by

Hati-Hati Memberi, Memberi dengan Hati

Cerpen esai oleh Duwi Hartanti

KOPI, Kediri – Dengan adanya kebijakan Work From Home[1] dari perusahaannya, Arumi mempunyai banyak waktu luang di rumah. Hari ini Arumi dapat bersantai karena semua pekerjaan sudah ia selesaikan di kantor kemarin. Arumi melirik jam dinding yang ada di sudut ruang keluarga.

“Pukul sepuluh, maghrib masih lama… memasak nanti saja.” gumam Arumi.

Diambilnya phone cell yang sudah selesai  ia recharge. “Klunting…klunting!” notifikasi aplikasi Whatsapp tidak henti-hentinya berdenting ketika ia mulai mengaktifkan phonecell nya.

Mas Ahsan: “Alhamdulilah dapat proyek lagi, Hotel Merdeka.” Pesan dari Ahsan, suami Arumi.

Arumi       :“Alhamdulilah, traktir berbuka dengan menu istimewa ya, Pa!” balas Arumi. Centang dua, namun centang itu belum berubah menjadi biru. Arumi beralih ke pesan di beberapa grup yang ia miliki. Semua grup yang membahas tentang pekerjaan telah ia buka dan telah ia balas. Kemudian dia membuka grup alumni SMP. Biasanya dia mengabaikan grup ini, dia enggan membaca grup yang kebanyakan berisi guyonan-guyonan garing para bapak.

Grup Guyonan Alumni SMP

Percakapan di grup pagi itu dibuka oleh Rian. Dia mengirimkan video pernyataan dari gubernur Gorontalo tentang penerapan PSBB [2].

Rian         : “Ingat pasutri tidak boleh berboncengan, kalau dibonceng ojol boleh!” Caption sindiran yang ditulis Rian mengiringi video yang ia kirim.

Bian         :”Wadow… terus gunanya buku nikah buat apa, masak ia ojol yang ndak punya SIM (surang izin menikmati) malah boleh bonceng istri kita?”

Cipto        :”Ndak jelas mana yang mahram mana yang haram, pusing pala beby.”

Zainal       : “Cepek dech..” koment Zainal diakhiri emotikon tepuk jidat.

Krisna        :“Tidur malam apa kabar? Siap-siap gigit jari gaess.” komen Krisna yang diakhiri emoticon wajah dengan air mata bercucuran.

Rian         :“Saat berduaan bersama istri pakai APD lengkap, Kris.”

Krisna      :”Selalu Boz… senjata sudah ber APD!”

Ini yang tidak disukai oleh Arumi, dalam grup ini, apapun topik pembicaraannya ujung-ujungnya selalu ke masalah itu-itu saja. Namun dia enggan untuk meninggalkan grup karena ingin terus bersilaturahmi dengan teman-teman SMPnya. Saat Arumi ingin melewati percakapan nglantur dalam grup itu, ia menemukan pertanyaan yang menarik dari Wenni.

Wenni    :”Tanya dong man..teman…”

Krisna    :”Siap tanggung jawab!”

Rian       :”Dasar pendosa, berapa cewek yang menuntut pertanggung jawabanmu?!”

Krisna    :”Typo boz… maksudnya siap menjawab.”

Sisi         :”Tanya apa Bu ketua?”

Cici        :”Sebelum mahkluk Adam semakin tak terkendali dan negara api menyerang, cepat ungkapkan pertanyaanmu, Bu Ketua.”

Wenni    :”Dalam sebuah riwayat seorang wanita  masuk neraka karena menelantarkan seekor kucing[3], lhah jaman sekarang banyak orang diPHK karena corona[4] dan banyak manusia yang tertelantarkan, kira-kira siapa yang bertanggung jawab… man teman?”

Amel      :”Presiden!”

Dita       :”Gubernur!”

Bian       :”RT!”

Dian       :”Para tetangga yang kaya… tapi tangane nggegem ae… mereka juga harus bertanggung jawab!”

Dodik    :”Wong sugeh-sugeh sing cethil, bakhil, methithil, bin medhit semua juga bertanggung jawab karena ada hak orang-orang miskin di harta mereka.”

Krisna    :”Setuja Boz…”

Wenni    :”Mumpung ramadhan dan juga melihat situasi sekarang yang semakin sulit bagaimana kalau kita membuka donasi untuk korban terdampak covid[5]?”

Krisna    :”Setuja Bu Ketua!”

Dodik    :”Setuja melulu, harus nyumbang ya!”

Wenni    :”Transfer ke rekening siapa?, ke Pak Dodik ya,… kalau ke saya ruang gerak susah, sudah ada  3 ekor buntut yang harus dijagain.”

Dodik    :”Siap! Ini no rek. 785778787878 atas nama Dodik Subroto. Satu minggu dari sekarang batas donasi… minimal kita bisa membantu tetangga sekitar.”

Sari        :”Oke!”

Krisna    :”Lanjutkan!”

Cici        :”Siap!”

Rian       :”Oke Boz!”

Dita       : emotikon tangan membentuk oke

Arumi tersenyum membaca seluruh komen teman-temannya. Ia berniat berpartisipasi dalam donasi yang digalang oleh teman-temannya tersebut.

Bosan bermain dengan gadgetnya, mata Arumi tertuju pada tumpukan masker di atas meja ruang keluarga. Dia ingat-ingat lagi percakapannya dengan Mak Jum beberapa hari yang lalu. Mak Jum adalah asisten rumah tangga yang bertugas membersihkan rumah, mencuci, dan menyetrika baju. Setiap hari Mak jum datang ke rumah Arumi, setelah selesai mengerjakan tugasnya Mak Jum diperbolehkan pulang.

“Wah,… masker baru, Mak?” tanya Arumi kepada Mak Jum

“Ia Bu… tetangga Emak, Risma, sekarang usahanya menjahit masker. Usaha menjahit pakaian yang biasa ia geluti sedang sepi katanya[6]. Kasihan Bu… dia harus menghidupi dua orang anaknya yang masih kecil-kecil. Suaminya sudah dua tahun terakhir tidak ada kabarnya.” Cerita Mak Jum panjang lebar. Arumi salut akan kepekaan dan kepedulian yang Mak Jum miliki, meskipun dia sendiri masih kekurangan.

“Kalau pesan masker agak banyak ke Risma itu bisa, Mak?” tanya Arumi

“Oh bisa Bu… pasti dia senang sekali mendapat orderan, bisa untuk sangu puasa dan lebaran. Kok pesan banyak mau buat apa, Bu?”

“Nanti bisa dibagi-bagikan.”

“Ibu memang baik sekali, saya beruntung bekerja dengan Ibu..” ucap Mak Jum terharu.

Itulah asal muasal tumpukan masker yang ada di meja ruang keluarganya. Arumi belum sempat membagikannya. Sekarang dia memilah-milah tumpukan masker itu. Dia sibuk memetakan dimana saja masker itu akan diletakan. Dia menuliskan beberapa tempat mulai dari pasar, pangkalan becak, pangkalan ojol, sampai masjid[7].

Brmm…bremm… suara mobil memasuki garasi rumah Arumi, tanda bahwa Ahsan sudah pulang. Ahsan adalah pemilik perusahaan jasa Pest Control, dimasa pandemi seperti ini ternyata ada beberapa perusahaan yang diuntungkan[8]. Salah satunya adalah perusahaan milik Ahsan.

“Assalammu’alaikum” suara Ahsan di depan pintu. Tampak dia kesulitan menenteng beberapa sapu lidi di tangannya.

“Waalaikummusalam wr.wb” jawab Arumi. Ahsan melambaikan tangan ke arah Arumi dan memberikan isyarat kepada Arumi untuk membantunya mengeluarkan barang yang masih ada di bagasi.

Arumi kaget melihat banyak sapu lidi di bagasi.

“Buat apa sapu lidi sebanyak ini, Pa?” tanya Arumi kebingungan.

“Tadi di jalan ketemu kakek-kakek jualan sapu lidi itu, kasihan Ma, jadi ayah borong dagangannya. Nanti bisa dibagikan ke tetangga atau siapa sajalah yang mau, Ma.” Jawab Ahsan sambil menurunkan sapu lidi itu. Arumi hanya tersenyum, dia sudah hafal kebiasaan suaminya yang satu ini.

“Jadi masak apa untuk berbuka?” tanya Ahsan

“Katanya Papa yang traktir, buat syukuran proyek dengan Hotel Merdeka?” goda Arumi. Ahsan hanya tersenyum.

“Pa, hari ini di grup alumni SMP Mama, membahas penggalangan dana untuk warga terdampak corona.” Arumi memulai ceritanya.

“Hmm… lalu?”

“Mama ingin berpartisipasi boleh?” Arumi meminta izin kepada suaminya, dan dijawab anggukan oleh Ahsan.

“Tapi nanti kalau bisa saat penyalurannya lebih teliti dan berhati-hati, agar para penerimanya tepat sasaran. Dan upayakan berhati-hati jangan sampai niat baik kita menyakiti hati orang lain.” Pesan Ahsan.

Dari Ahsan, Arumi banyak belajar bagaimana memberi tanpa menyakiti maupun merendahkan. Ahsan sering membeli barang-barang yang sebenarnya sudah mereka miliki atau barang yang sebenarnya tidak  mereka perlukan. Misalnya saja pernah suatu sore Ahsan membawa cobek sebanyak 20 buah. Alasan dia membeli cobek sebanyak itu karena kasian dan ingin membantu si penjual cobek.

“Yang jualan cobek tadi masih anak-anak Ma, mungkin sepantaran dengan Rizki anak kita. Bayangkan kalau anak kita berada di posisinya.” begitulah penjelasan yang Ahsan sampaikan.

“Kenapa ndak langsung Papa beri uang saja ke penjual itu?”

“Papa ingin menghargai usaha dari para penjual itu, Ma” Arumi hanya mengangguk dan akhirnya Arumi yang kebingungan harus mendistribusikan cobek itu ke sanak saudara ataupun ke para tetangga.

*****

Satu minggu kemudian, phone cell Arumi dipenuhi obrolan dari grup alumni SMP.

 Dodik   :”Teman-teman ini saya laporkan jumlah donasi yang terkumpul, nota pembelian sembako, plus paket sembako yang akan kita bagikan.” Caption yang Dodik berikan di bawah gambar rincian nama-nama donatur lengkap dengan jumlah donasi yang diberikan, nota, dan juga sembako yang sudah siap dibagikan.

Krisna    :”Mantab Bang, alhamdulilah. Bagaimana dengan calon penerimanya?”

Dodik    :”Saya sudah berkoordinasi dengan RT dan RW setempat untuk meminta daftar warga yang berhak menerima” balas Dodik disertai foto daftar calon penerima.

Dian       :”Untuk memastikan kalau mereka tidak mampu kita ikut ide salah satu kecamatan, setiap penerima difoto dengan tulisan orang tidak mampu[9].” Komentar Dian yang diakhiri wajah bertanduk iblis.

Cici        :”hmmm… Bu Dian kasih ide yang baik, jangan nakal, Dhak jewer lho!”

Mala      :”Wow itu berasnya berapa kilo?”

Dodik    :”Sesuai kesepakatan 25 kg, plus telor, mie instan dan lain-lain. In sha Allah sembako yang kita berikan cukup untuk bertahan sampai lebaran.

Sari        :”Alhamdulilah terima kasih atas kerja kerasnya Pak Ustad.”

Dodik    :”Rencananya penyaluran akan dilaksanakan besok pagi. Yang ada waktu luang boleh merapat.” Ajak Dodik karena kebanyakan dari kami masih tinggal dalam kota yang sama.

Wenni    :”Good job!”

Reni       :”Itu paket sembakonya tidak ada tulisan apa gitu? Kasih kek biar kayak para pejabat[10]”

Krisna    :”Kasih foto seluruh anggota kelas!”

Sari        :”Jangan diberi stiker kakak kucing, guk…guk.., ntar kita bisa kena masalah kayak yang di ono [11]” diakhiri emoticon  wajah dengan tangan menutup mulut.

Cici        :”Krisna, sekalian kasih tulisan coblos no.31. Ini bukan panggung politik, Bung!”

Dodik    :”Nih saya kirim contoh pose terkeren saat memberikan bantuan. Nanti bisa dipraktekan” Sindir dodik kepada teman-temannya yang masih bingung mempermasalahkan tentang pengakuan.

Arumi tidak berkomentar dalam chat group. Dia turut menyumbang dan dia yakin Dodik dan teman-temannya adalah orang yang amanah pastilah donasi yang mereka berikan tepat sasaran.

Saat teman-temannya ribut tentang riya’ ketika memberi, Arumi melanjutkan kesibukannya memasukan beberapa lembar uang seratus ribuan ke dalam masker, Arumi berharap sumbangan yang ia berikan jatuh ke tangan yang tepat. Arumi akan meletakan masker-masker itu di pagar rumahnya.“Masker bagi yang sangat memerlukan!” begitulah kata-kata yang melekat pada box masker. Dengan cara ini Arumi berharap hanya orang kurang mampulah yang akan mengambil sebuah masker yang harganya tidak seberapa. Ini adalah cara yang sama seperti yang dilakukan aktor kondang Amir Khan[12].

Berhati-hatilah saat memberi, dan memberilah dengan hati. Jangan sampai niat baik kita untuk berbagi malah menyakiti.

Arti kata/kalimat

*Nglantur (tidak jelas, tanpa arah)

* tapi tangane nggegem ae (tidak mau turun tangan)

* ”Wong sugeh-sugeh sing cethil, bakhil, methithil, bin medhit” (Orang kaya yang pelit bin bakhil)

* Emak (Ibu)

* Dhak jewer lho! (Saya tarik telingamu!)

Foot Note:

  1. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e7326fd25227/ketentuan-pelaksanaan-i-work-from-home-i-di-tengah-wabah-corona/
  2. http://beritatrans.com/2020/05/04/viral-pernyataan-gubernur-gorontalo-larang-suami-istri-boncengan-kecuali-pakai-ojol-ini-kata-humas/
  3. https://republika.co.id/berita/qa0e1q282/cerita-rasulullah-soal-wanita-masuk-neraka-yang-siksa-kucing
  4. https://www.merdeka.com/uang/lipi-15-persen-buruh-terkena-phk-karena-corona-dan-38-persen-tak-terima-pesangon.html
  5. https://www.liputan6.com/health/read/4226436/donasi-masyarakat-indonesia-untuk-lawan-covid-19-capai-rp-196-miliar
  6. https://kabarjombang.com/sepi-pesanan-efek-corona-pengusaha-jahit-baju-beralih-ke-produksi-masker/
  7. https://www.wartaekonomi.co.id/read280958/peduli-covid-19-sicepat-bagikan-masker-gratis-untuk-masyarakat-tidak-mampu
  8. https://www.vivanews.com/bisnis/digital/39937-virus-corona-perusahaan-apa-saja-yang-diuntungkan-oleh-epidemi
  9. https://www.suara.com/news/2020/04/09/123148/viral-foto-penerima-bantuan-bawa-kertas-bertuliskan-orang-tidak-mampu
  10. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200429174520-20-498597/komnas-ham-kritik-pejabat-pemasang-foto-di-bansos-corona
  11. https://indeksnews.com/bantuan-nasi-anjing-untuk-terdampak-covid-19/
  12. https://portaljember.pikiran-rakyat.com/hiburan/pr-16374834/amir-khan-bagikan-bantuan-unik-uang-kaget-yang-disembunyikan-dalam-1-kilo-tepung

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA