by

Kisah Kitab Suci di Era Google dan 10 Mutiara

-Denny JA, Opini-2,287 views
Oleh: Denny JA

KOPI, Jakarta – Di era Google, kisah Bhagavat Gita juga akan dialami buku suci agama lain. Bagi penganut yang percaya, Bhagavad Gita dianggap karya Dewa Ganesha. Tapi bagi yang tak percaya, Bhagavad Gita tetap asyik dinikmati sebagai renungan hidup yang sastrawi.

Ini kasus Bhagavad Gita. Ia kitab suci bagi yang percaya. Tapi bagi yang tak percaya, Ia dianggap semata dokumen lama sastrawi yang inspiratif.

Berita itu cukup mencolok. Pertama kalinya, anggota Konggres di Amerika Serikat dilantik dan disumpah dengan menggunakan Bhagavad Gita (1).

Pramila Jayapal, wanita keturunan India-Amerika di tahun 2017 terpilih sebagai anggota Konggres. Ia mewakili negara bagian Washington, dari partai demokrat.

Foto itu beredar luas. Ia disumpah meletakkan tangannya di atas kitab suci Bhagavad Gita.

Bagi banyak penganut Hindu, Bhagavad Gita itu karya langsung dari Dewa Ganesha. Ia dewa yang berkepala gajah. Dalam satu momen, Ganesha mematahkan satu gadingnya. Ia menuliskan buku suci itu dengan gadingnya. (2)

Tapi bagi yang tak percaya, kisah Mahabraya, pertarungan Baratayudha dalam kitab mahabrata dan Bhagavad Gita itu karya seorang atau beberapa pemikir saja.

Bahkan wayang soal pandawa lima, dalam pertempuran kurusetra melawan kurawa dapat diikuti banyak orang Indonesia hingga begadang tengah malam.

Kisah ksatria dalam wayang itu, tentang karakter yang memegang amanah, teguh dengan janji dan kebajikan, walau harus berkorban, sungguh inspiratif.

Mereka, apapun agamanya, Islam, Kristen, Budha, bahkan tak beragama, dapat menikmati kisah Mahabrata dengan rileks saja. Bagi mereka itu semata karya sastra. Walau bagi yang percaya, itu kitab suci karya Dewa.

Begitu banyak buku suci agama tersedia. Di samping Bible, Bhagavad Gita dan Quran, juga ada Kitab-i- Aqdas (Agama Bahi’a), Tipitika (Budha), Jain Agamas (Jain), Torah (Hebrew), Kojiki (Shinto), Guru Granth Sahib (Shinto), Tao te Ching (agama Tao), dan Zend Avesta (Agama Zoroaster).

Kini hadir 4300 agama dengan buku sucinya masing masing.

-000-

Hal serupa mulai juga terjadi pada kitab suci agama lain: perjanjian lama. Old Testament. Kisah para Nabi: Musa, Ibrahim, Nuh, Adam, pertama kali dituliskan dalam Old Testament.

Sama dengan Bhagavad Gita. Bagi yang meyakini, kisah para Nabi itu ditulis oleh Nabi Musa melalui “wahyu” dari Tuhan pemilik semesta.

Namun para ahli menelusuri old testament itu. Dari tata bahasa dan grammer, terasa ia tidak ditulis oleh satu orang. Terasa pula ia tidak ditulis dari satu zaman. Ini karya beberapa orang dari rentang ratusan tahun yang berbeda.

Seperti halnya Bhagavad Gita, bagi yang percaya, Old Testament tetap dipeluk sebagai kitab suci. Tapi bagi yang tak percaya, kitab itu dianggap karya para rabi yahudi tapi tetap penuh dengan renungan inspiratif.

Untuk kisah beberapa Nabi, para Rabi Yahudi menuliskan ulang berdasarkan kisah tokoh lain dalam cerita rakyat dari zaman sebelumnya.

Riset mengenai “Who wrote the Bible,” hingga kini tetap melahirkan pro dan kontra. (3)

Kita memasuki era baru dalam memahami agama. Google menyediakan begitu banyak hasil riset. Informasi yang awalnya hanya beredar di kalangan kecil akademisi, kini bisa diakses publik luas.

Kearifan baru ini justru positif bagi harmoni pemeluk agama. Berbagai kitab suci dianggap kekayaan kultural milik bersama. Aneka kitab itu tetap inspiratif.

Hanya berbeda penekanan saja. Bagi yang percaya dan hak itu sepenuhnya dihormati, kitab suci adalah wahyu Tuhan. Bagi yang tak percaya, kitab suci tetap bisa dinikmati sebagai renungan hidup sastrawi.

-000-

Moralitas apa yang dapat kita petik dari banyak kitab suci agama?

Saya mulai dengan kasus Al-Quran. Ini sepuluh mutiara yang saya temukan selama menyelami 30 Juz Alquran sepanjang 30 malam Ramadhan.

Bagi saya pribadi, 10 mutiara ini sudah cukup menjadi pedoman hidup selaku individu, atapun sebagai aktivis yang memiliki cita-cita sosial. Sebanyak 10 mutiara ini sudah mampu membuat hidup saya bermakna, berbahagia dan berjuang.

MUTIARA PERTAMA, Prinsip Tauhid: Bebaskan Diri Dari Tuhan-Tuhan Kecil

Surat Ali Imran Ayat 18

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Evolusi tertinggi seorang individu, ia tumbuh menjadi manusia yang mulia. Itu hanya terjadi jika ia tak lagi menghamba kepada tuhan-tuhan kecil. Harta, kuasa, tokoh, ideologi dapat menjadi tuhan-tuhan kecil jika kita kalahkan prinsip kemanusiaan untuk mencapainya.

Dengan prinsip Tauhid, kita hanya berorientasi pada Tuhan yang serba maha, yang adil (Maha Adil), yang penuh kasih (Maha kasih), yang berpengetahuan (Maha Tahu), yang mampu (Maha kuasa), dan sebagainya.

Inilah perjalanan tertinggi rohani seorang individu. Ia mencoba mendapatkan percikan sinar ilahi agar dalam hidupnya juga menjadi adil, kasih, berpengetahuan, mampu mengelola perjalanan diri dan amanah.

-000-

MUTIARA KEDUA, Tegakkan Keadilan, Walau Langit Runtuh

Surat: An- Nisaa: 135

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Ini perintah keras untuk adil bahkan terhadap orang dekat sekalipun. Tak ada pengaruh yang lebih kuat dibandingkan spirit orang banyak agar ditegakkannya prinsip keadilan.

Sejarah mencatat. Begitu banyak super power, kekuasaan raksasa pada waktunya hancur berantakan. Itu terjadi jika ada kezaliman, ada ketidakadilan terjadi.

Dimanapun dan kapanpun kita hidup, jika terasa ada ketidakadilan di sana, siapapun penyebabnya, walau langit runtuh, bersiaplah untuk katakan: TIDAK !!

-000-

MUTIARA KETIGA, Toleransi, Jangan Ada Paksaan dalam Agama

Surat: Al Maidah, Ayat 48

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Surat: Al Baqarah: 256

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Saya garis bawahi dari dua surat itu: manusia memang diciptakan untuk beragam. Berlomba dalam kebaikan. Dan tak ada paksaan dalam agama.

Semakin modern sebuah zaman, semakin ia beragam. Langkah selanjutnya bukan menyeragamkan, tapi mencari titik temu untuk hidup bersama dalam damai.

Itu hanya terjadi jika ada keikhlasan menerima keberagaman. Tentu dakwah tentang kebajikan bukan saja dibolehkan tapi sangat direkomendasikan. Tapi tak boleh ada paksaan dalam meyakini sesuatu.

Hanya hukum nasional yang boleh dipaksakan. Dan paksaan itu hanya persoalan kriminal saja. Berpikir berbeda, punya cita cita sosial yang berbeda, punya keyakinan berbeda, itu bukan kriminal.

-000-

MUTIARA KEEMPAT: Derma, Sedekah, Bantu Mereka yang Lemah

Surat: Ali Imran ayat 92

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Surat Al-Bawarah Ayat 215

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Ini sudah menjadi hukum besi sejarah. Dimanapun, kapanpun; sistem apapun yang diterapkan, selalu lahir mereka yang lemah dan tak beruntung.

Setiap individu juga mahluk sosial. Ia punya kuasa, sekecil apapun untuk ikut membentuk lingkungan sosialnya. Pada gilirannya lingkungan sosial itu ikut membentuknya kembali.

Berderma, bersedekah, membantu mereka yang kurang beruntung, satu satunya cara masyarakat secara bersama untuk survive. Akan lebih tinggi lagi kualitas bantuan itu jika dilakukan atas kesadaran sendiri, yang dilandasi rasa kasih sayang.

-000-

MUTIARA KELIMA: Bersatulah Orang-Orang Saleh, Cari Titik Temu

Surat: Al-Baqarah 62

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Surat: al maidah ayat 8

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Surat al-Mumtahanah, ayat 8

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Surat Al Kafirun ayat 6:

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Empat kutipan surat di atas sudah cukup terang benderang. Tak ada larangan bekerja sama dengan siapapun selama mereka tidak memerangi kita karena agama dan tak pula mengusir kita dari negeri.

Sudah jelas pula, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Tapi kita hidup dalam ruang publik yang sama. Kita harus mencari cara hidup bersama. Dunia modern menemukan konstitusi sebagai pedoman hidup bersama. Orang-orang saleh dari setiap agama bersatulah, bekerja sama dalam batas yang digariskan konstitusi negara

-000-

MUTIARA KEENAM: Berdakwahlah dengan Teladan

Surat Fushshilat ayat 33:

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?

Surat Asy Syuara ayat 109

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Surat Ali Imran Ayat 104:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Surat An Nahl, Ayat 125

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Menjadi pendakwah kebaikan itu bukan profesi. Itu anjuran agar setiap individu menyebarkan apa yang benar, dan apa yang jangan. Ini dikerjakan bukan karena upah, tapi kesadaran membangun masyarakat secara bersama.

Namun dakwah bagaimana yang paling efektif? Yang paling menyentuh jika tak hanya kata, tapi prilaku sehari hari yang menjadi teladan. Bahkan tanpa mengutip satu ayatpun, jika prilaku sehari hari begitu menyentuh orang banyak, ia justru menjadi virus yang menularkan kebaikan.

-000-

MUTIARA KETUJUH: Rekomitmen pada Jalan yang Lurus, Lagi dan Lagi

Surat: AlFateha, ayat 6 dan 7

Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Surat ar-Radu, Ayat 28

orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Surat Al-Ankabut Ayat 45

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Komitmen pada kebaikan itu harus terus menerus diperbarui. Godaan dan tantangan datang setiap saat. Komitmen untuk tidak tergoda dan hanya ingin jalan yang lurus harus pula ditetapkan terus menerus.

Mengingat Allah secara rutin menjadi cara untuk rekomitmen (berkomitmen lagi dan lagi). Setiap individu perlu punya mekanisme (shalat) yang dilakukan terus menerus, agar semakin ingat dan semakin mendalami, pilihan untuk hidup lurus.

-000-

MUTIARA KEDELAPAN: Bersyukurlah

Surat Luqman, Ayat 12

….”Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Realitas apapun yang tersaji dihadapan kita, ia adalah sinerji dan hasil saling pengaruh puluhan variabel. Bahkan jauh lebih banyak hadir variabel yang di luar kontrol. Kita lahir, menjadi pria atau wanita, lahir dari orang tua tertentu, di lingkungan dan zaman tertentu, itu bukan kita yang pilih.

Rasa bersyukur atas realitas apapun yang datang itu pilihan cerdas agar kita berdamai dengan realitas. Terus berjuang untuk yang lebih baik di depan, bukan penghalang bagi kita untuk bersyukur atas apa yang sudah ada.

Apalagi sudah banyak riset dalam positive psychology yang menunjukkan berapa rasa bersyukur itu membuat hidup lebih bahagia.

-000-

MUTIARA KESEMBILAN: Maafkan dan Move On

Surat asy-Syura, ayat 43

Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.

Dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, tak terhindari kadang terjadi perbedaan pandangan dan kepentingan, persaingan kalah dan menang. Kadang terjadi pula tindakan yang salah.

Namun hidup terus berjalan. Masa kini dan masa depan terus datang. Agar tak berat melangkah, problem di masa silam jangan kita pikul dibawa ke mana mana. Lepaskan masa silam itu dengan cara minta maaf dan memaafkan.

Kesalahan baik dari diri sendiri atau orang lain justru harus dilihat secara positif. Kesalahan itu justru menjadi cara setiap individu untuk semakin tumbuh dengan cara mengambil hikmah dari kesalahan itu.

-000-

MUTIARA KESEPULUH: Jujur dan Jaga Amanah

Surat: Al-Baqarah, Ayat 42

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

Surat Al-Mukminun, Ayat 8

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

Dengan pengetahuan, bisa kita bedakan mana yang benar mana yang salah. Dengan empati, bisa kita rasakan mana yang adil dan mana yang tidak.

Berani lah untuk jujur membedakannya. Setiap individu yang diberi pengetahuan sekaligus juga diberi amanah untuk mendaya gunakannya. Setiap individu yang dititipkan kuasa, juga dititipkan amanah untuk menjaga kuasa bagi menyebarnya kebaikan.

-000-

Sepuluh mutiara ini yang saya temukan ketika intens menyelami samudera Alquran. Individu lain sangat mungkin menemukan mutiara yang berbeda. Bisa pula mereka menemukan mutiara yang sama tapi berbeda dalam memberi makna.

Aneka mutiara juga dapat dipetik dari aneka kitab suci ini. Kitab-i- Aqdas (Agama Bahi’a), Tipitika (Budha), Jain Agamas (Jain), Torah (Hebrew), Kojiki (Shinto), Guru Granth Sahib (Shinto), Tao te Ching (agama Tao), dan Zend Avesta (Agama Zoroaster).

Bagaimana di era Google cara kita hidup harmoni dengan hadirnya begitu banyak kitab suci? Hidup dengan 4300 agama?

Kita bebas meyakini yang mana yang kita anggap wahyu dari Tuhan, jika memang ada panggilan ke sana. Jika tidak, atau sisa kitab suci lainnya dapat dinikmati sebagai renungan hidup yang sastrawi.***

CATATAN

(1) Pertama kali anggota Konggres Amerika Serikat dilantik dengan Bhagavad Gita

https://www.google.co.id/amp/s/indiacurrents.com/bhagavad-gita-used-historic-swearing-ceremony-us-congress/amp/

(2) Oleh penganut yang percaya, Bhagavad Gita ditulis langsung oleh Dewa Ganesha yang berkepala gajah. Ia mematahkan gadingnya untuk menulis Bhagavad Gita

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bhagavad_Gita

(3). Siapa yang menulis Bible, terurama Old Testament. Riset ini menemukan Ia tidak ditulis oleh Nabi Musa, tapi oleh banyak rabi Yahudi dalam rentang waktu yang panjang.

Sumber tulisan dari Facebook DennyJA_World https://www.facebook.com/322283467867809/posts/3542728159156641/?d=n

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA