by

JENDERAL TNI DJOKO SANTOSO: Saya Dilahirkan untuk Berjuang

KOPI, Jakarta – Satu-satunya tokoh Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Darat (TNI-AD) yang menjadi Wakil Kepala Staf TNI-AD (WAKASAD) dan Kepala Staf TNI-AD (KASAD) pada urutan yang sama adalah Jenderal TNI Djoko Santoso. Perwira yang dibesarkan di intelijen negara ini menjabat sebagai WAKASAD pada urutan ke-24 menggantikan pendahulunya, Letjen TNI Darsono, MSc yang memasuki masa pensiun pada 31 Oktober 2003. Selanjutnya, ayah dari dua anak ini (Andika Pandu dan Ardya Pratiwi Setyawati) diangkat menjadi KASAD menggantikan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, juga di urutan KASAD ke-24, pada 18 Februari 2005.

Suami dari Angky Retno Yudianti ini terlahir dengan nama Djoko Santoso dari keluarga guru di Solo (Jawa Tengah), 8 September 1952. Lahir sebagai anak pertama dari 9 orang bersaudara memaksa Djoko harus melewati masa kecil dengan hidup penuh keprihatinan. Ditambah lagi dengan kondisi keuangan orang tuanya yang hanya mengandalkan gaji almarhum ayah sebagai seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA). Dapat dibayangkan, betapa keseharian Djoko kecil bukanlah sebuah masa kanak-kanak yang menggembirakan, tapi penuh kesulitan. Namun, kondisi itu justru telah memberikan pelajaran hidup terbaik bagi Sang Jenderal untuk menempa dirinya sebagai pejuang. Kerja keras dan belajar sungguh-sungguh adalah bahagian dari cerita perjuangan hidupnya dari kecil hingga saat ini. Tidak ada suatu masa pun yang dilewati dengan hanya bersantai-santai, apalagi berhura-hura.

Sebahagian kalangan menilai bahwa Djoko Santoso adalah figur seorang Jenderal yang cenderung perfeksionis. Mungkin ini ada benarnya, terlihat dari penampilan dan kepemimpinannya yang sedikit hati-hati, kalem, low profile, bersahaja tapi tegas dan menginginkan segalanya berjalan sesempurna mungkin. Selain itu, Perwira Tinggi (Pati) kebapakan ini juga luwes dalam pergaulan sehari-hari. Setelah menempati berbagai pos kepemimpinan di tubuh TNI, dia kemudian dipercaya menjadi Kepala Staf TNI-AD (KASAD) yang diembannya sejak awal tahun 2005 hingga sekarang. Banyak berkembang prediksi bahwa sosok yang pernah menjadi anggota DPR/MPR RI (1992) ini mungkin akan menjabat sebagai Panglima TNI berikutnya.

Walaupun pernah mendapat tugas dalam operasi Seroja di Timor Timur, namun track record anggota TNI-AD berpangkat bintang empat yang dikenal dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini cukup bersih. Di kalangan aktivis hak asasi manusia, Djoko Santoso praktis tidak tercela. Dia diyakini tidak terkait dengan masalah-masalah pelanggaran HAM yang hingga sekarang masih menjadi misteri di negeri ini. Djoko Santoso juga tidak mempunyai kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan dan yayasan TNI yang sering menimbulkan persoalan nasional.

Kiprah alumni Akademi Militer (1975) ini sebelumnya memang tidak banyak terdengar. Maklum, hal itu disebabkan oleh penugasannya yang lebih banyak berhubungan dengan masalah intelijen yang memang dituntut untuk berkarakter pendiam dan jarang sekali diekspos. Namanya kemudian mulai berkibar setelah menjabat Panglima Kodam (Pangdam) XVI/Pattimura & Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil gemilang meredam konflik di Maluku, diteruskan dengan jabatan berikutnya sebagai Pangdam Jaya Maret 2003 – Oktober 2003. Karakter low profile itu harus dilakoni kembali tatkala Djoko Santoso dipercaya menjabat Wakil Kepala Staf TNI-AD 2003-2005, karena tugas seorang WAKASAD adalah berada di belakang layar sebagai penyedia semua kebutuhan-kebutuhan operasional dari KASAD.

Saat ini, Jenderal penerima tanda penghargaan Pingat Jasa Gemilang dari Singapura itu telah menjalankan tugasnya di tampuk tertinggi kepemimpinan TNI-AD selama lebih dari 2,5 tahun. Mengemban tugas memimpin institusi TNI-AD di masa reformasi ini cukup sulit; menahkodai sebuah organisasi yang sedang mereformasi diri dan mengarahkan perannya kepada TNI yang profesional, pengemban tugas menjaga kedaulatan negara dan keutuhan bangsa Indonesia, lepas dari kehidupan dunia politik. Sampai pada titik ini, Djoko Santoso yang juga penyandang gelar kesarjanaan S-2 Manajemen ini dinilai berhasil, baik dalam karir militer maupun dalam kepemimpinannya sebagai KASAD. Menilik kesuksesan yang dicapai oleh pria yang sangat taat beragama ini, banyak orang ingin mendengar apa komentar Djoko Santoso sendiri atas penilaian tersebut. Juga tentang pandangan-pandangannya, strategi dan pendekatan kepemimpinnya dalam membenahi serta memulihkan kepercayaan rakyat kepada TNI. Ia kemudian menjelaskannya kepada KabarIndonesia yang diwakili oleh Pimpinan Redaksi, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, M.A., yang diberi kesempatan mewawancarainya di Jakarta pada tanggal 3 September lalu, sebagai berikut:

KabarIndonesia (KI): Di mana letak rahasia keberhasilan Bapak sehingga dapat meraih jabatan tertinggi di Angkatan Darat?

Djoko Santoso (DS): Rahasianya terletak di tangan Allah SWT. Karena saya berkeyakinan bahwa manusia itu memang hanya sekedar menjalani apa yang menjadi rencana dan takdir Allah SWT.

KI: Nasehat apa yang bisa Bapak berikan bagi generasi penerus?

DS: Generasi penerus bangsa Indonesia harus mempunyai tekad, semangat dan cita-cita untuk berbuat terbaik dalam mengabdi kepada rakyat, negara, dan bangsa Indonesia. Untuk mencapai cita-cita itu sebaiknya senantiasa bersyukur, berjuang, bekerja keras, berdo’a dan selanjutnya berserah diri kepada Allah SWT.

KI: Langkah-langkah nyata apa yang akan dilakukan oleh Angkatan Darat untuk meningkatkan moralitas dan etika keprajuritan maupun untuk meningkatkan profesinalisme keprajuritan?

DS: Dua pertanyaan ini memang menjadi agenda utama Angkatan Darat pada masa kepemimpinan saya. Karena saya berpandangan bahwa moralitas dan etika itu merupakan kekuatan utama, bukan hanya Angkatan Darat, bukan hanya prajurit, tapi juga bangsa. Karena perang itu, menurut pandangan saya, adalah beradunya kekuatan moral prajurit, beradunya kekuatan moral bangsa.

Untuk meningkatkan moralitas dan etika keprajuritan, ditempuh beberapa langkah yaitu: yang pertama adalah memantapkan kepemimpinan dan keteladanan di segenap jajaran TNI-AD; meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, sumber dari segala moralitas dan etika itu, ya.. dari agama; meningkatkan disiplin, hukum dan tata tertib; dan membenahi sistem pendidikan, latihan dan penugasan.

Untuk meningkatkan profesionalisme keprajurutan, melalui pembenahan sistem pendidikan, latihan dan penugasan; menyelenggarakan pendidikan dan latihan secara benar dan terukur; meningkatkan pembinaan guna meningkatkan kesiapan operasional satuan; dan menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan setiap penugasan dengan ketat. Karena tugas bagi setiap prajurit adalah kehormatan, harga diri, dan kebanggaan.

KI: Mohon penjelasan mengenai Patriot Leadership Development Centre (LDC) seperti yang Bapak canangkan di ITB.

DS: Patriot Leadership Development Centre (PLDC) adalah pusat pengembangan calon pemimpin pada tingkat nasional yang memiliki keunggulan dan diapresiasi secara internasional. Sekaligus sebagai wadah komunitas belajar lintas disiplin ilmu yang mampu mengembangkan kompetensi kepemimpinan, baik secara perorangan maupun organisasi. Visi PLDC adalah pusat pengembangan calon pemimpin di tingkat nasional yang memiliki keunggulan dan diapresiasi secara internasional. Melalui visi ini diharapkan akan dapat dihasilkan para kader pemimpin berwawasan kebangsaan di berbagai sektor kehidupan, sehingga di masa depan mereka akan dapat ikut meningkatkan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia. Selain itu, mengingat kepemimpinan adalah sesuatu yang bersifat universal, PLDC juga bermaksud untuk menggunakan kaidah-kaidah pengembangan kepemimpinan yang ilmiah dan diakui secara internasional.

Misi PLDC adalah menciptakan suatu komunitas belajar lintas disiplin yang memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinan individual maupun organisasi, melaksanakan penelitian untuk menghasilkan model kepemimpinan yang khas, yang dilandasi oleh nilai-nilai intrinsik yang hidup dan berkembang di Indonesia, menyelenggarakan program pengembangan kepemimpinan yang bermutu tinggi, mengembangkan materi pendidikan dan latihan yang tepat guna, menyelenggarakan jasa konsultasi dalam bidang pengembangan organisasi dan penentuan kebijakan, mengembangkan kemitraan strategis dengan lembaga, pakar dan praktisi kepemimpinan, baik di dalam maupun di luar negeri, serta menyelenggarakan program-program pendidikan dan latihan bagi masyarakat luas dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, PLDC diselenggarakan dengan menganut sistem nilai yang bermuara pada integritas, kompetensi, kreativitas dan keberanian, kolaborasi, keadilan serta kesetaraan. Hal ini mengingat bahwa kompetensi kepemimpinan yang unggul jika tidak dilandasi oleh nilai-nilai moralitas dan etika yang sesuai hanya akan menghasilkan kader-kader pimpinan yang akan bertindak seperti robot, sehingga mereka tidak akan mampu untuk memihak pada kepentingan yang lebih besar pada saat harus mengambil keputusan yang dilandasi oleh dilema moral yang sulit.

Peserta PLDC adalah seluruh komponen masyarakat Indonesia, termasuk para pejabat di lingkungan militer, sipil, perusahaan dan organisasi nirlaba di berbagai tingkatan manajerial dalam organisasi, termasuk masyarakat umum seperti tokoh pemuda dan mahasiswa yang direkomendasi oleh pimpinan masing-masing untuk dikembangkan kompetensi kepemimpinannya.

KI: Ada harapan atau obsesi Bapak ke masa depan untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta?

DS: Obsesi saya, ya, mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia itu tidak ada alternatif lain kecuali kita harus bangkit, bersatu dan bekerja keras bersama-sama, membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang maju, berdaulat, adil dan makmur, sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Upaya yang harus dilakukan antara lain: mempersiapkan, melatih dan membentuk kepemimpinan dan pemimpin-pemimpin lintas profesi yang berwawasan kebangsaan, jadi pemimpin itu bukan hanya presiden sendiri, kita semua adalah pemimpin; me-revitalisasi dan me-reaktualisasi nasionalisme; membangun militansi bangsa; dan mengaktualiasikan jati diri dan kultur bangsa.

Saya ingin elaborasi lebih lanjut bahwa konsep ini sudah kita laksanakan, sedang dan akan terus dilaksanakan. Yang pertama secara kronologi, pada 1 Maret 2007, melalui Yayasan Kartika Eka Paksi kita menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Kepemimpinan yang Berwawasan Kebangsaan”. Tanggal 22 Maret, kita meresmikan yang namanya Patriot Leadership Development Centre (PLDC). Inilah oleh Angkatan Darat, di samping untuk menggodok perwira-perwira AD, juga dari luar AD bisa memakai PLDC untuk melatih, memberi pelatihan dan pengetahuan bagi pemimpin-pemimpin lintas profesi. Sekarang telah berjalan, seperti mahasiswa ITB, kita juga menggodok peserta dari Telkom. Rencana ke depan itu akan melatih mahasiswa Universitas Presiden. Waiting list-nya sudah banyak yang akan dilatih di PLDC.

Kita juga telah melaksanakan lokakarya di Bandung beberapa waktu lalu di Hotel Priyangan. Kita mendatangkan 65 tokoh dari berbagai generasi, dari berbagai disiplin ilmu, tokoh pemuda dan masyarakat, untuk curah pikir tentang apa kepemimpinan yang berwawasan kebangsaan, mengapa rumusannya seperti itu, bagaimana mengimplementasikannya, dan bagaimana merekomendasikan hal ini untuk berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Di situ juga kita merumuskan bagaimana kita me-revitalisasikan dan me-reaktualisasikan rasa nasionalisme kita dan wawasan kebangsaan kita. Ini sedang disusun rumusannya. Membangun dan membangkitkan militansi bangsa. Dari hasil para orang pinter tadi, kita juga sedang rumuskan hasil curah pikirnya.

Pesan saya kepada generasi muda yang masih panjang perjalanan hidupnya, yakni: yang penting bukan menjadi apa, tetapi jadilah dirimu sendiri yang sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi orang banyak. Tidak perlu harus menjadi presiden atau apa. Tapi pada setiap episode hidup kita menjadi apapun, berbuatlah yang sebaik-baiknya.

KI: Terima kasih Pak atas waktu dan penjelasan panjang-lebar ini.

DS: Ya, sama-sama. Kita juga, pihak TNI-AD menyampaikan terima kasih kepada KabarIndonesia atas kesediaannya untuk menjadi penyebar informasi dari semua pihak, termasuk dari TNI-AD, kepada masyarakat.

Itulah hasil bincang-bincang KabarIndonesia dengan pemimpin tertinggi di institusi TNI-AD, penyandang berbagai penghargaan dan bintang tanda jasa di ruang kerjanya beberapa waktu silam. Keseriusan beliau membenahi dan meningkatkan peran TNI-AD dalam mewujudkan tujuan nasional terpancar dari raut wajahnya yang penuh wibawa. Kerja keras yang seakan tiada hentinya, akan terus berlanjut hingga ke akhir hayat, demikian sekelumit komitmen beliau sebagai pengejawantahan “saya dilahirkan untuk berjuang”. Selamat berjuang, Jenderal!!!

Riwayat Hidup Singkat:

Data Pokok:
Nama : Djoko Santoso
Pangkat : Jenderal TNI
Tempat/tgl. Lahir : Solo, 8 September 1952
Agama : Islam

Pendidikan umum:
1. Sarjana (S-1) FISIP (1994)
2. Pascasarjana S-2 Manajemen (2000)

Pendidikan militer:
1. Akademi Militer (AKMIL), tahun 1975
2. Kursus Dasar Kecabangan Infantri (SUSSARCABIF), tahun 1976
3. Kursus Lanjutan Perwira Tempur (SUSLAPAPUR), tahun 1987
4. Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (SESKOAD), tahun 1990
5. Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), tahun 2005

Kepangkatan:
1. Letnan Dua (LETDA), 1975
2. Letnan Satu (LETTU), 1978
3. Kapten, 1981
4. Mayor, 1988
5. Letnan Kolonel (LETKOL), 1991
6. Kolonel, 1995
7. Brigadir Jenderal (BRIGJEN), 1998
8. Mayor Jenderal (MAYJEN), 2001
9. Letnan Jenderal (LETJEN), 2003
10. Jenderal, 2005

Jabatan:
1. DANTON-I/A/121/II (1976)
2. ADC PANGDAM I/Bukit Barisan (1978)
3. ADC PANGKOSTRAD (1980)
4. DANKI-A YONIF 502 (1980)
5. KASI-2/OPS YONIF 502 (1983)
6. KASIPAM DISPAMSANAD (1987)
7. WADAN YONIF L-328/Kostrad (1988)
8. PS. DANYONIF-330/Kostrad (1990)
9. DANYONIF L-330/Kostrad (1990)
10. Anggota DPR/MPR RI (1992)
11. ASSOSPOLDAM JAYA (1995)
12. DANREM 072/Pamungkas (1997)
13. WAASSOSPOL KASSOSPOL ABRI (1998)
14. WAASSOSPOL KASTER ABRI (1998)
15. KASDAM IV/Diponegoro (2000)
16. PANGDIV-2/Kostrad (2001)
17. PANGDAM XVI/Pattimura (2002)
18. PANGDAM JAYA (2003)
19. Wakil Kepala Staf TNI-AD (WAKASAD), 2003
20. Kepala Staf TNI-AD (KASAD), 2005

Penugasan:
Operasi Seroja (1976, 1981, 1988)

Tanda Jasa:
1. S.L. SEROJA
2. S.L. KESETIAAN XXIV TAHUN
3. YUDHA DHARMA PRATAMA
4. KARTIKA EKA PAKSI PRATAMA
5. YUDHA DHARMA NARARYA
6. BINTANG DHARMA
7. KARTIKA EKA PAKSI NARARYA
8. BINTANG BHAYANGKARA UTAMA
9. BINTANG KATIKA EKA PAKSI UTAMA
10. PINGAT JASA GEMILANG (SINGAPURA)
11. SWA BHUWANA PAKSA UTAMA
12. JALASENA UTAMA

Keluarga:
Istri : Angky Retno Yudianti
Anak : Andika Pandu (L) dan Ardya Pratiwi Setyawati (W)
Ayah : Djoko Soedjono (alm)
Ibu : Sulani (alm)

Note: Artikel ini telah tayang di media online KabarIndonesia.Com dengan judul yang sama pada tanggal 27 September 2007

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA