by

Mewaspadai Cluster Covid-19 di Perkantoran

Oleh: Dr. HM Amir Uskara, M.Kes, Ketua Fraksi PPP DPR RI

KOPI, Jakarta – Perkantoran kini menjadi cluster baru virus corona. Beberapa kantor di Jakarta telah menjadi zona merah yang berbahaya karena menjadi sumber penularan Covid-19.

Jika kondisi ini tidak diantisipasi selekasnya, penyebaran corona sangat berbahaya, dan memukul perekonomian nasional. Ini karena perkantoran posisinya sangat vital lantaran di dalamnya terdapat tenaga-tenaga kerja profesional yang menggerakkan roda perekomian. Bila roda itu terganjal virus, laju perekonomian akan terseok.

CNN Indonesia melaporkan, di Jakarta, terdapat sejumlah kasus positif corona di perkantoran setelah ada program bekerja dari kantor (work from office, WFO), mengakhiri WFH (work from home) penuh saat pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Meski PSBB yang diperlonggar hanya nengizinkan 50 persen pekerja yang masuk kantor untuk WFO, tapi hal itu tetap memicu “kerumunan” di sebuah ruang tertutup ber-AC tanpa sirkulasi angin. Dampaknya, penularan corona pun makin kuat. Sebab corona, berdasarkan riset terakhir, ternyata bisa “beterbangan” di udara. Tanpa sirkulasi udara yang mamadai, virus mudah menginfeksi orang dalam kantor tadi.

Kasus pekerja dalam kantor terinfeksi corona, misalnya, terpantau di gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PLN, dan Komisi Yudisial.

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ali Fikri menyatakan, sebanyak tujuh orang pegawai KPK positif terinfeksi Covid-19 pada kurun waktu Mei hingga Juli 2020. Sementara di Komisi Yudisial, corona menginfeksi orang nomor dua di lembaga tersebut. Yaitu Sekretaris Jenderal KY, Tubagus Rismunandar Ruhijat. Ia meninggal karena Covid-19 pada Kamis (16/7). Selain Sekjen, dua orang lagi terinfeksi Covid-19 di KY. Akibat kasus itu, KY kembali memberlakukan WFH kembali.

Covid-19 juga menyengat karyawan di gedung Perusahaan Listrik Negara (PLN) Blok M, Jakarta. Ada enam karyawan PLN terinfeksi. PLN menyatakan, enam kasus itu ditemukan dari tes acak terhadap 632 pegawai. Keenam karyawan itu kini diisolasi. Mereka positif meski tanpa gejala batuk dan sesak nafas. Orang positif tanpa gejala ini sangat berbahaya karena bisa menjadi agen penularan yang efektif. Dampak kasus ini, Kantor Pusat PLN Blok tutup selama lima hari. Seluruh pelayanan publik dikendalikan dari rumah masing-masing pegawai; WFH.
Sementara itu, di kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, ada 15 pegawai terkonfirmasi positif. Mereka pun diisolasi dan WFH.

Yang menarik, di DKI Jakarta, 66 persen kasus, adalah orang tanpa gejala (OTD).
Menurut Gubernur Anies Baswedan cluster terbesar di Jakarta rumah sakit 45,26 persen; lingkungan komunitas 38 persen; pasar 6,8 persen; pekerja migran Indonesia 5,8 persen; dan perkantoran 4, 41 persen. Tapi, dari semua kasus itu, 66 persen adalah OTD. Kondisi ini sangat berbahaya. Karena OTD, sebelum diketahui positif corona sangat mobile, sehingga menjadi agen penyebaran virus yang jangkauannya luas.

Di Jakarta, cluster perkantoran memang masih kecil (4,41 persen). Tapi bila tidak segera diantisipasi, terutama melalui WFH, cluster perkantoran bisa membesar. Di Australia, misalnya, 80 persen penularan berasal dari perkantoran. Dalam ruang bet-AC tanpa sirkulasi udara, cluster perkantoran menjadi agen penularan yang sangat efisien. Sehingga Departemen Kesehatan Australia mencatat orang kantoran yang berada dalam gedung ber-AC 20 kali lebih rentan tertular Covid-19 ketimbang orang yang bekerja di tempat terbuka.

Hal yang sama terjadi di Jepang. Penularan Covid-19 melalui perkantoran dalam sebulan terakhir sangat tinggi, meningkat lebih dari 50 persen. Gubernur Kota Tokyo, Yuriko Koike mengingatkan warga kota bahwa perkantoran akan menjadi agen penularan terbesar di Negeri Sakura. Terutama di kota metropolitan Tokyo yang penuh gedung pencakar langit yang tertutup dan langka sirkulasi udara.

Betapa riskannya perkantoran yang tertutup, ber-AC, dan tanpa sirkulasi udara, sehingga Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, rajin mengingatkan bangsa Indonesia untuk mewaspadai kluster baru tersebut.

“Dalam satu minggu terakhir, dari penelusuran contact tracing, ada penambahan kasus dari aktivitas perkantoran,” kata Yurianto, Senin lalu (20/7/2020).

Yuri menyatakan, aktivitas yang berpotensi memicu penularan masif adalah rapat. Padahal sebelum kantor dibuka, kebanyakan pekerja bisa rapat secara online. Rapat dengan Zoom atau Videocall jelas Yurianto, lebih aman dan efektif.

Ke depan, barangkali zoom meeting kudu menjadi kebiasaan baru, sebagaimana halnya webinar dan WFH yang sudah popular lebih dulu. Tentu saja, perusahaan telekomunikasi nasional, kini mendapat tantangan baru: “Bagaimana caranya memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggannya. Agar koneksi internetnya cepat, tidak termehek-mehek, dan lancar.”

Hal itu akan sangat menentukan masa depan perekonomian nasional. Ini karena ekonomi digital akan menjadi kebiasaan baru yang tak terhindarkan. Dan tentu saja, penerapan Protokol Pencegahan Covid-19 menjadi kewajiban mutlak selagi pandemi corona belum teratasi.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA