by

Pasangan bagi Jiwa, Sisi Spiritual Hubungan Personal

-Denny JA, Rohani-3,686 views

Oleh: Denny JA

KOPI, Jakarta – Dongeng dari Yunani bercerita banyak soal makna dan kebahagian jika kita memiliki pasangan jiwa. Itu hubungan akrab yang saling mengasihi, saling merawat, saling menolong, dan saling memberi perhatian.

Menurut dongeng itu, pada mulanya manusia memiliki dua wajah, empat tangan dan empat kaki. Begitu bahagia hidup manusia. Tapi masing masing akhirnya asyik masyuk dengan dirinya sendiri. Manusia pun bahkan lupa berdoa, dan mengabaikan para Dewa. (1)

Para Dewa cemburu. Akhirnya manusia pun dibelah dua. Kini manusia hanya punya satu kepala, dua tangan dan dua kaki. Sejak itu manusia kehilangan separuh dirinya. Juga hilang separuh nyawa.

Maka sejak lahir hingga kematian, manusia terus bergerak mencari separuh dirinya pada orang lain. Hanya sendirian, ia tak lengkap. Ia merana. Ia kesepian. Ia nelangsa.

Manusia butuh pasangan jiwa sebagai pelengkap. Itu bisa kekasih, suami atau istri. Itu bisa sahabat. Itu bisa Ayah dan Ibu, Anak atau Cucu. Itu bisa kakak, adik, guru, murid, dan sebagainya.

Kisah dongeng Yunani itu pastilah buah renungan mendalam tentang jiwa manusia untuk bahagia.

-000-

Kisah Jalaluddin Rumi (1207-1273) dan Shams Tabrizi (1185-1248) dapat menjadi salah satu contoh pasangan jiwa di dunia nyata. Persahabatan mereka berlangsung beberapa tahun saja. Namun perjumpaan pasangan jiwa itu ikut membuahkan salah satu karya buku puisi dan renungan paling dalam sepanjang sejarah sastra dan mistik.

Rumi lahir dan tumbuh di Persia dari keluarga terpandang. Ibunya keluarga dekat dari bangsawan saat itu. Ayahnya seorang ahli hukum, teolog dan juga mistikus. Mereka memiliki semacam sekolah.

Sebaliknya Shams Tabrizi seorang mistikus yang acapkali berpindah-pindah. Ia datang dari keluarga dan kehidupan kalangan bawah. Dalam aneka kisah, Shams memiliki obsesi berjumpa seseorang yang kelak menjadi salah satu grand master kaum mistikus.

Ketika mereka berjumpa, Rumi berusia tiga puluhan. Shams berusia enam puluhan. Jarak mereka terpaut sekitar 30 tahun. Perjumpaan kedua mistikus itu acapkali diceritakan dengan bumbu keanehan. (2)

Misalnya, Rumi terpana ketika Shams membuang buku Rumi ke sungai. Rumi mengambil kembali buku itu dengan susah payah. Ia terkaget, buku itu tidak basah.

Saya sendiri menganggap itu kisah yang diinterpretasi dan difiksikan kemudian. Ketika Rumi menjadi raksasa dunia puisi dan mistikus, aneka perjalanan hidupnya diberi bumbu kejadian tak biasa.

Begitu mendalam hubungan kedua mistikus ini. Banyak yang menyatakan Shams menjadi guru spiritual Rumi. Sampai pada satu titik, Shams menghilang tanpa kabar. Kisah hilangnya Shams juga banyak versi.

Perginya Shams membuat Rumi seperti kehilangan separuh jiwa. Rumi pun mengeskpresikan suasana batin. Begitu banyak puisi ia buat untuk Shams.

Kedatangan, perjumpaan, dan hilang tanpa jejak Shams Tabrizi menjadi tungku api yang mematangkan perjalanan rohani Jaluddin Rumi.

-000-

Menemukan pasangan jiwa adalah puncak dari keakraban dua individu. Hubungan itu memberikan kedalaman makna dan kebahagiaan yang asli.

Namun tak hanya pasangan jiwa. Hubungan personal yang lebih rendah dari itu, cukup yang akrab saja, yang penuh kasih sayang, saling merawat, saling membantu, saling mendengar, itu adalah sila pertama spiritualitas baru. Itu fondasi happiness.

Hingga esai ini ditulis, inilah riset yang paling lama yang pernah dibuat. Riset ini dikerjakan selama 80 tahun. Pertama kali riset dibuat di tahun 1938. Sebanyak 268 mahasiswa Harvard University menjadi responden. (3)

Mahasiswa tersebut, saat itu berusia belasan tahun. Termasuk responden di masa awal adalah John F Kennedy, yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat. Juga termasuk responden adalah Ben Bradle, yang kemudian menjadi editor Washington Post. Kasus terkenal yang ditangani Bradlee itu skandal presiden Nixon: All The President Men.

Ketika riset selesai di tahun 2018, responden yang hidup tinggal 19 orang. Usia mereka sudah di atas 90 tahun. Responden awal juga dulunya semua pria. Di tahun 1938, belum ada mahasiswi wanita.

Tapi sejak tahun 1950an, riset itu menambah jumlah responden. Tak hanya ditambahkan responden wanita. Juga ditambahkan responden dari komunitas yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah. Para istri dan anak dari responden awal ikut diteliti.

Total responden berkembang menjadi 1300. Banyak dari mereka yang tumbuh sukses. Banyak pula yang terkena alkoholik, stress berat dan gagal.

Judul riset ini “Harvard Study of the Adult Life.” Namun temuan dari riset ini sebuah kesimpulan sangat penting. Kesimpulan ini sudah ditest berkali kali dalam riset lain. Hasilnya kurang lebih sama.

Yang membuat hidup seseorang bahagia dan bermakna bukan kekayaan. Bukan pula jabatan. Bukan pula tingkat pendidikan. Bukan pula jenis kelamin, warna kulit dan agama yang dipeluk.

Yang membuat hidup seseorang bahagia adalah hadirnya intimacy. Tumbuhnya kehangatan hubungan pribadi. Hadirnya kasih sayang, cinta, perhatian dalam hubungan sosial.

Mereka yang kaya raya, memiliki jabatan penting, berpendidikan tinggi, apapun jenis kelamin, warna kulit, agama yang dipeluk, jika ia tidak memiliki hubungan personal yang akrab, yang hangat, yang mencintai dan dicintai, ia akan merana. Ia kesepian.

Sebaliknya, seseorang yang biasa biasa saja dari sisi kekayaan, jabatan, pengaruh, pendidikan, apapun jenis kelamin, warna kulit dan agama yang dipeluk, tapi ia memiliki hubungan personal yang hangat, yang mengasihi dan dikasihi, ia lebih bahagia.

Dalam riset yang lain juga dieksplor berapa banyak jumlah hubungan personal yang kita butuhkan. Riset menunjukkan yang penting bukan jumlah hubungan personal. Yang utama adalah kualitas dan kedalaman hubungan itu.

Jika individu memiliki tiga sampai lima saja orang lain yang sangat hangat dan akrab, apakah itu teman, keluarga, kekasih, komunitas, itu sudah membahagiakan.

-000-

Inilah satu dari enam prinsip Spiritualitas Baru. Pentingnya Personal Relationship. Prinsip ini datang dan disimpulkan melalui narasi besar gelombang ketiga: metode riset ilmu pengetahuan.

Seperti kisah dongeng Yunani itu, temukanlah the other half, pasangan jiwa yang menunggu di satu tempat.*

Juni 2020

(Bersambung)

Catatan

  1. Kisah manusia yang mencari belahan jiwa dalam dongeng Yunani, dikisahkan juga dalam film The Half of It. https://en.m.wikipedia.org/wiki/The_Half_of_It
  1. Kisah kedalaman hubungan Rumi dan Shams Tabrizi ditulis di banyak sumber. Salah satunya https://www.goodreads.com/book/show/67386.Me_and_Rumi
  1. Salah satu riset paling lama yang dibuat tentang Adult Life dan Happiness adalah dari Harvard University

Link: https://www.facebook.com/322283467867809/posts/2971573552938774/?d=n

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA