by

Arief, Che, dan Aflaq

-Opini-1,503 views
Arief Budiman (Alm)

Oleh: Dr. HM Amir Uskara, Doktor Ekonomi/Ketua Fraksi PPP DPR RI

KOPI, Jakarta – Arief Budiman menyimpan bom dahsyat: ideologi sosialisme. Tapi sayang, bom sosialisme itu tak pernah meledak di Indonesia. Karena Arief, dalam mengkampanyekan sosialisme, tidak mempunyai partai. Padahal partai politik adalah instrumen paling penting untuk menyebarkan ideologi. Tak terkecuali sosialisme.

Sosialisme tak hanya narasi keilmuan dan ideologi. Tapi juga gerakan dan revolusi. Itulah sebabnya, pada nama-nama besar pejuang revolusiner dunia tersemat para pejuang sosialisme.

Mereka adalah pejuang-pejuang yang gagah dan legendaris karena keberpihakannya pada nasib rakyat kecil dan rakyat miskin. Pikiran mereka antikapitalisme, antiborjuasi, dan antimperialisme. Seperti pikiran Arief Budiman yang diinjeksikan kepada generasi muda kiri di Indonesia dekade 1990-an.

Dua orang ideolog sosialisme yang fenomenal di dunia adalah Che Guevara (1928–1967) di Amerika Latin dan Michael Aflaq (1910-1989) di Timur Tengah. Keduanya punya gagasan besar. Membentuk aliansi negara-negara sosialis lintas negara. Bila Che bergerak di negara-negara kawasan Amerika Latin seperti Argentina, Kuba, dan Bolivia; Aflaq di negara-negara kawasan Arabia seperti Suria, Mesir, dan Irak.

Che — yang niscaya dikagumi Arief Budiman — lahir di Argentina. Ia seorang dokter. Tapi Che — seperti halnya Aflaq — terpikat sastra dan filsafat. Keduanya penulis handal seperti halnya Arief.

Saya tidak tahu, adakah hubungan antara kecerdasan imajinasi kepenulisan dengan romantisme ideologi sosialisme? Lihat: Che penulis. Aflaq penulis. Tan Malaka penulis. Bung Hatta penulis. Dan Arief pun penulis. Dalam tulisan para legends itu selalu ada ide besar untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa dengan basis sosialisme yang unik, untuk tujuan yang sama: mencipatakan masyarakat sosialis yang adil dan makmur.

Dari bacaannya yang luas, Che dan Aflaq — seperti halnya Arief — berusaha membangun model gerakan untuk memperjuangkan nasib rakyat kecil dan miskin. Agar keluar dari jebakan kemelaratan yang — pinjam Arief — muncul akibat desain kapitalisme. Che dan Aflaq kemudian berlabuh pada gerakan sosialisme. Yang antikapitalisme dan antiimperialisme.

Demikian juga Arief — sang demonstran sejati — mengusung sosialisme untuk platform gerakannya. Bedanya, jika Che dan Aflaq masuk sistem dan rejim untuk menerapkan ideologinya — Arief memilih netral. Tidak mau masuk sistem dan rejim karena ingin mengkritisi penguasa. Bagi Arief, pengkritik rejim penguasa yang berani, sama dengan pejuang yang bertempur di lapangan.

Ernesto “Che” Guevara adalah pejuang sosialisme lintas negara. Meski lahir di Argentina (14 Juni1928), Che dikenal dunia sebagai pejuang revolusioner Kuba. Namanya tercatat sebagai pahlawan negeri sosialis musuh Amerika itu.

Waktu masih kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Buenos Aires Argentina, tahun 1950, Che melakukan “touring” dengan sepeda motor menjelajah Amerika Latin sepanjang 13.000 km. Dalam perjalanan itu, Che bertemu dengan orang-orang miskin di desa-desa sejumlah negara Amerika Latin. Setelah berdialog dengan mereka, Che berpikir, kemiskinan mereka bukanlah karena ketidakberdayaan. Tapi karena sistem ekonomi kapitalis yang menutup hak-hak hidup mereka. Kemiskinan mereka, dalam pandangan Che, karena kapitalisme. Yang mengeksploitasi dan menguras sumber daya alam yang seharusnya untuk rakyat.

Sejak saat itu, Che hijrah. Dari seorang yang ingin hidup senang sebagai dokter dan penulis, menjadi pejuang yang ingin merubah sistem kapitalisme. Che masuk haluan sosialis-marxis, lalu bertekad melenyapkan eksploitasi pekerja dan petani yang dimiskinkan kapitalisme. Ia bertekad memberantas kaum kapitalis dan borjuis yang berkolaborasi dengan penguasa korup.

Untuk menerapkan ideologi sosialis-marxisnya, Che bergabung dengan Presiden Guatemala Jacobo Arbenz. Saat itu, Arbenz hendak melakukan reformasi sosial. Untuk memberantas kemiskinan rakyat di negaranya. Salah satu tujuan reformasinya: menghentikan eksploitasi oleh kaum kapitalis borjuis
terhadap rakyat Guaremala.

Hasilnya? Presiden Jacobo Arbenz tumbang. Ia digulingkan kaum kapitalis borjuis yang tergabung dalam United Fruit Company (UFC). UFC tak mau bisnisnya terganggu reformasi. Ia minta bantuan CIA (Badan Intelejen Amerika) untuk menggulingkan Presiden Arbenz.

Dari kasus Guatemala, ideologi kiri Che makin kuat. Ia makin benci kapitalisme. Che bertekad mengganti kapitalisme dengan sosialisme di mana pun.

Cita-cita Che ternyata konek dengan pejuang muda Kuba, kakak beradik Fidel dan Raul Castro. Che bersama duo Castro melakukan pemberontakan terhadap rejim kapitalis Kuba dukungan Amerika, Fulgencio Batista. Kali ini, 1959, Che dan Castro berhasil menumbangkan Batista.

Petualangan Che untuk menyebarkan sosialisme tak berhenti di Kuba. Tahun 1965, Che masuk Afrika. Ia melatih gerilyawan Kongo untuk menumbangkan rejim kapitalis di situ. Tapi gagal. Karena terjadi perpecahan di kalangan gerilyawan. Che kemudian bergabung dengan gerilyawan Bolivia untuk menggulingkan Presiden Rene Barrientos Ortuno. Kali ini Che tak hanya gagal, tapi juga naas. Dengan bantuan CIA, rejim kapitalis Ortuno berhasil mematahkan pemberontakan. Che tertangkap, 1967, lalu dihukum mati. Che meninggal dalam usia muda, 39 tahun.

Seperti halnya Che Guevara — Michael Aflak pun bercita-cita mendirikan aliansi negara-negara sosialis-marxis di jazirah Arab atau Timur Tengah. Mula-mula, pria kelahiran Suriah lulusan Universitas Sorbonne Perancis ini, mendirikan Partai Sosial Ba’ath di Suriah, 1940. Ideologi sosialis Ba’ath yang diusung Aflak tidak hanya berhasil mempengaruhi Presiden Hafez Al-Assad di Suriah. Tapi juga Gamal Abdel Nasser di Mesir. Kedua presiden ini mendukung Ba’ath.

Yang paling fenomenal adalah ketika Partai Ba’ath berhasil mendudukkan Saddam Husein sebagai Presiden Irak. Saddam adalah kader Ba’ath fenomenal yang bercita-cita mendirikan Pan-Arabisme dengan landasan ideologi sosialis Ba’ath.

Menurut Saddam dalam tulisannya — A View of Religion and Heritage — ideologi Ba’ath kebih baik dari semua ideologi yang ada di dunia Arab. Ba’athisme merupakan konsep hidup universal yang mengatasi semua agama, tradisi, budaya, dan filsafat hidup manusia.

Uniknya, Saddam yang Islam sebagaimana Aflak yg Kristen, tidak menganut atheisme yang merupakan ciri sosialis marxis. Padahal the God Father of Marxism, Karl Marx, adalah atheis. Namun Saddam tetap sekuler, memisahkan antara agama dan negara, sebagaimana ajaran sosialisme.

Berhasilkah Saddam membangun sosialisme Arab di Timur Tengah?

Tidak. Seperti nasib pejuang sosialis-marxis yang lain, Saddam pun “dibunuh” oleh Kapitalis Amerika. The Lion of Babilonia — demikian Saddam menjuluki dirinya — tewas di tiang gantungan, 2006. Tragis.

Akhirnya, dari dua gambaran tokoh sosialisme di atas — Che Guevara dan Michael Aflaq — kita tahu di mana posisi Arief Budiman dalam jagat sosialisme. Hampir semua ideolog sosialisme adalah radikal dan revolusioner. Mereka terlibat aktif membangun masyarakat sosialis dengan style Che, Aflaq, dan Saddam. Berani menantang kapitalisme yang mengangkangi dunia.

Arief Budiman beda. Alih-alih menggerakkan sosialisme dengan masuk sistem kekuasaan atau mengambil alih kepemimpinan negara — Arief justru menjauh. Tidak mau terlibat dalam urusan politik kekuasaan. Bahkan menolak ketika menerima tawaran rejim untuk bergabung dalam jajaran kabinet.

Hasilnya? Sosialisme di Indonesia kalah. Bertekuk lutut pada kapitalisme; sebuah isme — yang kata Francis Fukuyama — menjadi pemenang dalam pertarungan ideologi global.

Mungkin itulah sebabnya, ketika menerima Bakrie Award, 2006, Arief mengaku malu: Seorang sosialis menerima penghargaan dari seorang kapitalis. Ironis memang. Tapi dalam keironisannya, bagaimana pun, Arief Budiman berjasa besar: berusaha menghidupkan sosialisme di Indonesia yang telah dibunuh kapitalisme global.

RIP for Arief Budiman. Manusia langka yang memberi teladan kejujuran dalam meniti kehidupan.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA