by

PKI, Mungkinkah Kembali di Indonesia?

Oleh: Dr. H. Amidhan Shaberah, Ketua MUI 1995-2015/Komnas HAM 2002-2007

KOPI, Jakarta – Rancangan Undang Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) di DPR RI yang “bergulir” tahun 2020 menuai kecaman publik. Banyak elemen masyarakat menuduh RUU HIP, hendak memberikan akses kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk kembali bangkit. Publik mempertanyakan kenapa dalam draft RUU HIP tidak menyantumkan konsideran Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (Tap MPRS) Nomor XXV Tahun 1966. Dalam TAP MPRS Nomor XXV itu dinyatakan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai organisasi terlarang dan larangan menyebarkan ajaran komunisme, Marxisme, dan Leninisme.

Nihilnya konsideran tersebut dicurigai sebagai pemberian akses oleh “oknum politisi” Senayan untuk PKI agar hidup kembali di Indonesia. Apalagi dalam Pasal 7 RUU HIP disebutkan bahwa ciri pokok Pancasila adalah Trisila. Yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta Ketuhanan yang berkebudayaan. Trisila dimaksud terkristalisasi dalam Ekasila. Yaitu Gotong Royong.

Sampai pada kata Ekasila, memori publik – terutama Angkatan 66 yang aktif (Anti-PKI) saat peristiwa Gerakan 30 September PKI meletus – langsung tertuju pada kampanye-kampanye PKI yang mengusung Ekasila tersebut. Kata “Gotong Royong” yang sebetulnya “berjiwa” empat sila lainnya, oleh PKI dimanipulasi dengan tafsiran sama rasa sama rata. Tak ada hak milik individu. Yang ada hak milik rakyat. Rakyat berhak memiliki semua sumberdaya negara – pabrik, tanah, kebun, dan aset kekayaan lain – yang telah dimiliki individu. Tuan tanah, pebisnis, yayasan (yang punya lahan pertanian), pondok pesantren yang punya sumber pendapatan, kyai yang kaya, dan lain-lain harus disikat habis. Kekayaannya harus disita untuk rakyat. Semua itu, kata DN Aidit, Ketua Committee Central (CC) PKI, dalam rangka mewujudkkan gotong royong. Hidup sama rata sama rasa.

Saat itu, kata gotong royong menjadi “mantra” PKI untuk memoles wajah kerakyatannya. Itulah sebabnya, ketika dalam RUU HIP nihil konsideran TAP MPRS Tahun 1966 Nomor XXV dan menyantumkan Ekasila Gotong Royong, memori publik pun langsung menguar: Ini adalah trik simpatisan atau kader tersembunyi PKI di Senayan untuk menghidupkan partai terlarang itu. Akibatnya, seperti kita lihat, demo berjilid-jilid anti RUU HIP pun muncul di mana-mana, nyaris tak terbendung aparat keamanan.

Masih Adakah PKI?

Pertanyaan yang muncul sekarang, masih adakah PKI setelah dibubarkan 54 tahun lalu oleh Soeharto berdasakan Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 itu. Jawabannya berbeda-beda. Ada yang menyatakan PKI masih hidup di bawah tanah; anak-cucunya mewarisi ideologi komunisme, dan lain-lain. Yang lain berpendapat, PKI sudah mati. Di dunia internasional, setelah Uni Soviet runtuh tahun 1991, komunisme hancur. Jika pun sekarang ada Cina komunis, sebetulnya tidak perlu ditakutkan, karena RRC sebetulnya sudah menyimpang dari komunisme; ia lebih kapitalis. Lalu Korea Utara, negeri komunis yang rentan runtuh, karena kepemimpinannya yang kontroversial dan rakyatnya miskin. Kehancuran Korut hanya tunggu waktu saja.

Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo masih meyakini adanya gerakan-gerakan kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia. Naluri saya mengatakan bahwa sebenarnya korban yang banyak itu umat Islam dan ulama, TNI banyak, PKI juga banyak, kata Gatot. Tapi umat Islam dan TNI tidak punya dendam. Buktinya Ribka Tjiptaning keluarkan buku Aku Bangga Jadi Anak TNI tidak diapa-apain. Tetapi PKI, mereka selalu berkumpul bersama-sama dan membuat kegiatan, lanjut Gatot di Jakarta, 1 Oktober 2018 lalu. Gatot pun membeberkan bukti lainnya, yakni sejak selesai era reformasi, pelajaran sejarah Pancasila dan sejarah G30S PKI dihapuskan di sekolah. Menurutnya, tidak mungkin ada pihak yang bisa melakukan itu tanpa memiliki kekuatan yang besar.

“Ada (kebangkitan PKI), ada, tanda-tandanya jelas ada kok. Ribka Tjiptaning aja ngomong ada sekitar 15 juta-29 juta orang. Bahkan TAP MPR No 25 Tahun 1966 akan diganti, apa itu bukan PKI?,” ucapnya.

Pendapat Gatot Nurmantyo disanggah Usman Hamid, direktur Amnesty International Indones. Usman menilai kecemasan akan kebangkitan PKI merupakan suatu pemikiran yang sudah kadaluarsa. Menurut Usman Hamid, kecemasan akan kebangkitan PKI hingga harus dilakukan pemutaran film Pengkhianatan G30S PKI merupakan suatu paradigma keamanan nasional era militer tahun 1960-an. Saat perang dingin terjadi, Amerika Serikat menanamkan doktrin pemberangusan peluang-peluang kepemimpinan yang berasal dari golongan kiri atau komunis. Saat ini, komunisme di seluruh dunia, sudah runtuh. Secara ideologis, komunisme — pinjam penulis Francis Fukuyama — sudah kalah dalam perang ideologi global. Komunisme sudah terkubur, tulis Fukuyama.

Dalam sebuah diskusi di Jakarta, 17 Juli 2020, Soeripto, pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan bahwa kebangkitan PKI di Indonesia kemungkinannya sangat kecil. Mantan petinggi Badan Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN) ini menyatakan, komunisme di dunia sudah lumpuh. Ini berpengaruh terhadap komunisme di Indonesia, seandainya memang masih ada. Anak-cucu tokoh-tokoh PKI, misalnya, kini sudah tergoda hedonisme. Mereka banyak yang kaya, hidup makmur, dan bahkan menjadi agen kapitalisme. Di samping itu, ungkap intel yang dulu memantau pergerakan PKI di tahun 1960-an, sebetulnya 90 persen orang-orang PKI mayoritas hanya ikut-ikutan. Bukan kader militan yang paham ideologi dan tujuan komunisme. Mereka hanya tertarik dengan janji-janji populis PKI kalau berkuasa. Seperti PKI akan membagikan tanah untuk petani kecil; PKI akan menjadikan buruh sebagai pemilik pabrik, dan janji-janji populis lain.

“Saya pernah ke Pulau Buru dan dialog dengan tahanan politik di sana. Ternyata, sebagian besar, 90 persen mereka itu hanya ikut-ikutan PKI. Mereka tidak tahu apa itu ideologi komunisme,” ungkap Soeripto. Melihat kondisi di Pulau Buru tersebut; melihat anak cucu mereka, dan konstelasi politik Internasional, agaknya sulit PKI tumbuh kembali di Indonesia, tambah Soeripto.

Sebetulnya, sebagai sebuah partai yang nengusung komunisme-marxisme, keberadaan PKI sah-sah saja di negara demokrasi seperti Indonesia. Persoalannya, di Indonesia , PKI memusuhi agama Islam pada titik yang paling fundamental, yaitu tauhid. PKI di Indonesia, misalnya, melalui Lembaga Kesenian Rakyat (LEKRA ) mementaskan ketoprak, ludruk, dan sandiwara yang judulnya menghina Allah. Cerita ketoprak bertema Tuhan Mantu, Jibril Mantenan, dan lain-lain, jelas menuai kemarahan umat Islam. Ketika PKI dekat dengan Istana, ia menghasut Presiden Soekarno membubarkan Masyumi, partai besar Islam, yang dianggap musuhnya. PKI juga memprovokasi Bung Karno untuk membubarkam HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), organisasi mahasiswa terbesar di Indonesis. Dalam kampanyenya di tahun 1960-an, PKI jelas-jelas mengusung paham atheisme. Karenanya PKI pasti tidak sejalan dengan Pancasila, di mana sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa. Itulah sebabnya, ketika PKI melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah, 30 September 1965, umat Islam merasa berkewajiban menghancurkan PKI yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara anti-Tuhan.

Komunisme di Dunia Internasional

Komunisme-marxisme adalah sebuah ideologi berbasis sosialisme yang antitesis terhadap kapitalisme. Gerakan komunisme-marxisme ini perjuangannya sangat radikal untuk membebaskan suatu negara dari cengkeraman kapitalisme. Di tahun 1950-1980-an, komunisme-marxisme kiblatnya ke Uni Soviet (US). Sedangkan kapitalisme ke Amerika Serikat (AS). Kedua negera besar ini bersaing dalam semua hal mulai tingkat lokal sampai global. Terutama pada aspek politik dan ekonomi.

Menurut paham komunisme-marxisme, manusia itu dilahirkan sebagai makhluk sosial. Sedangkan dalam paham kapitalisme, manusia dilahirkan sebagai makhluk individual. Konsekwensi dari paham ini, berdampak besar, khususnya, pada kebijakan ekonomi suatu negara. Di sini, perlu dijelaskan, bahwa paham komunisme-marxisme di dunia intetnasional, semata mengacu pada diskursus politik dan ekonomi. Tak ada acuan teologi seperti yang dilakukan PKI di Indonesia.

Di Amerika Latin, misalnya, komunisme-marxisme dalam politik identik dengan sosialisme. Makanya, di Amerika Latin, sering terjadi koalisi antara Partai Komunis dengan Kristen Demokrat. Ketika Presiden Salvador Allende di Chili dijatuhkan Presiden Augusto Pinochet tahun 1973, sebetulnya yang terjadi adalah Presiden Allende yang didukung Partai Komunis hendak melakukan kebijakan sosialis-marxis. Yaitu melindungi negara dari penguasaan ekonomi kapitalis AS. Allende waktu itu hendak menjadikan rakyat sebagai pemilik aset negara. Allende berniat menasionalisasi perusahaan-perusahaan besar milik swasta Amerika. Apa yang terjadi kemudian, Allende dijatuhkan Jenderal Pinochet yang didukung AS.

Meski kemudian Pinochet berkuasa, Partai Komunis tidak dibubarkan seperti di Indonesia. Sampai hari ini partai-partai yang basis ideologinya sama dengan gerakan politik komunisme-marxisme — yang namanya tidak selalu mengusung kata komunisme — masih tetap berdiri di Amerika Selatan. Uniknya, beberapa negara Eropa, juga mempunyai partai berbasis sosialisme-marxisme, tapi alergi menggunakan kata komunisme.

Di Timur Tengah, misalnya, ada partai berideologi sosialisme-marxisme. Namanya Partai Ba’ath (Partai Kebangkitan). Partai ini didirikan Michael Aflaq, seorang Kristen dari Syria. Partai Ba’ath berdiri di Mesir dan mendapat dukungan rakyat karena ideologinya yang ingin membebaskan kemiskinan yang diciptakan kaum kapitalis. Gamal Abdel Naser, presiden Mesir yang legendaris itu, adalah pendukung Partai Ba’ath. Juga Presiden Muammar Ghadafi dari Libya, Hafez Assad dari Siria, dan Saddam Husein dari Irak adalah kader-kader militan Partai Ba’ath. Kita tahu ujung kehidupan mereka, dijatuhkan AS, karena ketiganya ingin menghadirkan masyarakat sosialis Arab di negerinya.

Sampai hari ini, di negeri-negeri Timur Tengah, partai berideologi sosialis-marxisme masih eksis. Palestina, misalnya, mempunyai partai politik bernama Popular Front for Liberation of Palestine (PFLP) yang berbasis sosialis-marxis. FPLP adalah partai terbesar kedua di Palestina dan sangat anti Israel. Di Syria, ada partai komunis, Syrian Communist Party (SCP). Meski partai kecil, SCP aktif melawan kapitalisme. Di Afghanistan, Mesir, Bahrain, Iran, dan Irak partai komunis masih bercokol, walau tidak besar.

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa partai komunis tidak mati di dunia internasional, meski Uni Soviet sudah hancur. Persoalannya, kenapa di Indonesia dilarang eksis? Karena PKI memang punya sejarah buruk: malakukan makar dan anti- Tuhan. Dua hal tersebut sangat melukai bangsa Indonesia yang bersusah payah memperjuangkan kemerdekaan dan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.

Dari perspektif itulah, kenapa TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966, melarang keberadaan PKI. Sekaligus melarang menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia. Latar belakang politik dan sosial budaya PKI di Indonesia memang sangat berbeda dengan partai komunis di Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Eropa. Di Indonesia, PKI justru terkenal dengan sikap Anti-Tuhannya ketimbang ideologi sosialis-marxisnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is madu_banner_PERSISMA.jpg

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA