by

Satgas Covid-19 Jembrana Pindahkan Warga Isoma ke Tempat Isoter

KOPI, Jembrana – Menindak lanjuti arahan Menteri Kordinator Maritim dan Investasi (Menkomarves) RI, Luhut Binsar Panjaitan, yang juga Koordinator PPKM Jawa-Bali serta Gubernur Bali, Wayan Koster, terkait warga Isolasi Mandiri (Isoma), agar dipindahkan ke tempat Isolasi Terpusat (Isoter). Hal tersebut direspon cepat oleh jajaran Satgas Covid-19 Kabupaten Jembrana.

Dalam hal ini, Pemkab Jembrana melaksanakan Apel Gabungan terdiri dari unsur TNI-Polri bertempat di Depan Pura Jagatnatha, Sabtu (14/08/2021). Apel tersebut dipimpin Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, yang didampingi Kapolres Jembrana, AKBP. I Ketut Gede Adi Wibawa, dan Dandim 1617, Jembrana, Letkol Inf. Hasriffudin Haruna.

Dalam arahanya, Bupati Tamba menyampaikan terkait pemindahan warga Isoma ke tempat Isoter, merupakan arahan langsung dari Menkomarves selaku Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Panjaitan, bersama Gubernur Bali, Wayan Koster, kepada semua Satgas Covid-19 Kabupaten/ Kota se-Bali, kemarin saat dilaksanakan Rapat Evaluasi PPKM di Provinsi Bali.

“Usai pelaksanaan Apel Gabungan, kita langsung bergerak, melakukan penjemputan warga yang sedang menjalani Isoma, untuk dipindahkan ke tempat Isoter yang sudah disediakan. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah memutus mata rantai penyebaran Covid-19, selain itu juga memudahkan dalam pemantauan serta memberikan penanganan yang lebih baik, sehingga tingkat kesembuhan Covid-19 semakin berhasil sesuai harapan,” ucap Tamba.

Lebih lanjut, Bupati Tamba menyampaikan untuk Tracing dan Testing agar terus digencarkan, sehingga ketika terdapat warga yang terpapar Covid-19 , Tim Satgas Covid-19 dapat langsung dievakuasi ke lokasi Isoter, meskipun warga tersebut statusnya Orang Tanpa Gejala (OTG).

“Perlu saya tekankan juga, yang terpenting adalah bagi para petugas sebagai garda terdepan agar mengedukasi warga masyarakat pentingnya Isoter. Supaya tidak menimbulkan konflik, petugas yang akan menjemput warga yang isoma hendaknya dengan cara yang santun, bermasyarakat dan humanis. Jangan sampai psikis mereka tertekan. Menyandang status Isoma akan mengganggu psikis mereka, apalagi dijemput dengan beramai-ramai, mereka pasti terkejut dan tidak mau,” pungkasnya. (Humas/AM)

Editor: NJK

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA