by

Ketua DPD RI Minta Pemda Lakukan Inovasi Atasi Kekeringan Sawah di Kulon Progo

KOPI, Surakarta – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menyoroti kekeringan yang melanda persawahan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. LaNyalla meminta pemerintah daerah (pemda) segera memberikan solusi untuk mengatasi persoalan ini, baik solusi darurat maupun untuk jangka panjang.

Kekeringan terjadi di Kelurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo. Puluhan hektare (Ha) tanaman padi gagal panen akibat hujan tak lagi turun sehingga pasokan air dari saluran Plelen tidak mengalir.

“Persoalan kekeringan sawah di musim kemarau memang sudah menjadi permasalahan klasik, termasuk di Kulon Progo. Seharusnya pemerintah daerah membuat terobosan untuk mengatasi permasalahan klasik yang selalu terjadi setiap tahunnya,” tutur LaNyalla di sela-sela kunjungannya di Surakarta, Jumat (4/6/2021).

Menurutnya, faktor alam seharusnya bisa disiasati. Caranya, dengan memperbanyak irigasi dengan saluran air dari tempat lain, yang masih memungkinkan memberi pasokan air di saat musim kemarau.

Senator asal Jawa Timur itu menilai perlu ada jalan keluar darurat untuk mengatasi agar masalah kekeringan tidak berdampak semakin luas di Kulon Progo.

“Segera atasi dengan solusi yang paling baik. Dinas Pertanian bisa meminjamkan pompa agar tanaman padi yang belum terdampak bisa diselamatkan,” kata LaNyalla.

Sementara untuk solusi jangka panjang, Ketua DPD RI meminta Pemkab Kulon Progo melalui instansi terkait untuk proaktif dengan melakukan inovasi-inovasi pencegahan kekeringan yang mengakibatkan gagal panen sehingga membuat petani merugi hingga puluhan juta rupiah.

“Dinas pertanian perlu melakukan inovasi-inovasi bagaimana menangani saat kekeringan, sawah tetap mampu berproduksi. Inovasi harus dilakukan bersama-sama dengan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP), dan juga Dinas Lingkungan Hidup,” sebutnya.

Pemda didorong untuk mengajak kalangan akademis bekerja sama menciptakan inovasi untuk mengatasi kekeringan sawah. LaNyalla mencontohkan seperti pernah dilakukan di Nusa Tenggara Timur, yang juga sering mengalami persoalan kekeringan sawah.

“Petani di NTT bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggunakan metode System of Rice Intensification (SRI), yang berasal dari Madagaskar. Teknik ini memungkinkan tanah tetap lembab di musim kemarau tapi tidak sampai merendam bibit padi,” jelasnya.

Selain itu, LaNyalla juga mengingatkan kebiasaan masyarakat dulu yang biasa menanam padi gogo atau sawah kering di saat musim kemarau. Walau hasil produksi tidak sebesar sawah basah, namun setidaknya bisa tetap berproduksi dan menjaga suplai pangan.

“Saat musim penghujan petani perlu membuat manajemen pengolahan air agar air tertampung pada irigasi dan menjadi stok air saat musim kemarau tiba karena kita tidak bisa terus menerus mengalami permasalahan yang sama lalu dilakukan penanganan jangka pendek, tetapi melupakan penanganan jangka panjang karena akhirnya kita kembali menghadapi masalah yang sama setiap tahunnya,” paparnya.

Untuk itu, Ketua DPD RI juga meminta petani mau terbuka menerima inovasi yang ditawarkan. Sebab jika petani sudah antipati sebelum mencoba inovasi yang ditawarkan, maka tidak ada perkembangan pada industri pertanian dalam negeri.(*)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA