by

Ahmad Hady Surya Tentang Menjadi Seniman Digital dan Peran Pemerintah

-Opini-1,439 views

Ahmad Hady Surya (30) adalah Orang biasa yang mendapatkan Rekor muri dengan mengedit foto. Ahmad Hady Surya, pemuda asal Kalimantan tengah yang tinggal di Palangkaraya ini memanipulasi 1001 foto sebagai langkah untuk melawan hoax yang beredar di dunia maya mungkin itulah sedikit cerita Rekor yang unik yang ada Indonesia.

Ahmad Hady surya mengatakan, motivasinya membuat rekor MURI untuk mengingatkan masyarakat bahwa foto merupakan suatu objek yang sangat mudah sekali untuk direkayasa. Jadi jangan sampai dengan sebuah foto dapat menimbulkan perpecahan antar masyarakat yang ada di Indonesia.

Selain itu, pemicu lain dirinya melakukan aksi melawan HOAX adalah, ketika dia membuat sebuah meme jelang pemilu yang menjadi perdebatan di media sosial. Lebih bijak dan lebih detail dalam melihat sebuah foto.

Alasannya membuat manipulasi foto , “Saya sempat buat  meme/fotoeditan, dan itu viral di sosial media beberapa bulan lalu makanya di tahun 2019 saya mencoba memecahkan rekor ini, bahkan saya hampir dipanggil oleh polisi. Jadi itu juga memotivasi saya untuk lebih bijak terhadap media sosial, apalagi dengan rekayasa foto seperti itu,” kata hady.

Ahmad Hady surya, pria ini lebih dikenal dengan karya-karyanya yang kocak dan bikin geleng-geleng kepala. Editan pria berusia 30 tahun ini seringkali bikin gempar media sosial Instagram. Hbesar / hady, biasa ia disapa temannya adalah penyebar hoax, pun tak menduga karyanya bisa menghibur banyak orang.

Pria yang memiliki nama lengkap Ahmad hady surya bukanlah siapa-siapa. Pengikut Instagramnya hanya puluhan ribu orang. Namun, selang 7 bulan ia tumbuh sebagai selebgram dengan di Instagram dengan konten yang berbeda dan unik. Ahmad Hady surya pun menceritakan kisahnya. “Saya dari SMA sudah kenal Photoshop, belajar ngedit foto secara autodidak dari buku, dan dari internet ” Meski orangtua berasal dari Banjarmasin, Kalimantan selatan, Ahmad Hady surya yang lahir di palangkara pada 29 november 1991 silam, dari menggeluti bidang editing foto kurang lebih 6 tahun hingga mendalami hal lain yang berhubungan dengan keahliannya. Pada tahun 2019 ahmad hady surya mendalami system program yang menyangkut dengan pengembangan aplikasi , sehingga perpaduan manipulasi foto di kolaborasikan dengan system program yang dijalaninya.

Belajar otodidak dan berani bertanya pada siapapun yang bisa itulah menurut ahmad hady surya, agar kita bisa memahaminya.  Pria Kalimantan tengah ini mengatakan pengikut di Instagram sedikit berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Diledekin teman,. Namun, bagi hady tak ada perubahan dengan gaya hidupnya semenjak memiliki puluhan ribu pengikut di Instagram @ahmadhadysurya. “Sama saja, tak ada yang beda seperti hady  yang dulu,” tambahnya.

Kepopuleran bagi ahmad hady surya tak lantas membuat pribadinya menjadi jumawa. Ahmad hady surya lebih memilih bijak mengatur waktu, antara sosial media dan bekerja. “Dengan banyaknya pengikut di Instagram, saya bisa berbagi ilmu dengan yang lainnya.

Disinggung fenomena semakin banyak warganet yang mulai mengedit foto artis dan foto editan lainnya, ahmad hady surya melihatnya dari dua sisi positif dan negatif. Baiknya sekarang ia memiliki teman dengan kesukaan yang sama, namun ada hal yang harus tetap diperhatikan. “Berkarya sih bebas, tapi lebih musti dikontrol lagi, yang penting harus diperhatikan captionnya “ ujarnya “

 

Peran Pemerintah Kalimantan Tengah menurut Ahmad hady surya

 Peran pemerintah daerah terhadap penggiat seni digital dianggap masih kurang. Kondisi itu dirasakan oleh Ahmad Hadi Surya (30), pemuda asal Kotawaringin Barat yang pernah mendapatkan rekor MURI dengan manipulasi foto terbanyak se-Indonesia.

Ahmad Hady surya mengatakan, pemerintah kurang melihat bahwa masih banyak anak-anak asli dari Kalimantan Tengah yang berbakat dalam seni digital, khususnya manipulasi foto seperti ini.

“Selama ini Pemerintah lebih banyak diam, lebih banyak tidak tahu. Sebenarnya banyak kawan-kawan di Kalteng ini yang jago manipulasi foto seperti ini, cuma wadah dan kesempatannya saja yang kurang,” ujar Ahmad Hady Surya, Rabu (02/06/2021).

Kurangnya perhatian dari pemerintah yang dirasakan Ahmad Hady Surya sendiri terjadi ketika dirinya mendapatkan prestasi menjadi nomine Top 10 besar Bangkok Art and Culture Centre (BACC) 2018 ajang manipulasi foto Internasional yang diadakan di Bangkok Thailand. Dirinya tidak dapat hadir karena terkendala biaya.

“Saya mendapat Top 10 dalam ajang BACC Bangkok 2018, sempat mau pergi ke sana, tapi dari pemerintah sendiri kurang ada tanggapan, jadi hanya ikut pameran fotonya saja,” tutur seniman digital Kalteng ini.

Ahmad Hady surya berharap dengan adanya rekor MURI yang sudah dicapainya, pemerintah lebih mampu melihat dan memperhatikan, bahwa banyak generasi milenial asli Kalimantan Tengah yang mampu dan berbakat di bidang seni. Selain itu juga, pemerintah mampu untuk memberikan wadah dan kesempatan bagi mereka untuk menuangkan kreatifitasnya tersebut.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA