by

Kampung Ngaji, Upaya Membangun Generasi Qur’ani

Slogan Anjuran untuk Mengaji di Perum Griya Mapan, Desa Kacongan, Sumenep

KOPI, Sumenep – Jarangnya kegiatan mengaji berjamaah dan kurangnya anak-anak muda dalam membaca Al Qur’an merupakan sebuah keprihatinan. Keprihatinan inilah menjadikan warga Perumahan Griya Mapan Desa Kacongan, Kecamatan Kota Sumenep membentuk komunitas kampung mengaji.  

Konsep kegiatan kampung mengaji di dusun ini sudah ada sejak tahun 2008  dengan tempat seadanya. Pada tahun 2010 kegiatan ini mulai berkembang karena partisipasi warga mulai antusias dan mulai muncul kegiatan rutinan satu minggu mengaji dari setiap gang bergantian. Kemudian pada tahun 2012 munculah Mushola Al Ikhlas sebagai sarana pembelajaran Al Qur’an dan keagamaan. Dari munculnya Mushola Al Ikhlas inilah antusias warga dalam belajar Al Qur’an semakin berkembang hingga melahirkan generasi tahfidzul qur’an.

Perkembangan teknologi tidak menghalangi untuk lupa membaca Al Qur’an. Bagi warga Perumahan Griya Mapan ini malah menjadikan semangat mengaji dari rumah masing-masing. Menurut H. Moh Faqih yang merupakan ketua kampung mengaji Perumahan Griya Mapan, “kegiatan ini dilakukan atas partisipasi warga rumah dengan membaca 2 juz dalam 1 hari yang dikoordinir RT dan Ta’mir Mushola Al Ikhlas melalui grup whatsapp”.

Antusias warga terhadap kegiatan mengaji menjadikan dusun ini terpilih sebagai percontohan kampung ngaji di Kabupaten Sumenep. Pada hari Minggu tanggal 13 September 2020 Dusun Perumahan Griya Mapan Desa Kacongan diresmikan oleh Bupati Sumenep sebagai Kampung Mengaji. Acara peresmian dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB. Dalam acara ini Bupati Sumenep Dr. KH Busyro Karim, M.Si memberikan sambutan yaitu, “Kegiatan pembukaan kampung mengaji berawal dari beberapa keprihatinan yaitu mulai langkanya tradisi mengaji”. Beliau berpendapat bahwa langkanya tradisi mengaji disebabkan karena persepsi masyarakat yang beranggapan kalau sudah tamat SD sudah tamat mengaji dan tradisi bunyi Al Qur’an setelah sholat maghrib yang langka. Bagi KH Busyro Karim, Generasi Qurani tidak boleh putus dan metode mengaji boleh berubah tetapi meninggalkan mengaji itu tidak boleh.

Menurut KH Busyro Karim yang sekaligus menjabat Bupati Sumenep, “Di Arab Saudi banyak anak-anak kecil yang dinaikan haji oleh Raja Arab Saudi karena hafal Al Qur’an dan banyak mahasiswa yang mendapatkan beasiswa karena hafal Al Qur’an”. Hal ini karena Al Qur’an menyatakan “ dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS: Al Qamar: 32 ) “Terang KH Busyro Karim dalam menyampaikan sambutannya”.

Kegiatan kampung ngaji perlu digalakan karena kegiatan ini merupakan salah satu upaya membangun generasi qur’ani. Dengan membangun generasi qur’ani menjadikan kaum muslim tidak akan lupa pedoman hidupnya yaitu Al Qur’an. Kegiatan ini dapat dilakukan jika semua masyarakat berpartisipasi.  

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA