KOPI, Langkat – Masyarakat di Tanjung Pura, khususnya warga nelayan yang tinggal di Desa Pematang Serai, Pulau Banyak, Pematang Cengal Barat dan Desa Baja Kuning, meminta tim BBKSDA Sumut, untuk melakukan penangkapan buaya muara yang masih ada di sungai. Keberadaan buaya di sungai tersebut, sangat meresahkan warga, apalagi ketika mereka hendak bekerja menangkap ikan di sungai.
Selain nelayan, masyarakat di desa itu juga sangat takut atas kemunculan buaya muara. “Sejak kemunculan buaya, warga yang sering mandi disungai, mencuci pakaian dan lainnya jadi tidak berani lagi, dan takut jadi mangsa buaya muara,” sebutnya beberapa warga Tanjung Pura yang ditemui secara terpisah ditempat yang berbeda, Jum’at (8/1/2021).
Informasi dirangkum pewarta-indonesia.com, tim Balai Besar Konsevasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, melalui Seksi Wilayah ll BKSDA Stabat, Langkat, mengakui akan segera melakukan monitoring kembali kelokasi titik sungai yang terdapat buaya muara, diantaranya di kawasan Kecamatan Tanjung Pura dan Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumut. Beberapa sungai yang diperkiran masih ada buaya muara tersebut akan segere dilakukan penangkapan oleh tim BBKSDA.
Sebelumnya pada minggu lalu, warga berhasil menangkap seekor buaya muara dengan cara memancing menggunakan kail (mata pancing rakitan) dengan umpan binatang itik. Buaya yang ditangkap berjenis kelamin betina, dan berumur 15 tahunan (indukan). Buaya tersebut memiliki ukuran panjang 2,5 meter dan berat berkisar 100 kilogram. Buaya tersebut ditangkap di daerah sungai yang berbatasan dengan 2 kecamatan, yakni Kecamatan Tanjung Pura dan Kecamatan Gebang.
Sebelumnya, Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Stabat, Langkat, Herbert Aritonang, yang dikonfirmasi melalui via WhatsApp, terkait apa tindak lanjut tim BKSDA mengenai masih adanya lagi beberapa ekor buaya muara di sungai. Terkait hal itu, Herbert Aritonang mengatakan pihaknya akan memonitor ke lokasi. “Kalau masih ada buaya akan kami lakukan upaya rescue untuk menghindari adanya korban,” ungkapnya Herbert Aritonang, Rabu (6/1/2021).
Herbert yang ditanya awak media, terkait adanya warga yang bersedia memancing buaya tersebut untuk membantu pihak BKSDA, namun mereka butuh biaya untuk pembelian umpan. Selanjutnya Herbert mengatakan penanganan satwa liar ada teknisnya pak! Dengan tetap memperhatikan animal welfare. Untuk menangkap sawa liar dari habitatnya, kami ada ketentuan alat yang dipakai, dan tidak sembarangan yang justru bisa melukai satwa itu sendiri. Alat yang digunakan masyarakat kemarin sangat berbahaya pada satwa itu sendiri.
Untuk mengeluarkannyapun, kami butuh satu hari penuh. Luka yang diakibatkannya juga sangat masif. Kemarin buaya yang dipancing masyarakat mengalami luka-luka parah dibagian tenggorokan. “Mudah-mudahan buaya tersebut masih bisa bertahan hidup. Jadi untuk menangkap satwa, kami ada teknisnya dan nanti bisa bersama masyarakat setempat bersama menangkap buaya,” sebut Herbert Aritonang.(Reza Fahlevi)
Comment