by

Irma dengan Kucingnya, Prof Ueno dengan Hachiko

KOPI, Jakarta – Begitu dalamnya. Begitu menyentuh.

Itulah yang saya rasakan. Terharu melihat kasih Irma Hutabarat kepada kucing kesayangan. Setelah 10 tahun bersama, setelah kucing itu menua, buta dan renta, kucing “Si Belang,” menghadap Ilahi.

Irma mengendongnya di saat ajal. Ia temani dengan cinta hingga kucing itu hilang nyawa. Ia makamkan dengan khidmad.

Teman- dan keluarga dekat menemani Irma melepas kucing kesayangan. Air mata Irma menetes, sambil ucapkan kata perpisahan itu: “Sampai kita berjumpa lagi, Nak.”

Sejak kucing itu sakit, Irma semakin intens merawatnya. Ia mandikan. Ia temani di tempat tidur.

Irma mengabdikan kisahnya dengan si Belang, dan aneka foto di facebooknya.

“Selamat jalan sayang mama.
Sampai kita berjumpa lagi nak.

Akhirnya ia pergi dengan damai
Setelah kubersihkan , kuikhlaskan
dan kutimang hingga bobo.”
..
Thank you for 10 loving years
and joy that you gave to us
..
Terimakasih sayangku –
sudah ikut merawat dan menguburkan

She’s gone – to heaven, my beloved cat
Sunday 20 Dec 2020 at 18:00
Kemang – in my arms
..

#belang #timetosaygoodbye #gloomysunday
#kesayanganmama #sweetcat #catgoestoheaven.”

-000-

Lama saya terdiam. Menyelami kisah Irma dan si Belang, Sayapun teringat Profesor Hidesabaro Ueno dengan anjing kesayangannya: Hachiko.

Kisah ini begitu terkenal. Ketika saya ke Jepang, Tokyo, di tahun 2008, pemandu wisata menceritakan kisah ini.

Saya pun saat itu menggali lebih jauh. Melihat patung Hachiko di Sibuya Station. Menonton kisahnya yang difilmkan, dan dibintangi oleh Richard Gere (2010): HACHIKO, A DOG’S STORY.

Menyelami hubungan yang intens Irma Hutabarat dengan kucingnya, memori saya tentang Profesor Ueno dan anjingnya, datang kembali.

-000-

Tahun 1925-1935, di Tokyo Jepang, di Stasiun Sibuya, anjing itu menarik perhatian publik. Mereka yang naik turun kereta, selalu melihat seekor anjing duduk di sana. Di waktu yang sama.

Awalnya biasa saja. Tapi ini berlangsung 10 tahun.

Anjing itu seperti menunggu kedatangan seseorang. Namun yang ditunggu tiada datang. Hachiko, nama anjing itu, tidak putus asa.

Ia terus menunggu tuannya. 10 tahun sudah. Sampai akhirnya, Hachiko wafat, di tahun 1935.

Kisah Hachiko menjadi isu nasional. Tiga tahun sebelum wafat, di tahun 1932, koran besar Jepang, Asashi Simbun, memuat kisah ini.

Publikpun memahami kisah sebenarnya.

Seorang profesor Hidesaburo Ueno, mengajar di Tokyo Imperial University. Hachiko itu anjing kesayangannya. Mereka bersahabat.

Sejak tahun 1924, Profesor Ueno selalu mengajak Hachiko ke stasiun Sibuya. Lalu sang profesor naik kereta.

Sorenya, pulang dari mengajar, sang profesor pulang menggunakan kereta yang sama. Ketika ia turun kereta, Hachiko sudah menjemput.

Dari stasiun, profesor Ueno bersama Hachiko jalan kaki pulang ke rumah. Begitu akrab hubungan profesor dan anjingnya.

Sambil jalan kaki menuju rumah, Hachiko melompat ke sini dan ke sana. Riang. Kadang ia melompat kepelukan profesor. Kadang profesor sambil jalan menggendongnya. Menciumnya.

Rutinitas itu terus mereka lakukan dari tahun 1924-1925.

Datanglah hari itu. 21 Mei 1925. Seperti biasa, Hachiko pagi hari mengantar profesor Ueno ke Stasiun Sibuya. Seperti biasa, sang profesor ke kampus mengajar, naik itu kereta.

Namun sore itu tak biasa. Hachiko menunggu. Tapi profesor Ueno tak kunjung datang. Esok harinya, kembali Hachiko menunggu. Profesor Ueno tak kunjung datang.

Hachiko setia. Ia tetap menunggu kedatangan profesor. 10 tahun sudah. Hingga Hachiko sendiri wafat.

Yang Hachiko tak tahu, tuannya, sahabatnya, mengidap penyakit serius cerebral hemorrhage.

Hari itu, 21 Mei 1925, Ketika sedang mengajar, penyakit itu menyerang. Profesor Uno langsung wafat, tanpa sempat kembali ke Stasiun Sibuya.

Saat itu tak ada yang memperhatikan. Tak ada yang memberi tahu Hachiko. Anjing itu tak mengerti. Mengapa tuan tak lagi datang.

Tapi Hachiko tak peduli. Ia setia menanti. Hingga 10 tahun. Hingga ajal menjemputnya juga. Hingga ia menyusul tuannya pergi ke alam baka.

Kisah Hachiko menjadi populer di Jepang. Sangat populer. Ini kisah persahabatan. Lebih dari itu, ini kisah loyalitas. Karakter yang loyal sangat sesuai, sangat didamba, sangat dipuji dalam kultur Jepang.

Penduduk setempatpun membuatkan patung untuk Hachiko. Patung itu diletakkan di Sibuya Station.

Datanglah peristiwa yang juga tak biasa. 10 November 2013, 90 tahun kelahiran Hachiko, 65 tahun sejak wafatnya Profesor Uno. 55 tahun sejak wafatnya Hachiko.

Komunitas pecinta kisah persahabatan ini menyatukan jasad Profesor Uno dan Jasad Hachiko. Dua tahun mereka mengupayakan penyatuan jazad itu.

Mereka meminta kesediaan keluarga profesor Ueno yang bisa ditemui. Mereka urus birokrasi pemakaman yang rumit dan berbelit.

Kisah persahabatan profesor dan anjingnya begitu menginspirasi. Kisah ini lebih besar dari aneka hambatan birokrasi. Dua sahabat ini akhirnya berdekatan kembali. Berdampingan di makam.

-000-

Mengapa hewan seperti kucing atau anjing bisa begitu bersahabat dengan manusia? Mengapa hewan bisa juga mengekspresikan kasih sayang?

Riset menunjukkan hewan juga memiliki kecerdasan. Kucing, Anjing termasuk 10 hewan yang paling cerdas, bersama Chimpanse, Dolphin, kera, babi, gajah, burung beo, elang dan tikus (1)

Mereka yang memiliki passion dengan hewan, acapkali memberlakukan hewan selayaknya teman. Mereka ajak bicara. Mereka peluk.

Bahkan juga dengan tumbuhan. Ia yang passionnya merawat bunga, misalnya, sambil menyirami bunga anggrek, bunga itu pun Ia ajak bicara. Ia usap.

Terima kasih temanku, Irma Hutabarat. Kasih sayangmu kepada si Belang, menginspirasi. Si Belang memang sudah pergi. Tapi persahabatanmu dengannya tetap hadir. Abadi.*

Desember 2020

CATATAN

  1. Hewan juga memiliki kecerdasan. Ini daftar hewan yang paling cerdas

https://www.google.co.id/amp/s/www.sundaypost.com/fp/meet-the-brainiest-animals-on-earth/amp/

Sumber tulisan: Facebook DennyJA_World. https://www.facebook.com/322283467867809/posts/3493714554058002/?d=n

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA