk berjuang bagi kepentingan masyarakat Karawang.

“Hal ini tidak bisa serta merta memberikan stigma atau melabeli bagi gerakan pemuda dan mahasiswa,” ungkapnya.

Masih kata dia, hari ini kita bisa menabrak aturan namun sebisa mungkin menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat bagi masyarakat Karawang dan diri sendiri.

“Saran juga ketika ada yang melemparkan argumentasi bisa menjunjung tinggi norma dan sopan santun,” tandasnya.

Narasumber ke dua, Alfin Fadillah yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Unsika mengulik tentang 2 tahun terkena pandemi.

“Pandemi sangat berdampak pada ekonomi, pendidikan dan banyak sektor lainnya. Adapun peran pelajar, pemuda dan mahasiswa di tengah pandemi harus bisa saling membantu sama lain,” katanya.

Menurutnya, radikalisme adalah bertentangan dengan negara karena berkaitan dengan terorisme. Data BNPT banyak dari kalangan muda yang terdoktrin, dan terpapar paham radikalisme.

“Untuk menangkal radikalisme harus toleransi dan dengan momentum Hari Pahlawan bisa sama-sama menguatkan nasionalisme,” ajaknya.

Di kesempatan tersebut Dewan Penasehat Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Karawang mengatakan bahwa kepahlawanan adalah perilaku, dimana arek-arek Suroboyo lalu meskipun dengan keterbatasan senjata namun tekad mempertahankan negara, para Pahlawan dibawah Komando Bung Tomo mengobarkan semangatnya.

“Jiwa kepahlawan hari ini di masa pandemi, para Nakes saya anggap mereka adalah para pahlawan yang berjuang untuk menanggulangi covid,” demikian katanya mengawali materinya.

Lanjut dia, kita mengucapkan terima kasih kepada orde lama, juga orde baru dan orde reformasi sehingga demokrasi bisa kita nikmati hingga saat ini.

“Jiwa kepahlawanan harus menjadi tauladan kita. Alhamdulillah PPKM Karawang sudah level 2, dan kita harus berdoa, berusaha dan bekerja sama agar pandemi segera selesai,” urainya.

Menurutnya, tidak ada masalah bagi pelajar, pemuda dan mahasiswa untuk bersikap kritis tapi ada feedbacknya untuk kebaikan berbangsa.

“Sementara radikalisme bukan dilakukan oleh orang dengan stigma tertentu tapi bisa saja dilakukan oleh warga biasa karena kejujuran sudah terdegradasi. Untuk itu generasi muda, pelajar dan mahasiswa harus membentengi diri dari paham radikalisme dengan nasionalisme dan jiwa kepahlawanan,” tandasnya.

Saat menjawab pertanyaan peserta diskusi, pria yang akrab disapa Romo ini menegaskan bahwa kita berpikir radikal yang positif tidak masalah namun yang sifatnya provokatif, memecah belah bangsa harus dihindari.

Seusai diskusi, para peserta juga melakukan tabur bunga dan foto bersama. [Tim]

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA