KOPI, Gowa – Salah seorang Purnawirawan TNI, Serma Sucipto, mengalami nasib tragis di penghujung usianya. Ia salah satu korban akibat penggusuran Asrama Kodim 1409/Gowa yang akan digunakan untuk pembangunan sebuah rumah sakit.
Karena kemiskinan dan ketidakmampuan membeli sebidang tanah untuk tempat tinggal keluarganya, yaitu anak, istri dan mertuanya, mereka bertahan hidup di lingkup Asrama Kodim 1409/Gowa.
Menurut kabar yang diterima oleh awak media Pewarta, Selasa (12/1/21), karena akan dilakukan penggusuran Asrama Kodim 1409/Gowa, Bapak Sucipto dengan terpaksa dan berat hati harus meninggalkan Asrama Kodim tanpa tujuan.
Dengan kondisinya yang renta bersama keluarganya dan Ibu mertuanya yang mengalami kelumpuhan, Bapak Sucipto pasrah. Hingga akhirnya salah satu istri Purnawarman yang juga terdampak gusuran berinisiatif membantu dengan cara memanggil daeng becak, dan mencarikan tempat hunian sementara.
Setelah ditemukan tempat hunian sementara, tepatnya adalah di lahan kebun milik seseorang yang berlokasi di belakang Kodim 1409/Gowa. Bapak Sucipto beserta keluarga menempati bangunan tersebut yang berukuran 3×3 meter serta dindingnya terbuat dari seng bekas dan lantai tua.
Sucipto sekeluarga pasrah menerima keadaan karena kemiskinan dan ketidakberdayaan. Mirisnya lagi, akibat penggusuran dan terbawa perasaan, istri Bapak Sucipto mengalami gangguan mental dan kejiwaannya terganggu.
Ternyata dekat dengan Kodim 1409 bukan berarti mengetahui keadaan salah satu Purnawirawan nasibnya terlantar akibat penggusuran tersebut. Serma Sucipto dulu juga pernah berpakaian satu warna dengan pakaiannya sekarang, ujar salah satu Komunitas Legend Asdim 1409/Gowa.
Dan pada hari Minggu (10/1/21), Sucipto menghembuskan nafas terakhirnya dan disusul mertuanya yang juga meninggal pada hari yang sama, sekitar pukul 24.00 malam.
Melihat apa yang dialami oleh Serma Sucipto, hati kami terluka. Kami dari Komunitas Legend Asdim 1409/Gowa dan FKKPI Pimpinan Cabang Gowa yang diketuai oleh Andi Suroh berinisiatif untuk melakukan pemakaman bagi jenazah Bapak Sucipto dan mertuanya.
“Tak dapat dipungkiri kami memiliki jiwa Korsa yang sangat kuat, rasa prihatin yang sangat tinggi dan juga semangat kebersamaan yang membawa kami sampai titik akhir dengan satu komando mengatur keperluan dan kelengkapan pemakaman almarhum,” tandas Andi.
Semoga ke depannya tidak ada lagi Sucipto yang lain, dan atas kejadian ini menjadi cambuk keras bagi kita buat sesama dengan mengedepankan nurani daripada ambisi. (Jamal)
Editor: NJK
Comment