by

Ini Penjelasan Neuroscience Tentang Otak Pelaku Kekerasan yang Mengerikan

KOPI, Jakarta – Sebagaimana sudah sering disebut dalam Page Membangun Positivity (https://facebook.com/membangunpositvity) bahwa Positivity adalah sebuah kondisi di otak saat berfungsi maksimal, sehingga lebih cerdas, lebih penuh solusi, lebih kreatif dan inovatif. Selain itu, positivity juga akan membuat seseorang lebih tahan stres dan depresi, membuat tubuh lebih sehat, lebih cenderung pada altruism (kebajikan) atau lebih spiritual. Mereka yang memiliki positivity besar ini terbukti bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Mereka yang yang rajin meditasi terbukti dalam berbagai riset memiliki empathy yang lebih besar atau perasaan oneness, berpegang-teguh pada golden rule, atau bahkan memiliki spirituality yang lebih besar. Artinya mereka ini kurang memiliki pandangan eksklusif pada dirinya atau kelompoknya sendiri.

Mereka cenderung merasa menjadi bagian dari apapun di sekitarnya atau dari kelompok lain. Mereka menjadi tak sanggup berbuat kekerasan pada yang lain atau kelompok lain. Juga mudah menolong daripada mengacuhkan yang lain, yang artinya juga menjadi lebih berguna bagi orang lain.

Meditasi hanya salah satu cara untuk memiliki positivity yang besar. Menurut berbagai riset, berdoa pun bisa menghasilkan positivity yang besar. Begitu juga bersyukur, terutama bersyukur yang didefinisikan oleh neuroscience, yaitu menulis ‘jurnal positif’ yang isinya adalah pengalaman positif dari diri kita sendiri atau apa yang positif di di sekitar kita.

Masih ada banyak praktik lain yang menurut riset bisa digunakan untuk menghasilkan positivity yang besar. Kebanyakan praktik ini adalah praktik yang sudah biasa kita lakukan sehari-hari, sehingga kita hanya tinggal memprogramnya untuk menghasilkan positivity yang besar. Apa saja itu? Silahkan baca ratusan artikel dan tonton puluhan video di Page ini.

Positivity adalah kata lain dari kata kebahagiaan, happiness, wellbeing. Meskipun Posivity adalah kata lain dari kata kebahagiaan, namun Page ini menghindar untuk menggunakan kata kebahagiaan, karena kata kebahagiaan memiliki arti yang sangat luas. Coba saja Googling kata ‘kebahagiaan’ itu, maka akan muncul definisi dari kata kebahagiaan menurut berbagai bidang, misalnya filsafat, agama, sosial, psikologi, kedokteran, politik, sains, dan lain-lain. Page ini menggunakan kata positivity untuk menggantikan kata kebahagiaan karena memiliki definisi yang lebih sempit atau khusus, yaitu seperti yang sudah disebutkan di bagian awal tulisan ini.

Dari definisi positivity itu, maka amat kecil kemungkinan mereka yang memiliki positivity yang besar bisa melakukan kekerasan, apalagi pembunuhan yang mengerikan. Lalu mengapa ada yang orang yang mampu melakukan perbuatan yang mengerikan itu? Apakah fungsi otaknya sedemikian melenceng dalam berfungsi? Bagaimana penjelasan neuroscience untuk mereka yang otaknya tak berfungsi maksimal, sehingga bisa melakukan kekerasan yang mengerikan itu? Jawabannya seharusnya memang sederhana.

Otak yang tak berfungsi maksimal memang tidak cenderung memiliki empathy yang lebih besar atau memiliki perasaan oneness, juga tidak berpegang-teguh pada golden rule. Artinya mereka ini lebih memiliki pandangan eksklusif (mengenai dirinya atau kelompoknya). Mereka tidak cenderung merasa menjadi bagian dari apa pun di sekitarnya atau dari kelompok lain yang berbeda.

Mereka ini menjadi sanggup berbuat kekerasan yang mengerikan pada orang lain atau kelompok lain. Itu artinya mereka tak punya empathy sehingga cenderung menghindar untuk berbuat baik pada orang lain atau kelompok lain yang berbeda. Orang seperti itu sebenarnya hanya menganut ideologi politik yang ditanam oleh para pemuka kelompoknya, namun orang seperti itu merasa dirinya beragama dan orang-orang lain pun mengira orang seperti itu beragama. (M. Jojo Rahardjo)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA