Oleh: Anick HT
KOPI, Jakarta – Siapa yang tak kenal Jalaluddin Rumi? Popularitas Rumi melampaui batas agama dan negara. Penyair sufi kelahiran Balkh, Afganistan ini bahkan hingga kini dikagumi oleh banyak orang di Amerika dan Eropa.
Paulo Coelho, novelis besar itu, juga adalah pengagum puisi Rumi. Tak kurang, aktor aktris Hollywood seperti Madonna dan Demi Moore juga membacakan puisinya. Bukunya terjual jutaan kopi di Amerika saja.
Dan tentu, kutipan-kutipan puisinya jauh lebih populer daripada namanya. Sederhana, sekaligus memiliki kedalaman yang luar biasa, sehingga dengan mudah orang merepetisi apa yang dikatakan Rumi, meski tanpa tahu bahwa ia sedang mengutip kalimat seorang sufi abad 13.
Mengapa Rumi bisa sepopuler itu? Andrew Harvey, seperti dikutip Denny JA dalam pengantar buku ini, menjawabnya: “Rumi mengkombinasikan tiga hal sekaligus.
Ia mempunyai visi spiritual yang mendalam sekelas Budha atau Yesus. Ia juga memiliki renungan intelektual yang luas seperti Plato. Dan ia juga mahir dalam menemukan kata-kata indah seperti Shakespeare”.
Dan buku ini tentu adalah bagian kecil dari kutipan Rumi yang disebarkan oleh Denny JA dalam bentuk meme. Bayangkan, Matsnawi Rumi terdiri dari 50 ribu baris, sementara Diwani Syams terdiri dari 40 ribu kalimat.
Lalu mengapa meme? Ini juga satu medium temuan zaman now yang luar biasa. Ia turut mengubah cara berkomunikasi kita, bahkan cara mengkritik sebuah kebijakan negara.
Begitu mudahnya meme diproduksi dan dicerap oleh publik, sehingga beberapa momentum besar seperti Arab Springs dan demonstrasi besar di Hong Kong juga melibatkan kontribusi besar dari meme ini.
Bahkan, tahun 2016, sebuah galeri seni di London, Holdron’s Arcade, memamerkan meme sebagai karya seni. Ini adalah inisiatif dari kurator seniMeisi Post, bersama dua alumni dari Culture, Criticism and Curation, Elliot Burns dan Jake Rees.
Dan buku ini berisi 42 kutipan puitis dari Jalaluddin Rumi dalam bentuk meme.
LIMA GAGASAN UTAMA BUKU
- DIRIMU ADALAH PUSAT SEGALANYA
- TUHAN DALAM KEHENINGAN
- BEBASKAN PIKIRANMU, TERBANGLAH
- CINTA DI ATAS SEGALA
- SUMBER INSPIRASI, TAK JAUH DARIMU
- REFLEKSI
SATU
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang luar biasa. Dengan seperangkat akal dan hati yang dimilikinya, manusia seperti menjadi sentrum dari seluruh ciptaan Tuhan lainnya. Karena itu, dalam banyak puisinya, Rumi seperti berbicara langsung kepada kita, tentang diri kita sendiri, sebagai penentu kosmos.
Bahkan, kata Rumi “Dirimu bukanlah setetes air dalam samudra, tapi seluruh samudra dalam setetes air.” Dan begitu kayanya apa yang ada dalam diri kita, sehingga Rumi juga berkata: “Sebuah tambang emas. Tersembunyi dalam dirimu.”
Juga “Dirimu adalah naskah dari huruf yang suci yang gaib. Alam semesta berada di dalam dirimu.”
Dan seperti sebuah hadis populer bahwa “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya,” Rumi menuntun kita untuk masuk kepada kedalaman diri, bahkan untuk menemukan Tuhan: “Mulailah perjalanan panjang masuk ke dalam dirimu sendiri.”
Lalu juga “Telah kucari di kuil, di gereja, di mesjid, tapi kutemukan Tuhan di hatiku.” Bahkan, seperti yang umumnya dipahami sebagai wahdatul wujud, dengan indah Rumi berkata: “Kucari Tuhan, yang kutemukan hanya diriku.”
Namun dalam puisi lain, Rumi juga seperti menyindir kita yang sangat sombong dengan kepintaran kita. Kata Rumi: “Kemarin aku merasa pintar. Aku ingin mengubah dunia. Kini aku hanya ingin mengubah diriku.”
DUA
Dalam berbicara tentang Tuhan, Rumi mengajak kita untuk berkomunikasi lewat keheningan. Baginya, “Hening adalah bahasa Tuhan. Yang tak hening hanya ilusi.”
Keheningan menstimulasi kekhusyukan komunikasi spiritual kita dengan Sang Pencipta. Mungkin karena itu pula salat, meditasi, dan sejenisnya menjadi ajaran penting agama-agama dan kelompok spiritual.
Istilah “hening” ini juga istilah penting dalam tradisi penghayat kepercayaan seperti Kapribaden di Indonesia. Puisi lain Rumi juga mengajak kita: “Tenggelamlah dengan khusyuk dalam apa yang dirimu cintai.”
Dan bagi Rumi, mata batin jauh lebih penting bagi kita untuk melakukan pencarian, bukan indera penglihatan. Kata Rumi: “Tutuplah kedua matamu. Lihatlah dunia dengan mata yang lain.”
Dalam kesempatan lain, Rumi juga merumuskan bahwa: “Bukan kata, tapi ikatan batin yang menggerakkan kau dan aku.”
Ada satu kutipan puisi lain yang sangat menarik dalam kaitan dengan “panggilan,” jika panggilan ini dimaknai lebih luas. Bahwa keriangan, emosi positif, adalah hal penting dalam kehidupan kita. Ini seperti makanan pokok bagi batin kita, para pencari. Saran Rumi: “Buka hati bagi setiap panggilan yang membuat batinmu riang.”
TIGA
Dalam konsepsi banyak sufi dan filosof Islam, akal adalah perangkat penting yang dianugerahkan Tuhan bagi manusia. Akal adalah representasi dari iradah, kehendak yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita, justru agar manusia memiliki kebebasan untuk memilih jalannya sendiri menuju Tuhan. Karena itu, perangkat ini justru adalah wilayah di mana kebebasan diberikan kepada manusia.
Jika justru manusia memilih tidak menggunakan akalnya, dan terkungkung oleh interpretasi sempit melalui wahyu, maka manusia cenderung mengerangkeng kebebasannya sendiri.
Kata Rumi: “Bebaskan pikiranmu! Mengapa kau kerangkeng kebebasanmu sendiri. Padahal pintu terbuka maha luas.” Ini justifikasi penting untuk kebebasan berpikir.
Ironi lain juga disindir dengan sangat indah oleh Rumi, dengan menggambarkan bahwa seperangkat sayap telah dilekatkan pada kita, manusia ciptaan Tuhan yang sempurna. “Sepanjang hidup, mengapa memilih berjalan merangkak, padahal dirimu lahir dengan sayap?”
Dalam kesempatan lain, dengan bahasa yang lebih lugas, Rumi berkata: “Dirimu lahir dengan sayap. Gunakan dan terbanglah.”
EMPAT
Salah satu ajaran penting, jika bukan ajaran terpenting, Rumi adalah ajaran tentang cinta. Dalam perspektif Rumi, cinta bisa bermakna sangat luas dan memilki posisi terpenting dalam hidup manusia.
Cinta mengatasi akal, sebagaimana kata Rumi, bahwa “Akal tidak berdaya di hadapan cinta.” Bahkan salah satu kutipan yang sangat populer dan sering digunakan untuk mengkritik secara halus agama-agama yang sering memunculkan konflik adalah bahwa bagi Rumi, “Agamaku adalah cinta. Setiap hati adalah rumah suciku.”
Dalam banyak kesempatan, Rumi juga menegaskan bahwa cinta memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Terutama dalam konteks ini adalah cinta kepada Tuhannya. “Jangan takut membuka jalan baru Sang pencari. Yang dipenuhi cinta tak akan tersesat.”
Atau dalam bahasa lain, “Jika itu panggilan cinta, manusia sejati akan pertaruhkan segala.” Karena itu, bagi Rumi, “Mencapai cinta sejati itu seperti terbang ke langit rahasia.”
Dalam kutipan yang lain, Rumi juga menyarankan kepada kita untuk “Di manapun, kapan pun, rasakan dan tumbuhkan kehangatan cinta,” serta “Biarkan cinta bertahta menjadi raja di hatimu.”
LIMA
Beberapa kutipan penting Rumi dalam buku ini seperti petuah inspiratif yang mengantarkan kita menyadari bahwa banyak hal di sekitar kita yang penuh rahasia, dan kita hanya perlu mengetahuinya. Misalnya, puisi enigmatik yang indah: “Ada suara yang tak gunakan kata. Dengarlah.” Juga harta yang seringkali tak kita sadari: “Simak dan temukan harta terpendam dalam diri setiap pribadi.”
Sebagaimana kaum bijak bestari, Rumi juga menyarankan kita untuk melihat penderitaan, kegelapan, dengan cara pandang yang berbeda: “Derita yang datang padamu. Itu utusan Tuhan. Renungkan,” atau juga tentang luka: “Bagi yang sampai di pucuk nurani, apa yang melukai juga memberkahi. Kegelapan menjadi cahaya.”
Juga bagaimana ia dengan indah menyindir kita yang seringkali mendahulukan emosi kita merespons sesuatu. Kata Rumi: “Jika bongkahan batu mentah itu cepat luka dan marah setiap digosok, ia tak bisa ditempa menjadi batu granit yang indah.”
Termasuk bagaimana Rumi menyindir sifat keras dalam diri kita dengan puisinya, bahwa “Lembutnya air hujan, bukan kerasnya halilintar, yang tumbuhkan bunga.”
Dan tentu, cinta Rumi kepada Tuhan adalah sumber inspirasi terpenting, seperti dalam ungkapannya: “Disinari keindahanMu, aku belajar menulis puisi,” dan “Kau menari di dalam hatiku, lahirlah karya seni.”
REFLEKSI
Rumi adalah samudra inspirasi. Puisi-puisi indahnya menyebar dan membius kita tanpa pandang usia dan latar belakang agama. Pesannya bisa dicerap oleh kaum agamawan maupun intelektual, artis maupun kaum remaja yang sedang dimabuk cinta.
Padahal, ia adalah sufi besar, sezaman dengan Ibn ‘Arabi. Sufisme Rumi pun beririsan dengan Ibn ‘Arabi, terutama dengan konsep wahdatul wujud-nya. Dalam konsep ini pula Rumi mencintai manusia sebagai ciptaan Tuhan yang luar biasa.
Baginya, mencintai Tuhan berarti mencintai ciptaannya. Karena itu pulalah rumusan cinta dalam sufisme Rumi tak ada habisnya.
Melalui buku tipis ini, Denny JA turut berkontribusi menyebarkan pengaruh Rumi kepada publik, melalui bentuk komunikasi baru, terutama di dunia digital sekarang ini.
Pada akhirnya, memaknai kutipan-kutipan Rumi juga terkait dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri. Seperti kata Rumi sendiri: “Tugasmu hanya berkicau. Jangan pedulikan siapa yang akan mendengar dan apa yang mereka pikirkan.”
Pembacalah yang paling otoritatif untuk memaknai apa yang dibacanya. Yang perlu digarisbawahi adalah, realitasnya, Rumi telah menginspirasi ratusan juta manusia, sejak kelahirannya hingga hari ini.
Dan mungkin Rumi akan terus menginspirasi hingga akhir dunia, sebagaimana kisah cinta yang selalu ada dan dialami oleh manusia, sejak zaman purba, bahkan sejak manusia ada.
Dalam kerangka seperti ini pula saya menginterpretasi kutipan Rumi dalam buku ini, dan juga menginterpretasi meme kutipan yang dipilih dan dikumpulkan oleh Denny JA. *
Judul: Agama Cinta: Jalaluddin Rumi dalam Meme
Tahun: Desember, 2019
Tebal: 58 halaman
Penulis: Denny JA
Penerbit: Jakarta, Cerah Budaya Indonesia
-000-
Buku Denny JA, Agama Cinta: Jalaluddin Rumi dalam Meme, bisa dibaca, diunduh dan dicetak melalui link
Link: https://www.facebook.com/groups/970024043185698/permalink/1267603120094454/
Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org
Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini
Comment